Hasto mengatakan di PDI Perjuangan terdapat aturan bahwa dalam satu keluarga tidak boleh berbeda partai politik.
"Karena itu sebagai sebuah momentum bahwa ketika masuk ke partai, mereka harus menyatukan diri, harus merelatifkan kepentingan individunya, dan mengedepankan kepentingan kolektif partai," jelasnya.
Modal dan Momentum Kaesang berpolitik
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan memandang sikap terbuka PDI Perjuangan kepada Kaesang tidak lepas dari statusnya sebagai anak presiden.
Ia mengatakan kekuatan politik Kaesang sebagai anak Jokowi akan lebih terdistribusi di PDI Perjuangan ketimbang partai lain. Hal ini lantaran ada relasi saling membutuhkan antara Jokowi sebagai presiden dengan Megawati selaku ketua umum PDI Perjuangan.
“Jokowi dan PDI Perjuangan, Megawati dan Jokowi, itu saling memerlukan satu sama lain” katanya kepada Narasi (25/1/2023).
Djayadi menilai relasi Jokowi dan Megawati menjadi momentum terbesar Kaesang untuk terjun ke politik.
Di satu sisi, Jokowi bergantung kepada PDI Perjuangan sebagai partai parlemen terkuat dan penopang karier politik keluarganya.
Seperti misalnya yang terlihat ketika PDI Perjuangan mengusung Bobby Nasution sebagai calon walikota Medan dan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon walikota Solo di Pilkada 2021 lalu.
Sedangkan di sisi lain, PDI Perjuangan juga membutuhkan kekuatan presiden yang dipegang Jokowi untuk menopang suara partai.
Hubungan inilah yang membuat PDI Perjuangan membuka pintu bagi anak-anak Jokowi berkiprah di politik.
“Selama Jokowi masih presiden, PDI Perjuangan kemungkinan besar akan selalu mendukung apa yang diusulkan atau yang menjadi keinginan Jokowi,” katanya.
Djayadi menduga Kaesang diproyeksikan mengganti posisi Gibran sebagai wali kota Solo karena ingin maju Pilgub 2024.
“Jadi masuknya Kaesang itu bukan tiba-tiba. Bukan kaget-kagetan. Menurut saya itu sejak awal memang dipersiapkan” katanya.
Sebagai anak presiden, Kaesang dinilai memiliki modal politik berupa popularitas.
“Jadi tidak ada alasan untuk pindah ke partai lain bahwa nanti itu didukung partai lain, itu soal berikutnya,” ujar Djayadi.
“Kalau sudah selesai pemilu, kekuatan modal politik itu akan berkurang. Saatnya sekarang untuk memanfaatkan kekuatan itu,” kata Djayadi.