Hujan Buatan Diklaim Mulai Mengguyur Jabodetabek, Efektif Kurangi Polusi?

29 Aug 2023 14:08 WIB

thumbnail-article

Pemandangan Monumen Nasional dengan latar belakang gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Senin (29/7/2019). (Megapolitan.Antaranews.Com/Foto: Wahyu Putro A/foc).

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Hujan buatan yang mengguyur wilayah Jabodetabek pada Minggu, 27 Agustus 2023 diklaim oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) karena teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang mereka buat.

TMC ini digunakan oleh BMKG untuk menciptakan hujan dengan mengandalkan pertumbuhan arah angin dan awan.

"Mungkin bapak ibu rasakan hujan tadi malam, dari sore, ini mulai jam 3 sore ada awan itu kita kejar. Makin sore meluas. Bogor jam 4 hujan meluas ke Jakarta bagian selatan sempat hujan. Kami dua kali terbang. Hampir semua wilayah Jabodetabek kita semai," kata Kepala Pusat Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Fakhri Rajab di Jakarta, Senin (28/08/2023), dikutip dari CNN Indonesia.

Hujan buatan yang diinisiasi oleh BMKG ini dilakukan untuk mengatasi masalah polusi udara ibu kota yang semakin hari semakin memburuk.

Penggunaan TMC kali ini juga menjadi pertama kali digunakan di wilayah Jabodetabek.

Fakhri juga menambahkan jika pemerintah akan terus mengupayakan TMC untuk mengurangi polusi udara.

"TMC akan kita lakukan terus. Hari ini ada potensi awan akan kita maksimalkan, tapi besok kecil potensinya. Tanggal 30 juga. Baru ada lagi tanggal 2 (September). Kita coba terus," ungkapnya.

Sebelumnya, 

Disebut bukan solusi definitif

Kendati hujan buatan diciptakan sebagai solusi polusi udara Jakarta, Juru Kampanye Keadilan Perkotaan Greenpeace Indonesia Charlie Albajili menyatakan, hujan buatan bukan solusi definitif, melainkan respons reaktif terhadap permasalah polusi udara Jakarta.

"Tidak akan menyelesaikan masalah kalau tidak menyasar sumber-sumber pencemar, entah dari transportasi, industri, pembakaran sampah, maupun pembakaran batubara dari industri PLTU," kata Charlie seusai acara peluncuran parfum “Our Earth” di Jakarta pada Jumat (25/08), dikutip dari Liputan6.

Berdasarkan data yang dikeluarkan situs IQAir pada 28 Agustus 2023, pukul 09.25 WIB menunjukkan bahwa indeks kualitas udara Jakarta mencapai angka 163 US Air Quality Index (AQI US).

Data tersebut masih menunjukkan bahwa kualitas udara Jakarta masih terburuk kedua di dunia, meskipun hujan buatan telah mengguyur Jakarta.

Sementara itu melansir dari BBC Indonesia, Rusmawan Suwarman, anggota kelompok keahlian sains atmosfer di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB mengatakan bahwa hujan buatan memang dapat meenurunkan polusi, tapi bukan untuk solusi jangka panjang.

“Ini usaha jangka pendek. Kalau misalkan sudah tidak bekerja lagi TMC dan dalam musim kering ya akan muncul lagi [polusinya]. Ini 'balap-balapan' sebenarnya,” ujarnya.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER