Alasan Kenapa Kamu Tidak Perlu Mempermasalahkan Split Bill Saat Kencan Pertama

5 Agustus 2023 18:08 WIB

Narasi TV

Ilustrasi kencan pertama. (Sumber: Freepik)

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rizal Amril

Apa itu split bill? Mungkin sebagian dari kita sering menemui istilah tersebut, khususnya ketika jalan bersama pasangan. Tak jarang split bill mampu memengaruhi kesan pertama seseorang terhadap partner-nya.

Split bill adalah kondisi dimana kita harus membagi tagihan atau pembayaran yang kita pakai atau nikmati bersama dengan orang lain. 

Ini selaras dengan arti kata split yaitu membagi dan bill yaitu tagihan. Artinya, kita harus membayar sendiri makanan yang sudah dipesan bersama-sama.

Split bill sebenarnya wajar dilakukan setiap orang. Namun, beberapa laki-laki memandang bahwa dirinya harus membayar bill saat pertama kali kencan dengan perempuan. 

Aturan tidak tertulis ini menjadi sesuatu yang refleks dilakukan oleh laki-laki.

Di satu sisi, munculnya split bill sebenarnya berasal dari gerakan perempuan yang ingin lebih adil pada semua jenis, khususnya dalam membayar sesuatu. 

Perempuan ingin membayar tagihannya sendiri, bahkan ada juga yang membayarkan tagihan laki-laki.

Sayangnya, fenomena split bill ini justru dapat menimbulkan cekcok antara laki-laki dan perempuan. 

Ada perempuan yang merasa terhina jika laki-laki tidak ingin diajak split bill. Namun, ada juga perempuan yang berpikir pelit jika laki-laki tidak membayar tagihan saat kencan pertama.

Bentuk benevolent sexism

Masyarakat patriarki meyakini laki-laki harus membayar tagihan perempuan, terlebih saat kencan pertama. 

Jika perempuan menolak, maka ia akan disebut perempuan yang “sok mandiri”. Tanpa disadari, tindakan ini termasuk benevolent sexism.

Benevolent sexism memang seperti sesuatu yang positif. Namun, seksisme ini menekankan laki-laki sebagai pelindung dan penyedia kebutuhan perempuan. 

Mengingat bahwa dalam masyarakat patriarki, laki-laki dituntut untuk maskulin, memiliki banyak uang, dan bisa mentraktir perempuan (yang sedang diincarnya).

Tak heran jika perempuan merasa “takut” menerima tawaran atau traktiran dari laki-laki. Apalagi jika laki-laki tersebut memiliki power. 

Selama relasi ini belum setara, maka ada kemungkinan tawaran tersebut disalahgunakan di lain hari.

Nyatanya, benevolent sexism dapat membuat perempuan merasa was-was ketika menerima tawaran laki-laki. 

Akhirnya, ia memilih untuk split bill dengan dalih agar tidak memiliki “utang budi” dan tidak dicap sebagai perempuan matre ketika putus hubungan.

Di satu sisi, tidak ada salahnya menerima traktiran dari laki-laki. Selama perempuan dapat merasa aman dan nyaman dengan orang itu. Yang terpenting keduanya saling mengetahui dan memahami anggaran keuangan masing-masing.

Etika split bill

Daripada menimbulkan kesalahpahaman, lebih baik diskusikan dengan pasangan terkait split bill ini. 

Jangan ragu untuk menyampaikan kondisi keuanganmu jika dirasa tidak mampu untuk split bill atau membayar semua tagihannya.

Jika kamu tidak membawa uang lebih, kamu bisa menawarkan penggantian saat kencan berikutnya. 

Kamu juga bisa meminta nomor rekening atau dompet digital pasanganmu agar bisa mengembalikan uangnya segera.

Ingat, menolak tawaran split bill bukan berarti matre dan rela diperlakukan sesuka hati. 

Sebaliknya, menerima tawaran split bill juga bukan semata-mata karena tidak menghargai apa yang sudah diberikan.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR