Inflasi Argentina Capai 124 Persen, Terburuk Sejak 1991

14 September 2023 15:09 WIB

Narasi TV

Salah satu spotpasar di Buenos Aires, Argentina saat inflasi merebak tahun ini. Sumber: Reuters.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Margareth Ratih. F

Tingkat inflasi di Argentina melonjak hingga 124,4 persen pada Agustus 2023. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 1991, menempatkan penduduk dalam krisis biaya hidup yang semakin berat. 

Dampak inflasi membuat harga-harga melonjak drastis, bahkan lebih tinggi dari yang diperkirakan. 

Hal ini memaksa masyarakat untuk menghadapi tantangan dalam mencari pilihan toko yang menawarkan promo maupun harga lebih murah. 

Kenaikan inflasi hingga 124,4 persen di bulan Agustus merupakan angka yang mengejutkan, bahkan sebagai angka tahunan di sebagian besar negara di seluruh dunia. 

Inflasi besar-besaran ini turut mendorong tingkat kemiskinan hingga melampaui angka 40 persen dan memicu kemarahan elit politik tradisional menjelang pemilihan umum Oktober mendatang. 

“Keadaannya sangat sulit. Setiap hari harga-harga makin naik, seperti sedang bersaing dengan waktu, mencari dan terus mencari,” kata seorang warga, Laura Celiz, saat tengah berbelanja di Tapiales, Buenos Aires, sebagaimana dilansir dari Reuters

“Anda membeli barang apa pun yang termurah di satu tempat dan pergi ke tempat lainnya untuk membeli barang lain,” lanjutnya. 

Suami Celiz, Fernando Cabrera, melakukan perhitungan dengan kalkulator untuk membandingkan harga buah dan sayuran. 

“Dengan cara ini, kami mencoba untuk melawan inflasi, atau paling tidak mengurangi dampaknya sedikit,” ujar Cabrera. 

Jajak pendapat analis bank sentral yang dirilis setelah data tersebut memperkirakan inflasi pada akhir tahun akan mencapai angka 169 persen.

Angka itu meningkat tajak dari perkiraan sebulan sebelumnya yaitu sebesar 141 persen. 

Para analis juga memperkirakan inflasi bulanan sebesar 12 persen pada September dan 9,1 persen pada Oktober. 

Siklus krisis ekonomi

Argentina saat ini tengah terjebak dalam siklus krisis ekonomi, dengan hilangnya kepercayaan terhadap peso yang menyebabkan depresiasi tiada henti, inflasi tiga digit, cadangan bank sentral negatif, dan perekonomian yang lesu akibat kekeringan yang melanda sektor pertanian. 

Negara Amerika Selatan itu juga tengah berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS dengan International Monetary Fund (IMF) dan menghadapi kemungkinan tuntutan hukum senilai 16 miliar dolar AS usai keputusan pengadilan AS terkait pengambilalihan perusahaan energi YPF oleh negara satu dekade lalu. 

Dipenuhi ketidakpastian

Inflasi Argentina dapat menjadi lebih buruk di tengah ketidakpastian pemilu yang menghidupkan kembali ingatan buruk akan hiperinflasi yang terjadi pada tahun 1980-an. 

“Beberapa perkiraan mengatakan inflasi bisa meningkat hingga 180 persen, karena itulah kita membahas soal rekor tingkat inflasi,” kata analis ekonomi lokal Damian Di Pace, seraya menambahkan bahwa di negara-negara lain di kawasan Amerika Selatan, inflasi telah cenderung mereda. 

“Ketika negara-negara Amerika Latin lainnya mengalami inflasi satu digit, Argentina sudah mencapai tiga digit,” ujarnya. 

Menteri Ekonomi Argentina Sergio Massa telah memotong pajak untuk mengurangi dampak inflasi terhadap pekerja. Ia menuding IMF sebagai penyebab situasi runyam yang melanda Argentina. 

“Devaluasi nilai tukar peso yang mencapai 20 persen diterapkan oleh IMF, kami tahu itu akan menambah beban rakyat Argentina,” katanya. 

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR