Film Perang Kota, Sebuah Karya Ekranisasi dari Novel "Jalan Tak Ada Ujung"

28 Apr 2025 18:16 WIB

thumbnail-article

Pemeran film Ariel Tatum (tengah) bersama Chicco Jerikho (kiri) dan Jerome Kurnia (kanan) menyampaikan penjelasan mengenai film "Perang Kota" dalam acara temu media di Jakarta, Senin (24/3/2025). (ANTARA/Abdu Faisal) .

Penulis: Kitin Aprilia

Editor: Kitin Aprilia

Mouly Surya yang terkenal sebagai sutrada dan penulis film dengan ide-ide idealis yang begitu mengagumkan kembali menghadirkan sebuah film yang berjudul Perang Kota atau This City is a Battlefield.

Film ini tidak hanya hadir sebagai tontonan tetapi juga sebagai karya yang memicu diskusi tentang pentingnya kemanusiaan di tengah konflik perebutan kemerdekaan.

Perang Kota dijadwalkan tayang di bioskop mulai 30 April 2025, membuka kesempatan bagi penonton untuk menyaksikan karya yang sarat makna ini.

Adaptasi yang Menggugah

Film Perang Kota merupakan adaptasi dari novel klasik Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Karya ini menyuguhkan kisah cinta segitiga yang terjadi dalam konteks perang Jakarta tahun 1946. Cerita ini berfokus pada perjuangan manusia di tengah kekacauan, menyoroti bagaimana emosi dapat terjalin dalam kondisi yang paling sulit.

Mouly Surya, sang sutradara, menekankan pentingnya latar belakang perang dalam menceritakan dinamika hubungan antar tokoh. Dalam pemandangan Jakarta yang diliputi perang, kisah tersebut terasa semakin relevan dan kuat, mengingat konteks sejarah yang mendalam.

Karakter Utama dalam Film

Film ini mengedepankan tiga karakter sentral, yakni Isa, Fatimah, dan Hazil. Isa, diperankan oleh Chicco Jerikho, adalah seorang guru yang mengalami trauma akibat perang.

Fatimah, yang diperankan oleh Ariel Tatum, adalah istri Isa yang mendambakan cinta dan perhatian dari suaminya.

Di sisi lain, Hazil, diperankan oleh Jerome Kurnia, adalah seorang gerilyawan muda yang menawarkan pelarian emosional bagi Fatimah dan asal dari semangat menggebu yang menulari Isa.

Koherensi antara trauma perang dan hubungan mereka dikembangkan dengan sangat baik. Emosi yang mendalam dan konflik internal tiap tokoh memberikan kedalaman pada cerita, menciptakan pengalaman menonton yang lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga refleksi terhadap hubungan antar manusia dalam situasi penuh tekanan.

Pendekatan Visual dan Sinematik

Dari segi teknik sinematik, Perang Kota mengadopsi berbagai elemen modern untuk memperkuat pengaruh visual dan audio. Teknologi visual efek (VFX) digunakan secara optimal untuk merepresentasikan Jakarta tahun 1946, menghadirkan suasana yang autentik dan mendalam. Selain itu, film ini juga menawarkan format audio Dolby Atmos, memberikan pengalaman suara yang imersif bagi penontonnya.

Kolaborasi dengan berbagai rumah produksi internasional turut memperkaya kualitas produksi. Dengan keterlibatan kru dari berbagai negara, film ini mendapatkan perspektif baru, memperkaya aspek sinematik yang dinikmati penonton.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER