Politikus PKB, Maman Imanulhaq mengingat saat mengikuti suatu acara di Monas tahun 2008, dirinya sempat diserang oleh kelompok berjubah yang disinyalir FPI. “FPI menjadi masalah saat menjadi laskar, mencaci aparat negara dan Pancasila serta mengambil peran aparat penegak hukum. Kita butuh FPI yang membawa dakwah ramah dan terdepan dalam bantuan bencana. Bukan yang punya rekam jejak kekerasan di publik,” kata Maman.
Awit Masyhuri, Kepala Bidang Penegakan Khilafah FPI menegaskan saat insiden di Monas itu bukan soal Pancasila, tapi soal Ahmadiyah. “Soal tudingan kami mencaci maki aparat, itu bid’ah dholalah. Kami kerja sama dengan FPI. Jika polisi minta bantuan, FPI siap membantu 24 jam. FPI oleh Habib Rizieq selalu mengajarkan kecintaan terhadap NKRI dan Pancasila. Kami ini juga sowan ke kiai-kiai sepuh. Saat ini kami mengikuti prosedur dan fokus pada bencana,” ujarnya.
Ketua PBNU, Marsudi Syuhud meminta FPI menjelaskan khilafah versi FPI dengan khilafah versi NU yang sudah terwujud dalam NKRI. “Kalau sudah sama, tinggal pemahaman soal Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Amar Maruf itu memang diperintahkan, tapi Amar Maruf Nahi Munkar itu harus dilakukan Bil Maruf, alias dengan kebaikan. Bukan dengan kemungkaran atau kekerasan juga,” katanya.