Balas Cak Imin Soal Investasi, Gibran Singgung Indeks ICOR, Apa Itu?

22 Desember 2023 23:12 WIB

Narasi TV

Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (kiri) menyampaikan gagasannya disaksikan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka (kanan) saat debat calon wakil presiden Pemilu 2024 di JCC, Jakarta, Jumat (22/12/2023).ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Debat kedua yang mempertemukan para cawapres Pemilu 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (22/12/2023) berjalan sengit. Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka sebut ingin menurunkan nilai indeks incremental capital output ratio (ICOR) Indonesia.

Hal ini sebagai bentuk tanggapan pertanyaan yang diajukan oleh cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) soal investasi.

"Mungkin PR kita ke depan adalah bagaimana kita menurunkan indeks ICOR kita. Kita ingin indeks ICOR kita turun ke angka 4 atau 5 persen sehingga investasi akan naik dan akan menumbuhkan trust juga dari pada calon-calon investor," jelas Gibran.

Wali Kota Solo itu menambahkan, dengan menurunnya nilai ICOR, nilai investasi yang masuk ke Indonesia diharapkan akan tumbuh.

"Akan menumbuhkan trust juga dari para calon investor," imbuh dia.

Lantas apa yang dimaksud dengan indeks ICOR yang disebutkan Gibran tersebut?

Tentang ICOR

Incremental capital output ratio atau ICOR adalah metode yang umum digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkat investasi dengan peningkatan produk domestik bruto (PDB).

Melansir dari laman Bappeda Kota Semarang, ICOR dapat digunakan sebagai cara untuk menunjukkan besarnya kebutuhan negara atas tambahan kapital (investasi) baru untuk menaikkan/menambah satu unit output.

Secara umum, nilai indeks ICOR yang tinggi tidak disukai dan dianggap sebagai tanda bahwa produksi yang dimiliki negara berjalan secara tidak efisien.

Sebagai contoh, apabila sebuah negara memiliki koefisien ICOR sebesar 4, maka negara tersebut membutuhkan 4 unit untuk meningkatkan output senilai 1 unit.

Dengan demikian, ketika negara tersebut memiliki output tahunan sebesar Rp3 miliar dan menginginkan pertumbuhan output sebesar 10 persen atau 0,3 persen di tahun berikutnya, maka dibutuhkan investasi sebesar: 4 x Rp0,3 miliar = Rp1,2 miliar.

Dari gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi koefisien ICOR, maka semakin tinggi pula biaya investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan ekonomi sesuai yang diinginkan.

Oleh karenanya, ICOR seringkali digunakan dalam tahap perencanaan ekonomi, terutama untuk memperkirakan keperluan finansial untuk menunjang perkembangan ekonomi.

Angka indeks ICOR dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut:

ICOR: Investasi dalam satu tahun/pertumbuhan GDP dalam setahun.

Kelemahan indeks ICOR sebagai metode

Akan tetapi, metode ini memiliki kekurangan, yakni ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan model ekonomi baru yang berkembang.

Salah satunya adalah mengenai aset tak berwujud. Perkembangan teknologi digital membuat aset tak berwujud seperti desain, branding, penelitian dan pengembangan (R&D), atau perangkat lunak kian banyak diproduksi.

Aset tak berwujud tersebut kemudian dianggap sebagai aset dalam model ekonomi yang baru.

Akan tetapi, aset tak berwujud tersebut sulit diukur sehingga sulit memasukkannya dalam perhitungan investasi dan PDB ini yang menekankan adanya aset berwujud seperti mesin atau gedung perkantoran.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR