Untuk sebagian orang, menentukan pilihan bisa jadi aktivitas paling sulit dilakukan. Dengan banyaknya pilihan, mereka cenderung mengalami fear of a better option (FOBO), apa itu?
FOBO merupakan kondisi psikologis di mana individu merasa cemas atau takut untuk memilih suatu pilihan karena khawatir akan ada opsi yang lebih baik di masa depan.
Keadaan ini sering kali menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, baik keputusan kecil seperti memilih makanan di restoran maupun keputusan besar seperti memilih karier atau pasangan hidup.
Fenomena ini menghambat individu dari berkomitmen pada pilihan yang tersedia.
Bagaimana istilah ini muncul?
Istilah FOBO pertama kali diperkenalkan oleh Patrick McGinnis, seorang penulis dan investor ventura, yang menciptakan kata ini untuk menggambarkan kecemasan yang sering dialami banyak orang saat menghadapi beberapa opsi sekaligus.
Konsep ini muncul sekitar tahun 2004, bersamaan dengan meningkatnya jumlah pilihan yang tersedia bagi individu di era informasi.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan media sosial, fenomena ini semakin meningkat di kalangan generasi muda, terutama Generasi Z, yang tumbuh dalam lingkungan di mana pilihan seolah tidak ada habisnya.
Dengan adanya akses mudah ke informasi dan pilihan dalam jumlah besar pada era digital ini, banyak orang yang merasa terbebani dengan pilihan yang ada. Hal ini menimbulkan ketidakpastian dan rasa cemas ketika harus mengambil keputusan.
Gen Z, yang terpapar oleh berbagai pilihan sejak dini melalui platform digital, sering kali mengalami FOBO karena mereka terjebak dalam siklus pemikiran mengenai "apa yang mungkin lebih baik" daripada berkomitmen pada pilihan yang ada.
Ciri-ciri dan dampak FOBO
FOBO dapat dikenali dengan sejumlah tanda berikut, jika kamu merasakannya saat harus mengambil keputusan, bisa jadi kamu mengalaminya.
1. Karakteristik khas FOBO
Individu yang mengalami FOBO cenderung menunjukkan beberapa karakteristik perilaku, seperti selalu mencari informasi lebih lanjut sebelum membuat keputusan, menunda pilihan baik untuk hal-hal kecil maupun besar, serta merasa tidak puas dengan keputusan yang telah diambil.
Mereka juga sering kali mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada banyak pilihan, sehingga menyebabkan indecisiveness.
2. Stres jika harus mengambil keputusan
Dampak dari FOBO terhadap kesehatan mental sangat signifikan. Kecemasan yang timbul akibat kesulitan dalam mengambil keputusan dapat menyebabkan stres, depresi, dan kelelahan mental.
Individu yang terjebak dalam FOBO mungkin mengalami kelelahan dalam pengambilan keputusan (decision fatigue), yakni situasi ketika semakin banyak pilihan yang dipertimbangkan, semakin sulit bagi mereka untuk memilih satu pilihan.
Selain itu, perasaan ketidakpuasan dengan pilihan yang diambil juga dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan kurang percaya diri.
Baca Juga:FOMO vs JOMO, Kamu yang Mana?
3. Bedanya dengan FOMO
FOBO sering dibandingkan dengan FOMO, atau "fear of missing out," yang cenderung membuat individu merasa tertekan untuk mengikuti apa yang dilakukan orang lain.
Meski keduanya melibatkan kecemasan, FOBO lebih terkait dengan ketidakpastian dalam memilih opsi yang ada, sementara FOMO lebih berfokus pada rasa kehilangan pengalaman sosial.
Sementara FOMO dapat mendorong orang untuk bertindak dan berpartisipasi, FOBO justru dapat mengakibatkan penundaan dan kebingungan yang berkepanjangan.
Cara mengatasi dan mencegah FOBO
Untuk mencegah FOBO, kita dapat melakukan sejumlah hal sebagai berikut:
1. Usahakan taktis dan realistis
Mungkin ada beberapa strategi untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh FOBO.
Pertama, menetapkan batas waktu untuk pengambilan keputusan bisa sangat membantu. Dengan memberikan waktu tertentu untuk mempertimbangkan pilihan, individu dapat mencegah tenggelam dalam analisis berlebihan.
Kedua, penting untuk mengingat bahwa tidak ada pilihan yang sempurna. Membuat catatan tentang keunggulan dan kelemahan setiap opsi dapat membantu mengklarifikasi apa yang benar-benar penting bagi individu.
2. Menerima ketidakpastian dalam pilihan
Menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan dapat membantu individu menangani FOBO.
Menyadari bahwa tidak ada keputusan yang dapat menjamin hasil terbaik, dan bahwa setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan, bisa membantu mengurangi tingkat kecemasan.
Kamu perlu belajar bahwa menjelajahi kemungkinan baru di masa depan dimungkinkan meskipun mereka telah membuat keputusan yang tampaknya "kurang optimal" saat ini.
3. Percaya diri dan selalu positif
Ada beberapa pendekatan dalam menghadapi FOBO, seperti membangun kepercayaan diri dalam membuat keputusan, berlatih mindfulness untuk meningkatkan kesadaran diri saat menghadapi banyak pilihan, dan membatasi pilihan saat menghadapinya.
Mengadopsi sikap positif dan fokus pada apa yang dapat dicapai dengan keputusan yang diambil dapat membantu mengatasi keterpurukan akibat FOBO.
Mengingat bahwa belajar dari pengalaman lebih dari penting daripada menunggu keputusan yang sempurna juga sangat dianjurkan.