Hari Demam Berdarah Nasional 22 April 2025, Ini Mitos dan Fakta DBD yang Harus Diketahui

22 Apr 2025 23:38 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti pembawa virus deengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). (Freepik/jcomp) .

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Tanggal 22 April setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Nasional di Indonesia. Ini adalah momen yang tepat untuk memahami lebih dalam tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD), termasuk mitos dan faktanya.

Hari Demam Berdarah Nasional ditetapkan sebagai upaya Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya penyakit DBD. Penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini tergolong sebagai permasalahan eksehatan serius di Indonesia.

Banyaknya mitos terkait DBD sering kali menyebabkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat. Memahami mitos dan fakta yang benar tentang penyakit ini sangat penting agar setiap orang dapat mengambil tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat. Pengetahuan yang baik mengenai DBD dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi yang lebih serius, serta membantu dalam pengelolaan kesehatan yang lebih baik.

Berikut sejumlah mitos dan fakta terkait penyakit DBD yang harus diketahui.

Mitos dan fakta umum tentang DBD

Mitos 1: DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk

Mitos umum yang sering beredar adalah bahwa DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Faktanya, nyamuk ini, terutama yang berjenis kelamin betina, hanya berperan sebagai pembawa virus dengue penyebab DBD. Nyamuk ini berperan sebagai vektor yang membawa virus dari manusia terinfeksi, kemudian menyebarkannya kepada orang lain melalui gigitan.

Mitos 2: DBD hanya dialami sekali seumur hidup

Satu lagi mitos yang harus diluruskan adalah anggapan bahwa seseorang tidak akan terinfeksi DBD lebih dari sekali. Faktanya, terdapat empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) yang berbeda. Jika seseorang mengalami infeksi oleh salah satu dari serotipe tersebut, mereka akan mendapatkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang sama, tetapi masih dapat terinfeksi oleh tiga serotipe lainnya di kemudian hari.

Mitos 3: Pengobatan DBD menggunakan antibiotik

Selain itu, banyak orang percaya bahwa pengobatan antibiotik diperlukan untuk DBD. Namun, pengobatan untuk DBD bersifat simtomatik. Ini berarti fokusnya adalah mengurangi gejala seperti demam dan nyeri, bukan mengobati penyebab infeksi virus itu sendiri. Pengobatan yang tepat adalah dengan memberikan cairan infus dan obat penurun demam.

Mitos 4: Pasien DBD harus dirawat di rumah sakit

Banyak orang beranggapan bahwa penderita DBD harus dirawat di rumah sakit. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, sebab pasien boleh saja dirawat di rumah. Namun, saat muncul gejala seperti penurunan suhu tubuh, badan lemas, penurunan nafsu makan, mual dan muntah terus-menerus, nyeri perut, mimisan, hingga muntah darah, sebaiknya segera bawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.

Mitos 5: DBD hanya menjangkiti anak-anak

Hanya karena kebanyakan penderita DBD adalah anak-anak, bukan berarti orang dewasa lantas kebal terhadap penyakit ini. Faktanya, siapa pun berisiko terjangkit DBD jika digigit oleh nyamuk Aedes aegypti. Penting juga untuk diketahui bahwa risiko DBD lebih tinggi pada golongan orang dengan sistem imun lemah serta orang yang sebelumnya pernah terjangkit dengue.

Gejala DBD yang perlu diwaspadai

Gejala mirip flu tetapi lebih serius

Gejala DBD sering kali mirip dengan gejala flu, seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot. Namun, tanda-tanda ini mesti diwaspadai karena bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. Dalam beberapa kasus, DBD dapat menyebabkan perdarahan parah dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.

Penurunan demam bisa jadi fase kritis

Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah bahwa penurunan demam pada pasien DBD tidak selalu menandakan bahwa pasien sudah sembuh. Penurunan demam bisa saja menjadi tanda bahwa pasien memasuki fase kritis, di mana komplikasi seperti kebocoran plasma darah dapat terjadi. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau kondisi pasien saat demam menurun.

Tanda-tanda bahaya

Gejala-gejala seperti mual yang terus-menerus, nyeri perut hebat, dan perdarahan dari hidung atau gusi perlu segera diperiksakan ke rumah sakit. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, risiko komplikasi berat dapat meningkat secara signifikan.

Pencegahan dan pengendalian DBD

3M Plus

Sebagai upaya pencegahan, masyarakat disarankan untuk menerapkan metode 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang wadah-wadah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Ini penting dilakukan untuk mengurangi risiko penularan DBD terutama saat musim hujan.

Fogging dan pengendalian telur nyamuk

Banyak orang percaya bahwa fogging saja cukup untuk mencegah DBD. Namun, faktanya adalah bahwa fogging hanya efektif untuk membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian terhadap telur dan larva juga sangat penting agar tidak ada siklus berkembang biaknya nyamuk yang berkelanjutan.

Peran masyarakat dalam pencegahan

Pencegahan DBD memerlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Kesadaran dan tindakan kolektif dalam menjaga kebersihan lingkungan, serta melakukan pencegahan yang tepat sangat diperlukan untuk menekan angka kejadian DBD.

Tindakan saat terkena DBD

Segera konsultasi dengan dokter

Jika seseorang mengalami gejala yang mengarah kepada DBD, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter sesegera mungkin. Penanganan dini dapat membantu mengurangi risiko komplikasi dan membantu dalam proses pemulihan.

Rawat inap jika sudah parah

Tidak semua kasus DBD memerlukan rawat inap. Pada kasus yang ringan, pasien dapat diobservasi dan dirawat di rumah dengan cukup asupan cairan dan istirahat yang cukup. Namun, jika kondisi memburuk, segera cari perawatan medis.

Pentingnya asupan cairan yang cukup

Satu hal yang harus selalu diingat adalah pentingnya menjaga asupan cairan yang cukup saat terinfeksi DBD. Dehidrasi dapat memperburuk kondisi, maka sangat disarankan untuk minum lebih banyak cairan, seperti air putih atau larutan elektrolit, terutama jika mengalami gejala muntah.

Dengan mengenali fakta-fakta mengenai DBD dan menanggapi mitos yang keliru, masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi dan mencegah penyebaran penyakit ini.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER