Penulis: Sekolah Pemikiran Perempuan
Editor: Margareth Ratih. F
Etalase Pemikiran Perempuan (Etalase) adalah ruang sirkulasi pemikiran para puan Nusantara di ranah seni budaya dengan semangat lintas batas disiplin, kelas, wilayah geografis, budaya, dan generasi. Etalase akan diselenggarakan pada 28-30 Juli 2023 secara daring melalui Zoom dan YouTube Sekolah Pemikiran Perempuan.
Etalase yang telah berjalan selama empat tahun merupakan inisiatif Sekolah Pemikiran Perempuan (SPP), kumpulan para puan yang berbasis di kepulauan Nusantara maupun diaspora dan melakukan komunikasi terutama secara daring. Sejak tahun 2020, Etalase melibatkan setidaknya 97 pembicara dari 36 wilayah di dalam dan luar Indonesia.
”Bentuk dan isi program Etalase dirancang untuk menjadi kanal mendengarkan dan saling belajar dari pengetahuan yang diproduksi oleh para puan Nusantara, dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarananya. Seringkali pengetahuan ini menjadi bahan riset di luar Indonesia dan dipublikasikan dalam bahasa yang tidak dapat diakses sebagian besar puan Nusantara,” ujar Lisabona Rahman, Direktur Festival Etalase pemikiran Perempuan, menjelaskan karakter festival ini.
Kepala Sekolah Pemikiran Perempuan, Intan Paramaditha menambahkan, ”Sejak tahun 2022, Etalase Pemikiran Perempuan dirancang bersama peserta Sekolah Pemikiran Perempuan yang mengikuti kelas SPP secara intensif selama kurang lebih 20 minggu. Keragaman latar belakang mereka dari segi gender, disabilitas, profesi, dan wilayah geografis turut mempengaruhi proses pemilihan tema dan pembicara dalam Etalase 2023,” tambah Intan.
Pada tahun ini, Etalase menampilkan program-program khas dan baru dengan berbagai tema yang relevan, yaitu ‘Panggung Pembuka’, ‘Panggung Kerja Berjalan’, ‘Riwayatmu, Puan’, ‘Bongkar Kata’, ‘Pengantar Tidur’, ‘Rantau’, ‘Dunia dalam Berita’, dan ‘Konser Ceramah’.
Panel-panel di Festival Etalase 2023
Panggung adalah salah satu acara khas yang akan tampil sebagai pembuka pada Etalase tahun ini. Dengan topik pembahasan "Kerja-kerja yang Tak Dianggap Kerja", Panggung Pembuka mengupas kerentanan kerja rumah tangga sampai ‘hantu’ perbudakan serta dampak luasnya pada kerja-kerja lain yang bersifat reproduktif yang seringkali dianggap tidak penting, termasuk di bidang seni budaya.
Menurut Fathimah Fildzah Izzati, pemandu sesi Panggung Pembuka, panel ini juga merupakan bentuk solidaritas pada perjuangan panjang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT). “Pembahasan mengenai kerja-kerja reproduktif yang seringkali tidak dianggap sebagai sebuah kerja ini sejalan dengan dukungan dan solidaritas kita pada perjuangan disahkannya RUU PPRT menjadi Undang-Undang,” ucap Fildzah.
Sedangkan pada Panggung Kerja Berjalan yang bertajuk “Himpunan”, publik akan diajak mendengarkan refleksi para puan yang merancang ruang, kegiatan dan jaringan berbasis pemikiran feminisme dekolonial dan interseksional. Panel ini akan menampilkan potret ragam inisiatif yang sedang berjalan, baik yang sudah berjalan lama maupun baru dimulai, salah satunya kabar dari Kartini Conference pertama yang baru saja diselenggarakan.
Riwayatmu, Puan adalah forum untuk merayakan pencapaian, berbagi pemikiran dan bersama menolak penyingkiran perempuan dari pencatatan sejarah. Penelusuran kembali riwayat para puan diikuti lewat sudut pandang para periwayat yang berprofesi serupa atau berhubungan demi mengupayakan estafet pengetahuan lintas generasi. Puan yang akan diriwayatkan pada Etalase tahun ini adalah Lily Yulianti Farid, Sumijati Atmosudiro, Shinta Ratri, dan Supinah.
Bongkar Kata tahun ini bertajuk “Imajinasi tentang Masa Depan”, yang mengajak peserta membongkar kata “Alam”, “Anak”, “Rumah”, dan “Rawat” sembari menggugat esensialisme gender demi membayangkan masa depan yang lebih feminis.
Rantau yang bertajuk “Women in Translation”, akan mengeksplorasi keterkaitan antara pengetahuan yang dihasilkan perempuan dengan praktik dan politik penerjemahan sastra. Penulis dan penerjemah sastra dalam tiga bahasa (Tamil, Korea, dan Arab) akan hadir dalam panel diskusi yang membahas persoalan penerjemahan sastra ke dalam bahasa lain, di mana faktor-faktor seperti geopolitik dan gender juga mencerminkan ketidakseimbangan dalam sastra dunia.
Dunia dalam Berita pada Etalase berbeda dengan acara televisi yang pernah tersohor di masanya. Panel ini menawarkan siaran berita alternatif dari wilayah Nusantara dan dunia mengenai pengorganisiran puan dan hal-hal lainnya yang penting untuk didengar bersama.
Salah satu pembawa berita dalam panel ini, Zahrotun Nafisah, menuturkan kenapa panel baru ini menarik untuk diikuti. "Panel Dunia dalam Berita baru ada di Etalase tahun ini atas usulan pengelola SPP. Kami senang menyambut usulan tersebut hingga kemudian menyusun berita apa saja yang menurut kami perlu didengar oleh banyak orang, terutama berita-berita alternatif yang selama ini -berdasarkan framing media yang maskulin- jarang diekspos. Seperti apa? Ya berita olahraga yang menceritakan atlet perempuan misalnya," tutur Zahro.
Konser Ceramah yang menjadi penutup rangkaian Etalase, akan mengajak penonton melihat bagaimana para empu pesuara bercerita dan mengekspresikan perasaannya, khususnya dalam menyuarakan doa, kesenangan dan ratapan. Bagaimana estetika vokal dan musik yang memberdayakan seorang perempuan meski banyak dihadapkan oleh pantauan dan tantangan. Etalase menghadirkan perempuan-perempuan pesuara dan pemusik kepada publik yang lebih luas, untuk ditautkan dengan banyak pemikiran dan perlawanan bunyi yang subjektif antar-individu yang bertemu.
Lisabona Rahman turut menyampaikan harapan para penyelenggara festival Etalase tahun ini. “Etalase kami harapkan tidak hanya menjadi ruang pajang karya dan pemikiran para puan tetapi juga menjadi tempat para perempuan saling berkenalan, berbagi gagasan dan kecakapan, serta saling menopang. Semoga Etalase dapat menjadi tempat berkumpul dan platform perlawanan yang berkelanjutan,” pungkas Lisa.
Informasi panel selengkapnya sila akses: https://www.pemikiranperempuan.org/
Pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi: [email protected] / 0812-9817-7567 (Dita).
Tentang Sekolah Pemikiran Perempuan
Sekolah Pemikiran Perempuan (SPP) berawal dari serangkaian lokakarya proses kreatif berperspektif feminis yang digagas para pengelola hibah Cipta Media Ekspresi (CME), hibah untuk perempuan pencipta, peneliti, dan pegiat komunitas di bidang seni dan budaya. Format Etalase sebagai intervensi ruang publik dalam bentuk kehadiran kolektif dengan praktik memajang dan membahas karya para puan dimulai dari Festival Cipta Media Eskpresi di Taman Budaya Yogyakarta pada 26-28 April 2019.
Sejak tahun 2020, SPP berdiri sebagai inisiatif independen dengan tujuan melakukan intervensi terhadap proses produksi pengetahuan yang meminggirkan, mengerdilkan, dan menghapus perempuan. SPP melakukan ”pembangkangan epistemik” (epistemic disobedience) terhadap sistem pengetahuan yang bersifat kolonial, kapitalis, dan heteropatriarkis dengan menggarisbawahi peran perempuan di Nusantara—yang dalam konteks global merupakan perempuan Dunia Ketiga/ Selatan—sebagai subyek penting dalam penciptaan pengetahuan. Kegiatan SPP terfokus pada penyebaran dan pertukaran pengetahuan melalui kelas, ceramah, dan lokakarya di ruang publik. Setiap tahun SPP mengupayakan dua program rutin: kelas reguler SPP selama 18 minggu dan Etalase sebagai acara untuk publik yang diselenggarakan selama 3 hari.
SPP berupaya menggunakan potensi-potensi teknologi komunikasi untuk memperluas ruang sirkulasi pengetahuan yang dihasilkan perempuan Nusantara di manapun mereka berada, di tanah asal ataupun di rantau. SPP juga berupaya menyediakan ruang menyimak untuk pengetahuan yang diproduksi para puan Nusantara melalui berbagai praktik di luar wilayah akademis.
KOMENTAR
Latest Comment