Gunung Slamet Berstatus Waspada, Belum Pernah Meletus dalam Skala Besar Sejak Abad Ke-19

20 Oct 2023 21:10 WIB

thumbnail-article

Gunung Slamet terlihat dari arah Desa Pamijen, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Sabtu (12/8/2023). ANTARA/Sumarwoto

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Gunung api tertinggi di Jawa Tengah, Gunung Slamet seperti kembali terbangun dari tidur panjangan ketika statusnya ditingkatkan menjadi waspada pada Kamis (19/10/2023). Gunung api ini diketahui belum pernah meletus dalam skala besar sejak abad ke-19.

Mengutip dari Antara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi telah meningkatkan status aktivitas Gunung Slamet dari Level I (normal) menjadi Level II (waspada).

Peningkatan aktivitas gunung yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah ini ditandai dengan meningkatnya amplitudo tremor yang terus menerus, serta terjadinya gempa tremor harmonik dengan durasi yang panjang.

Gempa tremor harmonik ini memperlihatkan peningkatan embusan dalam tubuh Gunung Slamet, sementara peningkatan amplitudo tremor menunjukkan adanya peningkatan pemanasan air tanah di dalam tubuh Gunung Slamet.

Aktivitas ini akan memicu terjadinya gempa-gempa dangkal yang mengakibatkan erupsi freatik.

“Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatic yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius dua kilometer. Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin,” jelas Kepala PVMBG Hendra Gunawan, dikutip dari Antara.

Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Budi Nugroho mengimbau masyarakat sekitar untuk tetap tenang dan selalu waspada dalam menghadapi peningkatan vulkanik Gunung Slamet.

“Kami imbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta tidak terpengaruh terhadap berita hoaks yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet,” imbau Budi, dikutip dari Antara.

Menurut Budi, masyarakat perlu tenang karena BPBD telah memiliki rencana kontingensi bencana erupsi Gunung Slamet di tingkat Jawa Tengah, oleh karenanya pihaknya kan terus mengikuti rencana kontingensi tersebut.

Ia juga menyatakan bahwa kini pihaknya terus melakukan pemantauan terkait perkembangan aktivitas Gunung Slamet, salah satunya melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Siklus lima tahunan menjelang Pemilu

Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang bernama Sukedi yang juga mantan Pos PGA Slamet di Gambuhan mengatakan bahwa peningkatan Aktivitas Gunung dengan ketinggian 3.432 mdpl ini hampir terjadi setiap lima tahun sekali.

Meskipun telah memasuki masa pensiun, Sukedi masih ikut mengamati aktivitas gunung tertinggi kedua di pulau Jawa ini setelah Gunung Semeru.

Dia sudah cukup paham dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet yang terjadi hampir setiap lima tahun sekali, jadi tidak heran masyarakat selalu mengaitkan dengan momentum pemilu karena peningkatan aktivitas Gunung Slamet terjadi setiap menjelang pemilu.

Karakteristik Gunung Slamet yang tenang namun menghanyutkan perlu diketahui banyak pihak. Seperti yang terjadi pada tahun 2014 saat tingkat aktivitasnya mencapai Level III atau siaga.

Kala itu, Gunung Slamet mengeluarkan suara dentuman yang menghebohkan dan menggemparkan masyarakat sekitar. Hal serupa juga pernah terjadi di tahun 1987-1988.

Catatan erupsi Gunung Slamet diketahui telah ada sejak abad ke-19. Hingga kini, Gunung Slamet sering erupsi secara berkala namun belum pernah terjadi dalam skala besar.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER