Mengenal Sistem Dropship: Cara Kerja, Keuntungan, dan Perbedaannya dengan Reseller

19 Apr 2023 11:04 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi seorang pengusaha dropship mengiklankan produk lewat media sosial. (Sumber: Pexels/George Milton)

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Rizal Amril

Jika Anda berencana untuk memulai bisnis dengan modal terbatas, sistem dropship mungkin bisa menjadi pilihan.

Banyak orang yang masih bingung membedakan dropshipper dengan reseller, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sama. Padahal dropship dan reseller merupakan dua sistem bisnis yang berbeda.

Lantas, apa yang dimaksud dengan dropship? Apa bedanya dengan sistem reseller?

Pengertian dropship

Dropship adalah sistem penjualan di mana seseorang dapat menjual atau memasarkan barang milik orang lain tanpa membelinya terlebih dahulu.

Cara kerja dropship cukup sederhana. Dropshipper akan memasarkan produk dari pihak penyedia barang dengan nama bisnis yang berbeda. 

Ketika produk tersebut ada yang membeli, dropshipper akan memesankannya ke penyedia barang dan mengirimkannya langsung ke alamat pembeli.

Dengan begitu, dropshipper tidak perlu mengeluarkan modal untuk membeli stok barang secara fisik.

Modal yang diperlukan oleh seorang dropshipper hanyalah koneksi internet dan perangkat seperti gawai untuk melakukan pemesanan.

Skema bisnis yang sederhana ini membuat dropship dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Beda dropship dan reseller

Meski sepintas terkesan mirip, sebenarnya dropship dan reseller memiliki pengertian dan cara kerja yang berbeda. 

Beberapa perbedaan antara dropship dan reseller yaitu:

1. Stok barang

Perbedaan yang paling terlihat dari kedua sistem bisnis ini adalah stok barang yang dimiliki. 

Seperti telah disebutkan sebelumnya, dropshipper tidak perlu menyetok barang secara fisik sebelum menjualnya kepada pembeli. 

Sementara itu, reseller harus membeli barang dalam jumlah tertentu terlebih dahulu dari produsen untuk kemudian dijual kembali. 

Seorang reseller juga harus melakukan promosi, pengemasan, hingga pengiriman barang sampai ke tangan konsumen.

Tidak demikian halnya dengan dropshipper yang hanya perlu melakukan promosi dan pemesanan barang, sementara proses pengemasan dan pengiriman tetap dilakukan oleh penyedia barang. 

2. Modal

Sistem dropship yang tidak mengharuskan penjualnya menyetok barang membuat modal yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan reseller

3. Keuntungan 

Dari segi keuntungan, reseller bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dropshipper. Sebab, reseller biasanya mendapatkan harga khusus dari penyedia barang atau distributor.

Sementara itu, dropshipper hanya mendapatkan keuntungan dengan persentase tertentu dari setiap produk yang berhasil dijual. 

4. Strategi pemasaran

Sistem dropship dan reseller memiliki strategi pemasaran yang cenderung berbeda. 

Strategi pemasaran reseller umumnya lebih kompleks karena tidak hanya melibatkan promosi online, melainkan juga direct selling seperti penjualan door to door

Sementara itu, dropshipper biasanya hanya melakukan penjualan secara online melalui lokapasar (marketplace) atau beragam kanal media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan WhatsApp. 

5. Risiko 

Dengan sistem kerja yang berbeda, risiko bisnis yang dimiliki dropshipper dan reseller juga berbeda.

Sistem reseller jauh lebih berisiko karena ada kemungkinan stok barang yang sudah dibeli tidak habis terjual. 

Berbeda halnya dengan dropshipper yang minim risiko sebab penjualnya tidak perlu mengeluarkan modal untuk menyetok barang.

Cara kerja sistem dropship 

Terdapat 6 langkah yang biasanya dilakukan dalam sistem penjualan dropship, yaitu:

1. Memilih produk yang akan dijual

Sebelum mulai berjualan dengan sistem dropship, calon penjual harus mengetahui produk apa yang ingin ditawarkan. Selain itu, tentukan juga target pasar dari produk tersebut. 

Lakukan riset untuk menemukan permasalahan umum yang kerap dijumpai oleh pelanggan, dan pilih produk yang sekiranya dapat memberi mereka solusi. 

2. Melakukan riset dan menentukan pemasok

Setelah menentukan produk dan target pasar, langkah selanjutnya adalah menentukan supplier atau pemasok barang yang tepat.

Mulailah dengan mengumpulkan data dari beberapa pemasok barang, lalu lihat perbandingannya dari segi kredibilitas, kebijakan penjualan, dan kualitas produk yang ditawarkan. 

3. Menetapkan harga penjualan

Jika sudah mengetahui jenis produk yang akan dijual beserta pemasoknya, selanjutnya calon penjual perlu menetapkan harga produk.

Penjual dapat melakukan riset untuk mencari tahu harga yang ditetapkan oleh pesaing yang menjual produk serupa. 

Sebaiknya, jangan memberi harga yang terlalu rendah karena akan merugikan bisnis. Hindari pula memasang harga terlalu tinggi karena akan berisiko kalah saing dengan kompetitor.

4. Memilih kanal berjualan

Langkah selanjutnya adalah menentukan kanal berjualan. Dropshipper biasanya mempromosikan produknya melalui situs pribadi atau dengan memanfaatkan lokapasar seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lain-lain.

Media sosial juga kerap digunakan sebagai media promosi, misalnya melalui Instagram, TikTok, Facebook, atau WhatsApp.

5. Mempromosikan bisnis

Setelah semua rencana dan persiapan sudah matang, dropshipper dapat memulai bisnisnya dengan melakukan promosi melalui kanal yang telah dipilih. 

Beberapa strategi pemasaran yang dapat yaitu melalui search engine optimization (SEO), iklan berbayar, atau promosi melalui media sosial. 

6. Menjalankan proses dropship

Setelah semua langkah dilakukan, dropshipper tinggal menunggu datangnya pesanan dari konsumen. 

Jika terdapat pesanan, pembeli akan melakukan pembayaran ke dropshipper, lalu dropshipper meneruskan pesanan tersebut ke pemasok barang.

Pemasok kemudian menyiapkan barang pesanan lalu mengemas dan mengirimkannya ke alamat pembeli.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER