Apa Itu Mujahir yang Dilarang Dilakukan dalam Islam?

25 Maret 2024 17:03 WIB

Narasi TV

Ilustrasi mujahir. (Sumber: Freepik/stockking)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Kendati merujuk pada salah satu sikap yang dilarang dalam Islam, mujahir mungkin masih asing bagi sebagian orang.

Istilah mujahir sendiri berkaitan dengan sikap kita berkenaan dengan aib dan bagaimana cara kita menyikapinya.

Dalam Islam, cara menyikapi aib atau kekurangan seseorang diatur secara tegas. Seperti dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 12 berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."

Berdasarkan ayat di atas, Allah Swt. bahkan mengandaikan penyebar aib sebagai pemakan bangkai saudaranya sendiri. Menyebarkan aib dijelaskan sebagai perbuatan yang lebih hina dari aib yang diceritakan itu sendiri.

Lantas, apa hubungannya aib dengan mujahir? Berikut penjelasan mengapa sifat ini dilarang dalam Islam.

Arti mujahir dalam Islam

Kita semua pasti sepakat bahwa berkata jujur merupakan sikap yang layak untuk diteladani , namun tidak dengan sikap mujahir.

Mujahir sendiri adalah seseorang yang membuka aib sendiri dan merasa bangga atasnya. Sikap ini justru dilarang dalam islam karena membawa bahaya. Rasulullah saw. bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إِلاَّ المُجَاهِرِينَ

Artinya, “Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujâhirîn atau orang-orang yang berterus terang dalam berbuat dosa.”  

  وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ: يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا 

Artinya, “Sungguh termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya padahal Allah telah menutupinya. Lalu ia berkata: ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat dosa begini dan begitu’.”

  وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ. (متفق عليه)

Artinya, “Sebenarnya di malam hari Tuhannya telah menutupi perbuatan dosanya itu, tetapi di pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah.” (Muttafaqun ‘Alaih). 

Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa ketidakjujuran dalam kemaksiatan bukan berarti bohong. Karena dijelaskan dalam hadis Nabi saw. di atas, bahwa ketidakjujuran dalam arti tidak menceritakan kesalahan dan dosa. 

Karena dalam Islam, seseorang yang melakukan kemungkaran dan memutuskan bertobat tidak perlu menceritakan perbuatan dosanya.

Lebih baik memohon ampun dan bertaubat daripada bersikap mujahir atau menceritakan aib kita kepada orang lain yang tidak ada kaitannya dengan perilaku kita.

Baca Selengkapnya

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR