Gaza yang Tertipu: Bagaimana Kekuasaan Memanfaatkan Penderitaan

13 Jun 2024 16:06 WIB

Di balik narasi media sosial tentang Gaza, tersembunyi realita tentang harga kebebasan dan bisnis yang meraup keuntungan dari penderitaan. Warga Gaza harus membayar mahal untuk dievakuasi, dengan Hala Travel memonopoli bisnis ini di bawah perlindungan Ibrahim al-Argany dan hubungan dekatnya dengan keluarga Presiden Mesir. Mereka mengendalikan pergerakan orang dan distribusi bantuan melalui perusahaan Sons of Sinai.

Sebelum perang, biaya perjalanan tidak lebih dari 300 dolar per orang. Namun, sejak konflik meletus, harga melambung tinggi hingga 5.000 dolar per orang dewasa dan 2.500 dolar per anak. Setiap hari, Hala Travel menyebrangkan 200 hingga 300 orang, meraup keuntungan hingga 24 miliar rupiah per hari. Kedekatan Ibrahim al-Argany dengan Mahmud As-Sisi, putra sulung Presiden Mesir, memberikan Hala Travel keistimewaan yang luar biasa.

Sons of Sinai menguasai distribusi bantuan dan barang ke Jalur Gaza, dengan monopoli yang tak tertandingi. Setiap bantuan internasional yang masuk melalui Rafah harus melalui Bulan Sabit Merah Mesir (ERC), yang kemudian diteruskan ke Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS). Gudang tempat penyimpanan bantuan ERC adalah milik al-Argany, menciptakan monopoli yang memperparah penderitaan warga Gaza.

Prosedur berbelit menyebabkan barang bantuan menumpuk dan terbengkalai di gudang ERC. Alat-alat kesehatan mahal, alat bantu jalan, kursi roda, dan barang-barang penting lainnya terbengkalai di dalam gudang. Kondisi di Rafah semakin parah setelah serangan darat dan udara Israel, dengan akses bantuan tertutup total. Sementara 1,3 juta pengungsi hidup dalam ketidakpastian, menunggu bantuan yang tak kunjung datang. Gaza kini adalah krisis kemanusiaan yang layak disebut genosida.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

SELANJUTNYA

TERPOPULER