Gerhana Bulan total akan terjadi pada tanggal 14 Maret 2025. Fenomena ini akan dimulai dengan fase penumbra ketika Bulan memasuki bayangan Bumi yang tidak sepenuhnya gelap.
Fase ini akan diikuti dengan fase parsial, di mana Bulan mulai memasuki bayangan umbra Bumi yang lebih gelap, dan mulai terlihat perubahan warnanya menjadi merah atau 'blood moon'.
Puncak gerhana, ketika seluruh permukaan Bulan berada di dalam umbra Bumi, akan berlangsung selama 65 menit. Menurut laporan dari Planetarium Jakarta, puncak fenomena ini diperkirakan akan terjadi pada pukul 13.54 WIB.
Total durasi gerhana diperkirakan akan berlangsung selama enam jam, memberikan waktu yang cukup bagi pengamat untuk menikmati proses perubahan yang terjadi pada Bulan.
Fenomena Bulan Berwarna Merah Darah
Istilah "Bulan darah" merujuk pada perubahan warna Bulan yang terlihat merah saat terjadi gerhana Bulan total. Penyebab utama dari perubahan warna ini adalah karena sinar Matahari yang melewati atmosfer Bumi.
Pada saat-saat tertentu seperti ketika matahari terbenam, cahaya biru dari Matahari lebih banyak tersebar, sehingga yang tertangkap mata lebih banyak cahaya merah atau cahaya kuning.
Fenomena ini dikenal sebagai Rayleigh scattering. Ketika cahaya Matahari memasuki atmosfer Bumi, ia mengalami hamburan karena partikel-partikel di udara. Hal ini menyebabkan cahaya biru tersebar lebih jauh, sehingga hanya cahaya merah yang dapat mencapai Bulan secara langsung.
Seiring dengan itu, keberadaan debu dan awan di atmosfer juga dapat membuat Bulan tampak lebih merah, memberikan efek penampilan yang dramatis.
Wilayah Pengamatan Gerhana
Hanya sebagian wilayah di dunia yang dapat menyaksikan gerhana Bulan total pada 14 Maret 2025. Beberapa negara yang akan dapat melihat seluruh fase gerhana antara lain:
-
Amerika Utara: Amerika Serikat, Alaska, Hawaii, Kanada, Meksiko
-
Amerika Selatan: Brasil, Argentina, Chile
-
Eropa: Spanyol, Perancis, Inggris
-
Afrika: Afrika Barat, Tanjung Verde, Maroko, Senegal
-
Oseania: Selandia Baru
Gerhana ini tidak dapat dilihat dari Indonesia. Seluruh fase gerhana akan terlewat dari langit Indonesia, meskipun gerhana sebagian dapat terlihat dari wilayah Eropa, Asia, Australia, dan Afrika, tergantung pada kondisi cuaca dan waktu terbenamnya Bulan.
Meskipun tidak dapat menyaksikan secara langsung gerhana Bulan total, Indonesia tetap dapat mengalami dampak dari fenomena ini. Salah satu dampaknya adalah kemungkinan risiko cuaca buruk yang diakibatkan oleh perubahan atmosfer. Selain itu, fenomena penurunan air laut atau pasang maksimum juga dapat terjadi, yang mengarah pada potensi terjadinya banjir rob di daerah pesisir.