13 Maret 2023 11:57
Ilustrasi dua perempuan tengah melakukan nonviolent communication. (Sumber: Freepik)
Penulis: Nuha Khairunnisa
Editor: Rizal Amril
Ketika berdebat dengan orang lain, terkadang kita tidak bisa berpikir logis karena tengah dikuasai oleh emosi.
Apa yang ingin kita katakan kepada lawan bicara kerap gagal tersampaikan karena intonasi atau susunan kalimat yang kurang pas.
Meski tidak ditujukan secara khusus untuk menyelesaikan pertentangan, pendekatan nonviolent communication (NVC) atau komunikasi tanpa kekerasan dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam mengatasi konflik.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan nonviolent communication? Bagaimana cara mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Nonviolent communication (NVC) merupakan pendekatan komunikasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip anti kekerasan. Metode ini digagas oleh psikolog klinis bernama Marshall Rosenberg sekitar tahun 1960-1970-an.
Rosenberg menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama.
Konflik seringkali muncul bukan disebabkan oleh perbedaan kebutuhan, melainkan perbedaan strategi yang digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan.
NVC dirancang untuk sebagai alat untuk menumbuhkan empati dalam percakapan. Idealnya, ketika tercapai keharmonisan pada level interpersonal, potensi munculnya kesalahpahaman dapat terhindarkan sehingga konflik pun diharapkan tidak terjadi.
Dalam bukunya yang berjudul Nonviolent Communication: A Language of Life (2005), Rosenberg mengidentifikasi kesalahan umum dalam berbahasa dan berkomunikasi yang kerap berkontribusi dalam menyebabkan konflik.
Rosenberg menyebut kesalahan-kesalahan tersebut sebagai “komunikasi yang mengasingkan hidup”.
Kesalahan-kesalahan yang dimaksud Rosenberg dalam bukunya tersebut antara lain:
Terdapat empat komponen dalam praktik komunikasi tanpa kekerasan, berikut ini adalah komponen-komponennya.
Berbeda dengan evaluasi yang melibatkan makna dan kepentingan, pengamatan atas fakta bersifat objektif.
NVC menganjurkan untuk melakukan pengamatan yang berhubungan dengan waktu dan konteks.
Perasaan didefinisikan sebagai emosi atau sensasi yang terbebas dari pikiran atau narasi tertentu.
Perasaan perlu disampaikan secara gamblang supaya dapat diketahui apakah kebutuhan kita telah terpenuhi atau belum. Dengan begitu, komunikasi akan berjalan lancar dan penyelesaian konflik akan lebih mudah tercapai.
Segala sesuatu yang kita lakukan sebenarnya hanyalah upaya untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, mengakui kebutuhan bukanlah hal yang mudah, terutama di tengah masyarakat yang tak jarang memberikan penghakiman terhadap seseorang, terutama perempuan, yang terang-terangan mengakui kebutuhannya.
Permintaan berbeda dengan tuntutan. Permintaan akan dilihat sebagai tuntutan jika penerimanya meyakini bahwa mereka akan menerima hukuman jika permintaan tersebut tidak dipenuhi.
Oleh karena itu, penting untuk meyakinkan lawan bicara bahwa permintaan kita bukanlah sesuatu yang memaksa. Rosenberg menyarankan agar permintaan disampaikan dalam bahasa yang jelas, positif, dan konkret supaya mudah dipahami.
Rosenberg juga memberikan tiga bentuk utama penerapan NVC yang bisa kita adopsi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
Empati merupakan pemahaman dan bentuk penghormatan atas pengalaman orang lain. Alih-alih berlaku empati, kita justru sering menawarkan saran dan bantuan untuk menyelesaikan masalah menggunakan perspektif pribadi tanpa diminta.
Padahal, empati melibatkan pikiran yang kosong dan mendengarkan secara penuh tanpa adanya penghakiman apa pun.
Kemampuan untuk menawarkan empati dapat membantu kita menerima jawaban “tidak” tanpa menganggapnya sebagai penolakan.
Empati membuat kita lebih terbuka terhadap kritik, bahkan dapat memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain tanpa orang tersebut menjelaskannya secara gamblang.
Penerapan NVC yang paling krusial ada pada cara kita memperlakukan diri sendiri. Ketika melakukan suatu kesalahan, kita dapat menerapkan NVC untuk menunjukkan bahwa kita dapat bangkit dan berkembang alih-alih terus terjebak dalam penghakiman moral atas diri sendiri.
Latest Comment
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya