Kenapa Banyak Karyawan Resign Setelah Lebaran? Ini Pemicu Utamanya

9 Apr 2025 14:33 WIB

thumbnail-article

Sumber: Freepik.

Penulis: Margareth Ratih. F

Editor: Margareth Ratih. F

Peningkatan pengunduran diri karyawan pasca Lebaran telah menjadi tren yang diperhatikan banyak pihak. Pada periode ini, banyak karyawan memilih untuk mengundurkan diri setelah menerima tunjangan hari raya (THR) dan bonus tahunan yang biasanya diberikan di sekitar waktu Lebaran. Hal ini tak lepas dari harapan banyak karyawan untuk mendapatkan jaminan finansial sebelum mengambil keputusan penting terkait karier mereka.

Menurut data dari beberapa sumber, pengunduran diri karyawan setelah Lebaran bisa mencapai angka 10-20 persen dari total pekerja yang berada dalam usia produktif. Karyawan muda sering kali lebih aktif dalam mencari pekerjaan baru di waktu ini, karena mereka merasa lebih mudah untuk beradaptasi di tempat baru. Fenomena ini menunjukkan bahwa momen setelah Lebaran bukan sekadar tradisi, tetapi juga merupakan waktu yang strategis untuk mengevaluasi karir dan peluang kerja.

Hubungan dengan THR dan Bonus

Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi salah satu motivasi utama bagi banyak karyawan untuk bertahan hingga setelah Lebaran sebelum mengajukan surat resign. Dengan menerima THR, mereka memiliki "cadangan" finansial yang dapat digunakan sebagai modal untuk mencari pekerjaan baru atau untuk menutupi kebutuhan selama transisi ke pekerjaan yang lain. Pengunduran diri setelah mendapatkan THR juga dianggap wajar, karena karyawan bisa meninggalkan pekerjaan lama tanpa merasa rugi secara finansial.

Data-data yang ada menunjukkan bahwa keputusan untuk resign ini sering kali sudah dipikirkan sejak lama, namun ditunda agar karyawan bisa memperoleh THR secara utuh. Praktisi SDM seperti Audi Lumbantoruan menegaskan bahwa kondisi ini memberikan dukungan bagi banyak karyawan yang merencanakan langkah selanjutnya setelah Lebaran.

Karyawan mencari tantangan baru

Setelah momen Lebaran, banyak karyawan mengambil waktu untuk refleksi terhadap karier mereka. Bulan puasa dan Lebaran sering kali membawa perubahan dalam cara pandang individu mengenai pekerjaan dan tujuan hidup. Hal ini berpotensi menghadirkan keinginan yang lebih kuat untuk mencari tantangan baru atau untuk mengejar jenjang karier yang lebih tinggi.

Momen refleksi karier setelah lebaran

Lebaran sering menjadi momen yang tepat untuk introspeksi. Banyak karyawan menyadari bahwa mereka mungkin tidak lagi menemukan kepuasan dalam posisi atau pekerjaan yang saat ini dijalani. Rasa stagnasi bisa mendekati mereka, dan momen ini menjadi tempat untuk mengambil keputusan krusial tentang karier.

Keinginan meningkatkan jenjang karier

Keinginan untuk mengejar karir yang lebih baik adalah salah satu pemicu utama di balik pengunduran diri karyawan. Mereka mungkin merasa bahwa kesempatan untuk berkembang di tempat kerja yang lama terbatas atau tidak sesuai dengan aspirasi dialami. Dengan begitu, banyak karyawan yang akan mencari perusahaan lain yang menawarkan peluang lebih baik untuk pertumbuhan, baik secara profesional maupun secara finansial.

Perusahaan yang membuka lowongan baru

Pengunduran diri yang terjadi juga berdampak positif bagi dunia kerja secara umum, karena banyak perusahaan akan mencari karyawan baru di periode tersebut. Setelah Lebaran, pihak HRD atau manajemen perusahaan cukup aktif dalam membuka lowongan untuk mengisi pos-pos yang ditinggalkan oleh karyawan yang resign. Fenomena ini menciptakan momentum bagi karyawan lain untuk mengeksplorasi peluang pekerjaan yang lebih menarik.

Pencarian lingkungan kerja yang nyaman

Selain faktor karier, banyak karyawan resign setelah Lebaran terutama karena pencarian lingkungan kerja yang nyaman. Lingkungan kerja yang positif sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan ketahanan karyawan dalam menghadapi tantangan pekerjaan.

Alasan mencari fleksibilitas kerja

Seiring berkembangnya era digital, banyak karyawan kini mencari fleksibilitas dalam jam kerja atau tempat kerja mereka. Karyawan yang mendambakan gaya kerja yang lebih bebas, seperti remote working atau hybrid, tidak ragu untuk meninggalkan perusahaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Lingkungan yang mendukung fleksibilitas kerja dapat menjadi daya tarik tersendiri yang mempengaruhi keputusan untuk resign.

Lingkungan kerja yang dianggap toxic

Faktor lingkungan kerja pun dapat mendorong keputusan resign. Karyawan yang bekerja dalam lingkungan yang dianggap toxic, misalnya yang penuh dengan politik kantor atau rekan kerja yang tidak saling mendukung, merasa kesehatan mental dan emosional mereka terganggu. Oleh karena itu, meninggalkan lingkungan semacam itu menjadi opsi bagi mereka yang ingin menemukan suasana kerja yang lebih positif.

Pilihan untuk menetap di kampung halaman

Ada juga karyawan yang memilih untuk tetap di kampung halaman setelah Lebaran. Nilai keluarga dan biaya hidup yang lebih rendah sering kali menjadi pertimbangan kuat. Terutama jika sebelumnya karyawan tersebut harus merantau untuk bekerja, mereka kini memutuskan untuk mencari peluang baru di tempat yang lebih dekat dengan keluarga. Hal ini juga menciptakan ceruk pekerjaan baru di daerah yang mungkin sebelumnya tidak banyak dilirik oleh pencari kerja.

 

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER