Mengenal Microaggression, Bentuk Diskriminasi yang Kerap Tak Disadari

9 Mei 2023 15:05 WIB

Narasi TV

Ujaran-ujaran yang tergolong microaggression. Sumber: Los Angeles Times.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Margareth Ratih. F

Saat berinteraksi dengan orang lain, sadar maupun tidak, kita terkadang melemparkan komentar atas identitas pribadi dari lawan bicara.

Tak jarang kita mendengar komentar-komentar seperti:

“Kamu terdengar seperti orang Jakarta,” yang disampaikan kepada seseorang dari suku Jawa.

“Kulitmu kok terang?” yang disampaikan kepada seseorang dari daerah Timur Indonesia.

Atau, “Kamu lebih cantik kalau tersenyum,” yang disampaikan kepada seorang perempuan. 

Jika dilihat secara sepintas, komentar-komentar seperti ini mungkin terdengar seperti pujian, terlebih jika disampaikan secara sopan. 

Namun, ungkapan semacam itu sebenarnya bersifat menyinggung, terutama bagi seseorang dari kelompok yang termarginalkan, sering mengalami diskriminasi, dan kerap mendapatkan stigma. 

Bentuk perundungan halus yang sering kali tidak disadari ini dikenal sebagai microaggression.

Memahami fenomena microaggression

Mengutip Medical News Today, microaggression merupakan tindakan yang terkesan halus, padahal menyakiti, yang menargetkan kelompok tertentu.

Bentuk microaggression tidak terbatas pada ucapan. Microaggression dapat pula terjadi melalui tindakan, bahkan kondisi lingkungan. 

Target microaggression biasanya merupakan seseorang dari kelompok marginal dan terdiskriminasi seperti orang kulit berwarna atau people of color (POC), perempuan, orang dengan disabilitas, dan penganut agama minoritas. 

Berbeda dengan tindakan rasis dan diskriminatif yang disengaja, kebanyakan microaggression dilakukan secara tidak sengaja tanpa adanya niatan untuk menjatuhkan kelompok tertentu. 

Kebanyakan pelaku microaggression justru tidak sadar bahwa dirinya tengah melanggengkan stigma dan menyakiti orang lain dengan tindakannya.

Jenis-jenis microaggression

Terdapat tiga jenis microaggression yang kerap dijumpai, yaitu microassault, microinsult, dan microinvalidation.

  • Microassault

Microassault dikenal sebagai bentuk rasisme model lawas, sebab seseorang yang melakukannya memang sengaja melakukan diskriminasi.

Meski begitu, mereka tidak berniat untuk menyinggung orang lain atau berpikir bahwa tindakan mereka menyakitkan. 

Mereka tidak akan mengaku bahwa mereka telah melakukan diskriminasi. 

  • Microinsult

Berkebalikan dengan microassault, orang yang melakukan microinsult umumnya tidak menyadari atau memiliki niatan untuk bersikap diskriminatif. 

Mereka merasa bahwa sikap yang mereka tunjukkan adalah bentuk pujian. Padahal, hal tersebut merupakan bentuk perundungan secara tidak langsung.

  • Microinvalidation 

Microinvalidation terjadi ketika seseorang tidak mengaku bahwa dirinya melakukan tindakan rasisme dan diskriminasi.

Invalidasi terjadi ketika seseorang meremehkan perjuangan yang harus dilalui oleh kelompok marginal.

Tak hanya menolak untuk mengakui tindakan yang telah dilakukan, pelaku microinvalidation bahkan tidak memercayai adanya rasisme dan diskriminatif. 

Cara menghindari microaggression

Karena sifatnya yang subtil, perilaku microaggression acap kali tidak disadari oleh pelakunya. 

Kita bisa saja mengucapkan sesuatu yang menyakiti orang lain, padahal tak ada niatan untuk melakukan hal tersebut. 

Nah, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari perilaku microaggression?

Mengutip Vox, berikut 5 cara menghindari microaggression yang bisa kamu terapkan:

  1. Selalu waspada akan adanya bias dan ketakutan dalam diri sendiri yang bisa mendorongmu untuk bersikap diskriminatif. 
  2. Berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda denganmu dari segi ras, budaya, etnis, maupun hal-hal lainnya.
  3. Jangan bersikap defensif.
  4. Terbuka untuk mendiskusikan sikap dan bias yang ada dalam diri dan bagaimana hal tersebut dapat menyakiti orang lain.
  5. Menjadi kawan dari kelompok marginal dan turut serta melawan segala bentuk rasisme dan diskriminasi.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR