14 September 2023 17:09 WIB
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan bahwa tenaga honorer bagian administrasi di lingkungan pemerintah daerah (Pemda) banyak diisi oleh tim sukses (timses) dan juga keluarga kepala daerah.
Pernyataan Tito ini disampaikan dalam acara Penguatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di depan puluhan kepala daerah yang hadir pada Rabu (13/9/2023).
"Ini [honorer] tenaga administrasi. Kenapa? tenaga administrasi ini rata-rata adalah tim sukses atau keluarganya kepala daerah atau pejabat di situ," Ungkap Tito, mengutip CNN Indonesia.
Tito menjelaskan bahwa pihaknya sebenarnya tidak mempersoalkan tenaga honorer di bidang kesehatan, guru, dan perawat yang punya latar belakang yang dekat dengan kepala daerah.
Akan tetapi, ia mengkhawatirkan tenaga honorer bagian administrasi yang punya kedekatan dengan kepala daerah karena berpotensi adanya konflik kepentingan.
Lebih lanjut, Tito juga menyayangkan tenaga honorer di bidang administrasi tanpa keahlian yang “dimasukkan” oleh kepala daerah.
"Dikasih kerjaan, jam 8 masuk, tidak punya keahlian, jam 10 sudah ngopi-ngopi, sudah hilang," kata Tito.
Praktik tersebut membuat tenaga honorer di lingkungan pemerintah daerah kian menumpuk, padahal tidak memiliki sumbangsih yang optimal.
"Begitu ganti pilkada, ketemu pejabat baru, tim suksesnya masuk lagi terus menumpuk jumlah tenaga honorer yang tidak punya keahlian khusus," tambahnya.
Mantan Kapolri tersebut juga tidak menutup kemungkinan bahwa banyaknya tenaga honorer menjadi salah satu modus kepala daerah untuk memperbesar anggaran belanja pegawai.
“Dan ini ada modus yang lain yang memang harus diselesaikan, ini cukup mendasar ini, yaitu banyaknya tenaga honorer,” jelas Tito lagi, mengutip Kompas.com.
Dalam pengamatan Tito, tidak jarang kepala daerah membuat program kerja khusus untuk menyalurkan biaya operasional untuk pegawai honorer.
Tito mencontohkan ada daerah yang menganggarkan belanja operasional 67 persen dari APBD untuk menggaji pegawai.
“Belanja modal yang betul-betul menyentuh untuk rakyat, [seperti] membangun jalan, mungkin cuma 15-20 persen [dipakai], jadi tidak ada kemajuan apa-apa,” tambah Tito.
KOMENTAR
Latest Comment