19 Maret 2023 11:00
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Cara menjawab adzan perlu diketahui oleh kaum muslimin karena sejatinya azan adalah panggilan bagi umat Islam untuk menunaikan salat fardu. Menjawab azan tentunya membawa kita pada keberkahan dunia dan akhirat.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menjawab azan yang didengarkan.
إِذَا سَمِعْتُمِ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
Artinya, “Jika kalian mendengar suara muazin (mengumandangkan azan) maka katakanlah sebagaimana yang telah diucapkan oleh muazin.”
Dari hadis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa menajwab azan merupakan hal yang disunahkan.
Namun, bagaimana jika kita mendengar azan dari beberapa masjid dengan waktu hampir bersamaan?
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ menjelaskan bahwa ada dua pendapat mengenai hukum menjawab azan yang kita dengan secara bersamaan sebagai berikut.
إذا سمع مؤذنا بعد مؤذن هل يختص استحباب المتابعة بالأول أم يستحب متابعة كل مؤذن فيه خلاف للسلف حكاه القاضي عياض في شرح صحيح مسلم ولم أر فيه شيئا لأصحابنا. والمسألة محتملة والمختار أن يقال المتابعة سنة متأكدة يكره تركها لتصريح الأحاديث الصحيحة بالأمر بها وهذا يختص بالأول لأن الأمر لا يقتضي التكرار وأما أصل الفضيلة والثواب في المتابعة فلا يختص والله أعلم
Artinya, “Jika mendengar suara (azan) muazin setelah muazin yang lain, apakah dikhususkan anjuran untuk mengikuti muazin pertama atau dianjurkan juga menjawab seluruh muazin. Ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan salaf, seperti yang dinyatakan Al-Qadhi Iyadh dalam Syarh Shahih Muslim. Saya (Imam An-Nawawi) tidak menemukan pendapat terkait masalah ini pada ulama Syafi’iyah. Permasalahan ini ada beberapa kemungkinan. Kesimpulan yang lebih tepat bahwa menjawab azan hukumnya sunnah muakad (ditekankan), makruh jika ditinggalkan, berdasarkan hadis sahih yang secara tegas memerintahkannya. Ini hanya khusus untuk menjawab azan yang pertama karena perintah tidak menunjukkan harus diulang. Hanya saja, keutamaan dan pahala menjawab azan, tidak hanya khusus untuk menjawab azan yang pertama.”
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa cara menjawab adzan yang pertama menirukan ucapan muadzin, sementara untuk kalimat "Hayya 'alal falah." Dan “Hayya ‘alal Sholah” dijawab dengan kalimat “Laa haula walaa quwwata illa billahi”.
Cara menjawab azan yang pertama adalah dengan menirukan lafal azan sesuai dengan ucapan muazin.
Namun, untuk kalimat "Hayya 'alal falah" tidak dijawab dengan menirukannya, melainkan dengan melafalkan:
لاحول ولاقوّة الاّ بالله
Laa haula walaa quwwata illa billahi.
Artinya: "Tidak ada daya upaya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah."
Menjawab azan Subuh pada hakikatnya sama dengan tata cara menjawab azan salat lainnya.
Akan tetapi, azan Subuh memiliki keistimewaan karena tidak hanya mengajak untuk salat tetapi juga untuk bangun dari tidur. Biasanya, muazin akan menambahkan lafal azan dengan bacaan berikut:
اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
As shalaatu khairum minan naumi.
Artinya: "Sholat lebih baik daripada tidur."
Ketika muazin mengumandangkan kalimat di atas, kita dapat menjawabnya dengan melafalkan kalimat berikut:
صدقت وبررت وانا على ذلك من الشّاهدين
Shadaqta wabararta wa anaa 'alaa dzaalika minasy syaahidiina.
Artinya: "Benar dan baguslah ucapanmu itu dan aku pun atas yang demikian termasuk orang-orang yang menyaksikan."
Baca Al-Quran Online 30 Juz dengan Terjemahan Bahasa Indonesia, Latin, Tanda Waqaf & Tafsir Ayat dengan lengkap, mudah dan praktis hanya di Narasi Ramadan.
Latest Comment
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya