21 September 2023 11:09 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Margareth Ratih. F
Bakal calon presiden (bacapres) PDIP Ganjar Pranowo merespons terkait peluang duet dengan Prabowo Subianto. Menurutnya, semua bisa terjadi sebelum pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan dimulai pada 19 Oktober 2023 mendatang.
“Kalau politik itu sebelum nanti ditetapkan di KPU, semua peluang bisa terjadi,”ujar Ganjar usai menghadiri rapat Tim Pemenangan Nasional di Menteng pada Rabu (20/9/2023).
Wacana Ganjar duet dengan Prabowo ini mencuat setelah Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengutarakan pendapatnya. Menurut Jazilul, kedua bacapres belum mengumumkan pendampingnya hingga hari ini, padahal waktu pendaftaran tinggal menghitung hari.
Meski begitu, Jazilul tetap optimis Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin siap menghadapi skema apapun pada Pilpres 2024 mendatang. Jazilul enggan berkomentar lebih jauh tentang peluang peleburan kubu Prabowo dan Ganjar.
“Belum tentu ada tiga poros, bisa jadi dua poros, kita tunggu nanti,”ujar Jazilul pada Senin (18/9/2023) dikutip dari Kompas.
Seperti diketahui, sejauh ini sudah ada tiga nama bacapres untuk Pilpres 2024. Satu di antaranya adalah Anies Baswedan yang sudah mendeklarasikan kesiapannya maju bersama Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Bacapres lainnya yaitu Ganjar Pranowo didukung oleh PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo. Hingga kini, belum ada nama bacawapres yang akan mendampingi Ganjar. Beberapa nama yang berpeluang menjadi pasangan Ganjar ialah Sandiaga Uno dan Mahfud MD.
Sementara itu, Prabowo Subianto didukung oleh Koalisi Indonesia Maju. Partai pendukungnya adalah Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, dan Garuda. Nama yang berpeluang mendampingi Prabowo dalam Pilpres 2024 adalah Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Gibran Rakabuming Raka, Ridwan Kamil, hingga Yenny Wahid.
Harapan atau keluhan?
Analis Komunikasi Politik Effendi Gazali mempertanyakan soal PKB yang berwacana menduetkan Ganjar dengan Prabowo. Ia mempertanyakan PKB berwacana seperti itu adalah bentuk harapan agar hanya dua poros saja atau keluhan mengapa hanya ada dua poros.
“Bisa dua-duanya (harapan atau keluhan). Pada satu sisi mereka mengantisipasi, bukan mengharap jadi bisa dua poros. Pada bagian lain karena itu tidak disampaikan dengan tertawa bahagia,”ujar Effendi pada Kamis (21/9/2023) dalam wawancaranya bersama TVOne.
Effendi menilai wacana duet Ganjar dan Prabowo ini menjadi sebuah keluhan bagi Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Pasalnya, jika kedua bacapres ini bergabung, maka akan membentuk koalisi besar. Seperti diketahui bahwa saat ini Koalisi Indonesia Maju yang mendukung Prabowo sudah mencapai presidential threshold yang cukup tinggi.
Senada dengan yang diungkapkan Effendi, Analis Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin juga menyebut bahwa instrumen non elektoral menjadi ancaman tersendiri bagi KPP.
Menurutnya, ada dua faktor yang bermain dalam politik yaitu elektoral dan non elektoral. Faktor elektoral adalah saat berkampanye, sedangkan non elektoral adalah kekuasaan yang bermain di belakang layar. Instrumen yang digunakan adalah hukum atau institusi hukum.
“Kalau kita lawan bukan hanya persoalan koalisi yang besar tadi, tapi persoalan non elektoral ini yang di belakang layar yang sesungguhnya dalam konteks pemilu bisa memenangkan,”ujar Ujang dalam wawancara yang sama bersama TVOne.
KOMENTAR
Latest Comment