28 Januari 2024 22:01 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Rizal Amril
Apakah kamu pernah mendengar istilah glass ceiling? Glass ceiling adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan hambatan perempuan dan kelompok minoritas untuk mengambil peran lebih tinggi di perusahaan.
Konsep ini menjadi salah satu bentuk patriarki di lingkungan kerja. Perempuan masih dianggap tidak pantas mendapatkan karier yang tinggi, terutama di level pengambil keputusan seperti manajer. Glass ceiling menghalangi kesempatan perempuan mendapat promosi jabatan atau kompensasi yang sama dengan laki-laki.
Glass ceiling pertama kali diperkenalkan oleh Marilyn Loden pada tahun 1978. Loden mengakui bahwa perempuan sangat sulit, bahkan tidak bisa mencapai karier yang tinggi dalam posisi manajemen.
Sebab, ada penghalang yang tidak terlihat yaitu faktor kultural, anggapan bahwa laki-laki ditakdirkan sebagai pemimpin itu masih langgeng sampai sekarang.
Fenomena glass ceiling menunjukkan bahwa perusahaan masih melakukan diskriminasi terhadap pekerja.
Padahal, siapapun bisa menempati posisi manajer atau mendapatkan promosi jabatan di perusahaan tanpa memandang suku, agama, ras, maupun gendernya.
Glass ceiling tentu menimbulkan efek negatif bagi pekerja perempuan, di antaranya:
Perempuan yang terdampak glass ceiling akan merasa stres saat bekerja. Penyebabnya adalah tekanan pekerjaan yang banyak tanpa disertai dukungan promosi jabatan di perusahaan. Hal ini dapat menurunkan produktivitas kerja karyawan perempuan.
Tak bisa dipungkiri bahwa glass ceiling dapat membuat perempuan merasa ragu akan kemampuannya.
Sebab, perusahaan tidak memberinya kesempatan untuk menjabat di posisi yang tinggi ataupun promosi jabatan.
Jika perempuan sudah mengalami dua hal di atas, maka ini akan memengaruhi perubahan mood mereka. Perempuan akan merasa cemas dan depresi lebih banyak dibanding laki-laki.
Efeknya bisa pada perubahan kebiasaan makan, sering merasa bersalah, kekurangan energi, produktivitas menurun, dan putus asa.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi glass ceiling di tempat kerja:
Cara pertama yaitu dengan menunjukkan kualitas pekerjaanmu. Cobalah untuk rutin membagikan pencapaian dalam karier dan portofolio.
Dengan begitu, orang lain bisa mengetahui kemampuanmu. Hal ini juga mampu membuka peluang karier dan relasi yang baru.
Apa yang sedang kamu kerjakan, usahakan untuk menyelesaikannya dengan baik. Jangan hanya berfokus untuk mendapat perhatian dari atasan, melainkan juga membuktikan bahwa hasil pekerjaanmu berkualitas.
Dengan membangun relasi seluas-luasnya, maka peluang karier baru akan semakin besar.
Kamu juga bisa bergabung dengan serikat pekerja yang sangat berguna untuk membangun solidaritas dalam profesi.
Salah satu keuntungan bergabung dengan serikat pekerja adalah untuk membentuk kebijakan anti diskriminatif.
Kamu bisa mengusulkan kebijakan ini kepada HRD atau atasan di tempat kerja. Dengan begitu, glass ceiling perlahan dapat dihapuskan.
Dalam bekerja, kamu juga perlu menetapkan tujuan yang jelas dan mengembangkan skill yang dimiliki.
Target ini sekaligus membantumu untuk siap menghadapi segala risiko yang ada.
KOMENTAR
Latest Comment