24 Oktober 2023 16:10 WIB
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Konflik bersenjata antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza membuat warga setempat dihantui ketakutan. Sejak tiga minggu terakhir, Israel menjatuhkan bom secara terus menerus di Gaza.
Melansir laman PBB, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan korban meninggal di Gaza telah mencapai angka 5.087 jiwa.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa sebanyak 62 persen dari korban meninggal tersebut merupakan perempuan dan anak-anak.
Hal tersebut membuat keluarga di Jalur Gaza khawatir akan keselamatan anak-anak mereka.
Kekhawatiran orang tua atas keselamatan anaknya dalam serangan udara Israel ke Gaza membuat para orang tua memutuskan menuliskan nama anak-anak mereka di anggota badan seperti tangan, kaki, hingga perut.
Nama tersebut dituliskan menggunakan tinta hitam dan bertujuan untuk mempermudah proses identifikasi jika tersesat atau terkena serangan udara Israel.
Hal tersebut dinyatakan oleh Kepala Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Martir Al Aqsa Gaza Dr Abdul Rahman Al Masri. Ia menyatakan banyak anak yang dibawa ke rumah sakit memiliki nama yang dituliskan di badannya.
“Apa yang kami perhatikan saat ini adalah banyak orang tua menuliskan nama anak-anak mereka di kaki mereka sehingga mereka dapat diidentifikasi setelah serangan udara dan jika mereka tersesat. Ini adalah fenomena baru yang baru saja dimulai di Gaza,” ungkap Dr Abdul Rahman Al Masri, dikutip dari Tempo.co.
Dr Abdul Rahman menyatakan bahwa hal tersebut menunjukkan bagaimana para orang tua mulai pasrah dengan ketakutan yang menghantui mereka atas keselamatan anaknya. “Ini berarti mereka merasa menjadi sasaran kapan saja dan bisa terluka atau menjadi martir,” katanya.
“Banyak anak-anak yang hilang, banyak yang tiba di sini dengan tengkorak patah dan sulit untuk mengidentifikasi mereka, hanya melalui tulisan itulah mereka dapat diidentifikasi,” tambahnya lagi.
Israel tanpa henti menyerang Gaza hingga kini sebagai aksi balasan atas penyerbuan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Mengutip Antara, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pelindungan untuk Anak Internasional-Palestina (DCIP) setidaknya terdapat paling sedikit sudah ada 1.661 anak tewas akibat serangan Israel terhadap Kota Gaza.
DCIP juga menjelaskan bahwa perang antara Hamas Palestina dan Israel membawa trauma ke anak-anak Gaza, hal ini lebih dari sebuah penderitaan.
"Kematian anak-anak lainnya semakin menambah penderitaan mereka, meninggalkan bekas luka pada kesehatan mental mereka. Selain itu, pembunuhan terhadap seluruh keluarga dalam waktu yang singkat (juga) menghancurkan pondasi rumah tangga," kata DCIP.
"Anak-anak yang pernah merasa aman dan nyaman dalam pelukan keluarga mereka, kini mendadak yatim piatu," tambah DCIP.
Serangan bertubi-tubi yang dilakukan Israel, serta blokade yang dilakukan Israel atas wilayah Gaza, juga berdampak serius pada petugas medis yang siaga di Gaza.
Direktur Jenderal RS Martir Al Aqsa Dr. Iyad Issa Abu Zaher menggambarkan kondisi di rumah sakit termpatnya bekerja sebagai “bencana besar”.
Dalam pantauannya, lebih dari 300 orang mencari bantuan perawatan ke RS tersebut hanya dalam waktu 48 jam terakhir ketika Israel melakukan gempuran serangan udara.
"Mustahil bagi rumah sakit mana pun di dunia untuk menerima jumlah korban luka sebanyak ini. Tidak ada ruangan atau tempat tidur rumah sakit untuk cedera ini. Yang terluka berada di depan pintu ruang ruang operasi dan saling bertumpukan, masing-masing menunggu giliran untuk dioperasi," keluhnya. Mengutip CNN Indonesia.
KOMENTAR
Latest Comment