Hadits Bau Mulut Orang Berpuasa dan Mengapa Sering Disalahartikan

14 Mar 2024 21:03 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi mulut orang berpuasa. (Sumber: Freepik/master1305)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Bulan Ramadan mewajibkan umat Islam untuk berpuasa menahan makan dan minum selama lebih dari 12 jam, hal ini terkadang menyebabkan bau mulut yang tidak sedap datang. 

Akan tetapi, meskipun begitu, bau mulut orang berpuasa memiliki keistimewaan bagi Allah Swt.

Hal tersebut dijelaskan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang diriyawatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya sebagai berikut:

 وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ

Artinya, “Demi Zat yang berkuasa atas nyawaku, sungguh bau mulut orang puasa itu lebih wangi menurut Allah daripada bau misik.”

Lantas apa makna di balik hadis bau mulut orang berpuasa tersebut? Berikut adalah penjelasannya.

Makna hadits mengenai bau mulut orang berpuasa

Mengutip dari laman NU Online, Kiai Ali Mustafa Yaqub pernah menjelaskan makna hadis bau mulut orang berpuasa dalam kitab At-Thuruqus Shahihah fi Fahmi Sunnatin Nabawiyyah.

Menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub, terdapat dua makna yang dapat dipetik dari hadis tersebut. 

Yang pertama, frasa “lebih wangi menurut Allah” dalam hadis di atas bukan berarti wangi berdasarkan penciuman Allah Swt. karena Allah memiliki sifat yakni tidak menyerupai makhluk yang Ia ciptakan (Laisa kamitslihi syai'un).

Oleh karenanya, maksud dari “wangi” tidak dapat dimaknai secara harfiah, melainkan perlu dimaknai sebagai majas.

Makna dari kalimat “athyabu indallah min rihil misk” adalah pahalanya lebih banyak menurut Allah daripada pahala orang yang memakai minyak misik pada salat Jumat atau salat Idulfitri dan Iduladha.

Keterangan serupa juga terdapat dalam Tuhfatul Habib ala Syarhil Khatib karangan Al-Bujairimi sebagai berikut:.

 قَوْلُهُ: (أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ) أَيْ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ الْمَطْلُوبِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَالْعِيدَيْنِ أَيْ أَكْثَرُ ثَوَابًا مِنْ ثَوَابِ رِيحِ الْمِسْكِ الْمَطْلُوبِ، فَلَا يَرِدُ أَنَّ الشَّمَّ مُسْتَحِيلٌ عَلَيْهِ تَعَالَى، أَوْ مَعْنَى كَوْنِهِ أَطْيَبَ عِنْدَ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَرِضَاهُ بِهِ 

Artinya, “Yang dimaksud dalam qaul ‘lebih wangi menurut Allah’ adalah lebih wangi daripada bau minyak misik yang diperintahkan untuk memakainya ketika hari Jumat dan dua salat Id, atau maksudnya adalah pahalanya lebih banyak daripada pahala menggunakan minyak misik pada hari Jumat atau dua hari raya. Sungguh, mencium adalah hal yang mustahil bagi Allah Swt. sehingga yang dimaksud dengan ‘lebih wangi menurut Allah’ adalah pujian dan rida-Nya terhadap orang yang berpuasa.” 

Pendapat Al-Bujairimi ini juga diafirmasi sebelumnya oleh Imam Nawawi yang mengutip pendapat Ad-Dawudi dalam kitab Al-Minhaj Syarah Sahih Muslim-nya.

Sementara itu, makna yang kedua atas hadis tersebut adalah keadaan bau mulut orang yang berpuasa terjadi di hari pembalasan atau akhirat nantinya.

Al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa di akhirat kelak Allah Swt. akan membalas orang yang berpuasa dengan bau wangi di mulutnya yang mengalahkan wanginya minyak misik. 

Baca Selengkapnya

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER