Cara yang Benar untuk Memvalidasi Perasaan Anak demi Hindari Trauma di Masa Depan

15 Apr 2025 22:02 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi anak yang perlu divalidasi emosinya. (Foto: Freepik) .

Penulis: Rizal Amril

Editor: Rizal Amril

Validasi perasaan anak menjadi aspek yang sangat penting dalam perkembangan emosional dan psikologis mereka. Memahami dan mengakui emosi yang dialami anak membantu mereka merasa diterima dan diakui.

Kesehatan mental anak harus dijaga sejak dini, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memberi validasi terhadap perasaan mereka.

Ketika anak merasa bahwa perasaannya diperhatikan, mereka lebih mampu mengelola emosi mereka dan kurang berisiko mengalami masalah kesehatan mental di kemudian hari.

Dampak positif dari validasi perasaan dapat dilihat dari perubahan perilaku anak.

Anak yang merasa dikapani emosinya cenderung lebih kooperatif dan patuh terhadap orang tua.

Keberanian untuk mengungkapkan perasaan mereka dicapai karena mereka tahu bahwa emosinya tidak diabaikan.

Kondisi ini mengurangi sikap memberontak dan membantu mereka bertindak dengan lebih baik.

Dengan memvalidasi setiap emosi, anak belajar bahwa semua perasaan, baik positif maupun negatif, adalah hal yang normal dan perlu untuk diekspresikan.

Validasi perasaan juga berperan dalam membangun rasa percaya diri anak.

Ketika anak mengalami emosi yang tidak menyenangkan dan merasa bahwa orang tua mereka memahami dan mendukung mereka, anak akan lebih merasa aman dalam mengekspresikan diri.

Kepercayaan diri yang terbentuk ini sangat penting untuk kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi tantangan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sosial atau pendidikan.

Cara memvalidasi emosi anak

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memvalidasi emosi anak demi mencegah mereka mengalami trauma emosional di masa depan.

1. Mempraktikkan mindful parenting

Mindful parenting adalah salah satu cara yang efektif untuk memvalidasi perasaan anak.

Orang tua yang menerapkan mindful parenting berusaha untuk hadir sepenuhnya saat anak mengungkapkan emosinya.

Dengan fokus dalam mendengarkan, orang tua dapat lebih memahami apa yang dirasakan anak dan memberikan jaminan bahwa perasaan tersebut sah untuk dirasakan.

Pendekatan ini tidak hanya memberikan anak rasa diperhatikan, tetapi juga mengurangi kecemasan orang tua dalam merespons situasi emosional anak.

2. Menjadi pendengar yang empatik

Menjadi pendengar yang empatik adalah kunci dalam validasi emosi anak. Ketika anak menceritakan pengalaman atau perasaan mereka, orang tua sebaiknya mendengarkan dengan sepenuh hati tanpa menginterupsi.

Pendekatan ini melatih anak untuk merasa bahwa suara mereka berharga, dan penting untuk dibicarakan.

Dengan begitu, anak akan belajar bahwa berkomunikasi tentang emosi adalah saluran sehat untuk menyampaikan perasaan mereka.

3. Menggunakan kata-kata yang membangun

Kata-kata yang digunakan oleh orang tua saat merespons perasaan anak sangat berpengaruh.

Kalimat-kalimat yang membangun seperti “Bapak mengerti kamu sedang merasa sedih,” atau “Kamu sedang sedih ya, apa yang bisa kita lakukan?” sangat efektif dalam memberi dukungan emosional kepada anak.

Hindari ungkapan yang meremehkan perasaan anak, seperti “Jangan cengeng!” yang justru berdampak buruk pada emosi anak.

4. Beri tanggapan yang mendorong komunikasi

Memberikan respon yang mendorong komunikasi adalah hal penting saat anak menunjukkan emosi.

Orang tua dapat mendorong anak untuk berbicara lebih banyak tentang apa yang mereka rasakan.

Dengan pertanyaan terbuka yang tidak menghakimi, diharapkan anak mau berbagi lebih dalam tentang pengalaman emosional mereka. Misalnya, menanyakan “Apa yang membuat kamu merasa seperti itu?” dapat menggali lebih dalam perasaan anak dan menunjukkan bahwa orang tua peduli.

5. Menghindari psikologi negatif

Menghindari psikologi negatif adalah langkah penting dalam merespons emosi anak.

Ungkapan atau tindakan yang meremehkan atau mengabaikan perasaan anak dapat berisiko menyebabkan trauma emosional.

Sebagai contoh, jika anak merasa takut, respons seperti “Kamu tidak perlu takut” dapat membuat mereka merasa bahwa perasaan mereka tidak valid.

Orang tua seharusnya sebaliknya, mengakui ketakutan anak dan memvalidasi perasaan itu sebagai hal yang wajar.

6. Afirmasi dan penerimaan perasaan

Afirmasi dan penerimaan perasaan adalah cara yang efektif untuk menunjukkan dukungan emosional kepada anak.

Dalam situasi di mana anak merasa putus asa atau marah, menanggapi dengan kalimat seperti “Ibu tahu ini sulit untukmu,” dapat membantu anak merasa bahwa orang tua mereka mengerti dan mendukung mereka.

Penerimaan seperti ini mengajarkan anak bahwa setiap perasaan adalah bagian dari pengalaman hidup dan penting untuk diperhatikan.

7. Mengarahkan anak mencari solusi

Mengajarkan anak untuk menghadapi masalah dan mencari solusi adalah bagian dari proses validasi perasaan mereka.

Ketika anak mengalami emosi yang kuat, orang tua dapat membantu mereka menemukan cara sehat untuk menyelesaikannya.

Misalnya, jika anak kesal karena sesuatu, orang tua bisa mengajukan pertanyaan seperti “Apa yang bisa kita lakukan agar kamu merasa lebih baik?”

Dengan cara ini, anak tidak hanya mendapatkan validasi tetapi juga belajar tentang pentingnya mencari solusi secara konstruktif.

Dengan memahami dan menerapkan strategi-strategi ini, orang tua dapat membentuk anak-anak mereka menjadi pribadi yang lebih kuat secara emosional dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER