13 Oktober 2023 16:10 WIB
Penulis: Rizal Amril
Editor: Margareth Ratih. F
Mahasiswa Universitas Harvard di Amerika Serikat mengalami doxxing setelah membuat petisi mengenai dukungan kepada Palestina terhadap eskalasi konflik bersenjata antara Israel dan Hamas.
Petisi tersebut dirilis oleh Komite Sarjana Harvard untuk Solidaritas Palestina (PSC) pada Sabtu (7/10), pasca serangan kelompok militan Hamas ke Israel.
Dalam petisi yang ditandatangani oleh 34 organisasi di Harvard tersebut, disebutkan bahwa "rezim Israel adalah yang paling bertanggung jawab atas semua kekerasan yang terjadi."
Akan tetapi, petisi tersebut mendapatkan reaksi keras dari pihak lain, termasuk anggota parlemen AS, profesor di Harvard, dan mahasiswa lain. Petisi yang semula dirilis pada akun Instagram PSC tersebut juga sempat ditangguhkan oleh Meta.
Melansir The Harvard Crimson, lembaga pers mahasiswa di universitas tersebut, Profesor bidang Sains Komputer Harvard Boaz Barak bahkan menyatakan bahwa universitas tersebut harusnya menghapus afiliasi mereka dengan organisasi PSC pasca dirilisnya petisi pro-Palestina.
Buntut dari perilisan petisi tersebut, pihak yang terdaftar sebagai penandatangan petisi tersebut mengalami doxxing.
Dalam pantauan The Harvard Crimson, setidaknya terdapat empat situs online yang menyebarkan informasi pribadi mahasiswa yang terafiliasi dengan organisasi yang menandatangani petisi pro-Palestina tersebut.
Empat situs tersebut memajang informasi seperti nama lengkap, tahun kuliah, pekerjaan sebelumnya, akun media sosial, foto diri, dan kota asal mahasiswa tersebut.
Tak hanya disebarkan melalui laman web, informasi pribadi penandatangan petisi tersebut juga terpampang dalam sebuah truk yang dilengkapi papan reklame digital di belakangnya.
Dalam papan reklame tersebut, nama dan foto orang yang diklaim sebagai penandatangan petisi tersebut ditampilkan secara berkala di bawah sebuah kalimat bertuliskan "Pendukung Anti-Semit di Harvard".
Truk tersebut berjalan berkeliling kampus dengan papan reklame tersebut. The Harvard Crimson menyebut bahwa truk tersebut disponsori oleh Accuracy in Media, sebuah organisasi nirlaba yang mengatasnamakan sebagai pengawas media berita konservatif.
Accuracy in Media juga disebut pernah melakukan aksi serupa pada 2022 lalu di Universitas California, Berkeley.
Setelah mendapatkan respons keras dari berbagai pihak, setidaknya terdapat sembilan organisasi memilih memundurkan diri sebagai penandatangan petisi.
Sembilan organisasi tersebut termasuk Amnesty International di Harvard, Harvard College Act on a Dream, Asosiasi Sarjana Nepal di Harvard, Komunitas Islam Harvard, dan Asosiasi Sarjana Harvard Ghungroo.
Organisasi-organisasi mahasiswa Harvard tersebut juga menyatakan permintaan maaf secara terbuka ketika mengumumkan pengunduran diri dari penandatanganan petisi.
Asosiasi Sarjana Harvard dari Ghungroo misalnya, mengunggah permintaan maaf di halaman Instagram organisasi tersebut.
“Kami ingin mengklarifikasi bahwa kami berdiri dalam solidaritas dengan para korban dan keluarga Israel dan Palestina. Sarjana Ghungroo dengan tegas mengecam dan mengutuk pembantaian yang disebarkan oleh organisasi teroris Hamas,” bunyi pernyataan itu. “Kami benar-benar meminta maaf atas ketidakpekaan pernyataan yang dirilis baru-baru ini.”
KOMENTAR
Latest Comment