Peneliti Sepak Bola Ganti Istilah Kongres Luar Biasa PSSI Jadi Kejahatan Luar Biasa, Apa Alasannya?

21 Feb 2023 13:02 WIB

thumbnail-article

Ketua Umum PSSI terpilih Erick Thohir (tengah), Wakil Ketua Umum PSSI terpilih Zainudin Amali (kiri) dan Ratu Tisha (kanan) bertumpu tangan bersama pada Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB PSSI) 2023 di Jakarta, Kamis (16/2/2023). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.

Penulis: Rahma Arifa

Editor: Akbar Wijaya

"Jadi KLB ini bukan lagi kongres luar biasa versi saya, tapi kejahatan luar biasa. Dan itu dilakukan di depan FIFA dan AFC, kita enggak malu?"

Peneliti sepak bola sekaligus koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali tidak habis pikir dengan kongres luar biasa PSSI yang sarat kejanggalan namun digadang-gadang bisa memperbaiki sepak bola tanah air.

Akmal mengatakan kejanggalan dalam kongres luar biasa PSSI terasa kental dalam pemilihan wakil ketua umum.

"Di pemilihan wakil ketua umum PSSI ini gambaran wajah buruk sepakbola Indonesia. Betapa memalukan terjadi penggelembungan suara," kata Akmal kepada Narasi, Jum'at (21/2/2023).

Akmal menjelaskan ketika pemilihan ulang wakil ketua umum, suara Ratu Tisha naik 12 dan suara Menpora Zainuddin Amali menyusut 22, kemudian suara Yunus Nusi juga menyusut.

Menurut Akmal hal ini menunjukkan adanya manipulasi suara yang terjadi di proses penghitungan pertama.

"Ini kan menunjukkan adanya manipulasi suara yang terjadi di penghitungan pertama," kata Akmal.

Bagi Akmal kejanggalan tersebut menunjukkan buruknya komitmen terhadap pembenahan sepak bola tanah air.

"Ini menggambarkan buruknya komite pemilihan kita yang tidak independen," ujar Akmal.

Akmal menyebut rekayasa suara dalam pemilihan wakil ketua umum PSSI mencoreng asas paling prinsip dalam sepak bola dan olahraga yakni fair play dan sportifitas.

Akmal menyebut hal semacam ini semestinya tidak dibiarkan karena bersifat pembohongan publik.

"Dan ini pembohongan publik. Harusnya bisa di pidanakan," kata Akmal.

Akmal mengatakan terpilihnya Menpora Zainuddin Amali sebagai wakil ketua umum PSSI di kongres luar biasa merupakan preseden buruk dalam sejarah olah raga di Indonesia.

Ia berpandangan seharusnya komite pemilihan melakukan pemilihan ulang tanpa mengikutsertakan Yunus Nusi lebih dahulu bukan menghibahkan begitu saja suara Yunus Nusi ke Amali.

“Ini pertama dalam sejarah ketua umum PSSI ada suara yang dihibahkan. Kalau saya jadi Menpora saya tidak mau menerima. Lebih baik lakukan pemilihan ulang di mana Yunus Nusi mengundurkan diri jadi tidak ikut (pemilihan) sekalian” kata Akmal.

“Pak Menpora juga harusnya malu. Dia kan bapaknya olah raga, mewakili pemerintah,” sebut Akmal.

Pengurus PSSI Bukan Pekerjaan Sambilan

Akmal juga menyinggung komitmen pemimpin jajaran dan pengurus PSSI. Ia mengingatkan ada banyak PR yang harus diselesaikan di dunia sepak bolah Indonesia.

Menurut Akmal pemimpin dan pengurus PSSI yang merangkap jabatan sebagai menteri seperti Zainuddin Amali dan Erick Thohir, sebaiknya sadar dan tidak memaksakan diri.

“Dengan dua menteri harusnya lompatnya dua kali lipat. Permasalahannya, jadi menteri pasti sibuk. Mau resesi, persiapan SEA Games. Kalo sibuk di luar, bagaimana waktunya mengurus yang di dalam (PSSI). Ya nggak ada” katanya.

Kesibukan sebagai menteri itu menurut Akmal akan semakin bertambah ketika memasuki tahun Pemilu 2024. Hal ini lataran Erick Thohir selain sebagai menteri juga disebut-sebut menjadi peserta Pilpres 2024.

Untuk itu Akmal menilai penghujung tahun 2023 sebagai momentum pembuktian apakah mereka yang terpilih sebagai pengurus PSSI berkomitmen membenahi sepak bola atau hanya menjadikan sepak bola sebagai batu loncatan.

“Kalau perlu bikin pakta integritas," kata Akmal.

“Jangan sampai (pembenahan sepak bola) kali ini terhenti lagi karena ada Pilpres 2024. Mau dibawa kemana sepak bola Indonesia ya tergantung pejabat-pejabat yang ada saat ini.”

Suporter Pesimistis Sepak Bola Lebih Baik

Pesimisme serupa juga disampaikan Ivo Setyadi, seorang suporter Arema FC atau aremania.

Ivo mengaku ia an para aremania kaget dengan hasil kongres luar biasa PSSI yang masih didominasi kalangan politisi.

“KLB kemarin itu, kalo saya, kayak tidak menimbulkan rasa optimis. Sama aja. Karena orang-orangnya ya diisi oleh sama aja, background politik,” kata Ivo kepada Narasi (17/2/2023).

Ivo mengatakan kongsi politisi dan pebisnis di jajaran pengurus PSSI bukan hal baru. Ia sangsi pengurus terpilih bisa memberikan perubahan yang dijanjikan.

Ivo berpandangan penambahan teknologi seperti VAR untuk memastikan pertandingan berjalan lebih fair tidak akan berarti banyak sebab yang mesti dibenahi adalah organisasi PSSI.

“Ya hasil akhirnya supporter akan sama saja jadi komoditas mereka yang ada diatas. Ya karena mereka orang-orang politik, orang-orang bisnis, berjalannya sesuai kepentingan mereka” ujar Ivo.

Ivo menyayangkan pelaksanaan KLB yang menurutnya diwarnai drama-drama yang tidak perlu. Hal ini menurutnya hanya memperburuk citra PSSI di mata publik.

“Ada juga kejadian pak Yunus kemarin itu kan, kayak ‘ah ngapain sih," kata Ivo.

"Belum ada perubahan-perubahan yang dilakukan, tapi sudah memperlihatkan sisi negatifnya.” sebutnya.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER