Gara-gara suaminya meninggal, Nuraeni diperlakukan tidak adil secara adat di kampungnya dan dianggap perempuan sial. Harus menghidupi tiga anaknya sendirian, ia sempat putus asa karena kesulitan mendapat pinjaman modal. Di titik itu ia sadar bahwa perempuan butuh motivasi dan dorongan agar percaya diri.
Apalagi ia melihat banyak persoalan yang juga dihadapi perempuan di daerah pesisir Paotere, Makassar, tempatnya tinggal. Istri-istri nelayan yang gemar berjudi, jadi korban kekerasan dalam rumah tangga, dan terbelit kemiskinan karena utang pada tengkulak.
Tahun 2014, Nuraeni memberanikan diri untuk mendirikan Kelompok Wanita Nelayan, Fatimah Az-Zahra.
Apa saja cara-cara yang dilakukan Nuraeni untuk mengubah pola pikir wanita pesisir agar lebih mandiri? Selengkapnya di narasi.tv
Konten ini kolaborasi Narasi X Pantene #SiapaBilangGakBisa