Ketika berdebat dengan orang lain, terkadang kita tidak bisa berpikir logis karena tengah dikuasai oleh emosi.
Apa yang ingin kita katakan kepada lawan bicara kerap gagal tersampaikan karena intonasi atau susunan kalimat yang kurang pas.
Meski tidak ditujukan secara khusus untuk menyelesaikan pertentangan, pendekatan nonviolent communication (NVC) atau komunikasi tanpa kekerasan dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam mengatasi konflik.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan nonviolent communication? Bagaimana cara mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Pengertian nonviolent communication (NVC)
Nonviolent communication (NVC) merupakan pendekatan komunikasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip anti kekerasan. Metode ini digagas oleh psikolog klinis bernama Marshall Rosenberg sekitar tahun 1960-1970-an.
Rosenberg menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama.
Konflik seringkali muncul bukan disebabkan oleh perbedaan kebutuhan, melainkan perbedaan strategi yang digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan.
NVC dirancang untuk sebagai alat untuk menumbuhkan empati dalam percakapan. Idealnya, ketika tercapai keharmonisan pada level interpersonal, potensi munculnya kesalahpahaman dapat terhindarkan sehingga konflik pun diharapkan tidak terjadi.
Dalam bukunya yang berjudul Nonviolent Communication: A Language of Life (2005), Rosenberg mengidentifikasi kesalahan umum dalam berbahasa dan berkomunikasi yang kerap berkontribusi dalam menyebabkan konflik.
Rosenberg menyebut kesalahan-kesalahan tersebut sebagai “komunikasi yang mengasingkan hidup”.
Kesalahan-kesalahan yang dimaksud Rosenberg dalam bukunya tersebut antara lain:
-
Memberi penghakiman secara moral
Kita sering kali memberikan penghakiman moral atas tindakan orang lain yang tidak selaras dengan nilai yang kita anut.
Perlu diingat bahwa setiap orang memiliki nilai hidupnya masing-masing. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik di mata orang lain, begitu pula sebaliknya.
Hal paling bijak yang dapat dilakukan adalah dengan menghargai nilai yang dianut oleh orang lain.
-
Senang membanding-bandingkan diri
Dalam buku How To Make Yourself Miserable (1966), Dan Greenberg memberi saran bagi orang yang ingin merasa hidupnya menderita untuk mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
Namun, tentu saja, kita tidak ingin merasa menderita dalam hidup. Oleh karena itu, membanding-bandingkan diri adalah praktik yang perlu dihindari, sebab melakukannya sama saja dengan menghakimi diri sendiri.
-
Menyangkal tanggung jawab
Sadar maupun tidak, kita kerap menyangkal tanggung jawab atas tindakan yang kita lakukan dengan mengaitkan penyebabnya kepada hal-hal lain.
Pernyataan seperti “aku merokok karena teman-temanku merokok” atau “aku menabrak kucing itu karena ia tiba-tiba menyeberang jalan” adalah contoh pelemparan tanggung jawab atas suatu perbuatan dari diri sendiri kepada orang lain.
Kebiasaan ini dapat diperbaiki dengan mulai mengakui tindakan yang kita pilih menggunakan bahasa yang lebih sesuai.
Empat komponen NVC
Terdapat empat komponen dalam praktik komunikasi tanpa kekerasan, berikut ini adalah komponen-komponennya.
1. Mengamati tanpa mengevaluasi
Berbeda dengan evaluasi yang melibatkan makna dan kepentingan, pengamatan atas fakta bersifat objektif.
NVC menganjurkan untuk melakukan pengamatan yang berhubungan dengan waktu dan konteks.
2. Mengidentifikasi dan menyatakan perasaan
Perasaan didefinisikan sebagai emosi atau sensasi yang terbebas dari pikiran atau narasi tertentu.
Perasaan perlu disampaikan secara gamblang supaya dapat diketahui apakah kebutuhan kita telah terpenuhi atau belum. Dengan begitu, komunikasi akan berjalan lancar dan penyelesaian konflik akan lebih mudah tercapai.
3. Mengakui kebutuhan
Segala sesuatu yang kita lakukan sebenarnya hanyalah upaya untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, mengakui kebutuhan bukanlah hal yang mudah, terutama di tengah masyarakat yang tak jarang memberikan penghakiman terhadap seseorang, terutama perempuan, yang terang-terangan mengakui kebutuhannya.
4. Permintaan
Permintaan berbeda dengan tuntutan. Permintaan akan dilihat sebagai tuntutan jika penerimanya meyakini bahwa mereka akan menerima hukuman jika permintaan tersebut tidak dipenuhi.
Oleh karena itu, penting untuk meyakinkan lawan bicara bahwa permintaan kita bukanlah sesuatu yang memaksa. Rosenberg menyarankan agar permintaan disampaikan dalam bahasa yang jelas, positif, dan konkret supaya mudah dipahami.
Bentuk penerapan NVC dalam kehidupan
Rosenberg juga memberikan tiga bentuk utama penerapan NVC yang bisa kita adopsi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Menerima secara empatik
Empati merupakan pemahaman dan bentuk penghormatan atas pengalaman orang lain. Alih-alih berlaku empati, kita justru sering menawarkan saran dan bantuan untuk menyelesaikan masalah menggunakan perspektif pribadi tanpa diminta.
Padahal, empati melibatkan pikiran yang kosong dan mendengarkan secara penuh tanpa adanya penghakiman apa pun.
2. Kekuatan empati
Kemampuan untuk menawarkan empati dapat membantu kita menerima jawaban “tidak” tanpa menganggapnya sebagai penolakan.
Empati membuat kita lebih terbuka terhadap kritik, bahkan dapat memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain tanpa orang tersebut menjelaskannya secara gamblang.
3. Berbelas kasih dengan diri sendiri
Penerapan NVC yang paling krusial ada pada cara kita memperlakukan diri sendiri. Ketika melakukan suatu kesalahan, kita dapat menerapkan NVC untuk menunjukkan bahwa kita dapat bangkit dan berkembang alih-alih terus terjebak dalam penghakiman moral atas diri sendiri.