Penjaga Pantai Yunani Tembaki Kapal Kargo Turkiye

12 Sep 2022 17:09 WIB

thumbnail-article

Recep Tayyip Erdogan/ Reuters

Penulis: Ani Mardatila

Editor: Akbar Wijaya

Penjaga pantai Yunani menembaki kapal kargo Turkiye yang tengah melintas di perairan internasional di Laut Aegea, sekitar 18 kilometer (11 mil) di lepas pantai barat daya Bozcaada Turkiye pada Sabtu (10/9/2022).

Turkiye mengonfirmasi tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dan segera melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Penjaga pantai Yunani mengatakan bahwa mereka melepaskan "tembakan peringatan" ke sebuah kapal yang "bergerak mencurigakan" di perairan teritorial Yunani di lepas Pulau Lesbos.

Daerah itu dikenal dengan banyak kapal yang membawa imigran dari Turkiye ke negara-negara Uni Eropa Yunani dan Italia. Penjaga pantai Yunani menegaskan mereka secara teratur memeriksa kapal-kapal yang berperilaku mencurigakan di Laut Aegea.

Kapten kapal kargo menolak untuk mengizinkan inspeksi dan kemudian dikawal ke perairan Turkiye terdekat, kata pejabat penjaga pantai Yunani.

Penyerangan ini bukan pertama kalinya, sebelumnya pada Agustus lalu, Turkiye yang geram mengklaim bahwa Yunani telah melakukan “tindakan bermusuhan”, dengan mengunci  jet tempur F-16 yang melakukan misi pengintaian di wilayah udara internasional menggunakan sistem rudal buatan Rusia.

Penguncian radar dianggap sebagai tindakan permusuhan di bawah aturan keterlibatan NATO.

Sumber Kementerian Pertahanan Yunani menepis tuduhan itu.

“Sistem rudal S-300 Yunani tidak pernah mengunci jet F-16 Turkiye”.

Gesekan Perbatasan Wilayah

Meskipun Turkiye dan Yunani sama-sama anggota NATO, namun kedua negara ternyata menyimpan perselisihan laten terkait sejumlah hal.

Mereka misalnya saling klaim soal hak teritorial di Laut Aegea dan wilayah udara di sana. Buntutnya, terjadi berbagai perselisihan yang membawa mereka ke ambang perang ketiga kalinya dalam setengah abad terakhir.

Pada 2020 misalnya, Turkiye dan Yunani berselisih soal hak pengeboran eksplorasi di wilayah Laut Mediterania. Perselisihan dipicu klaim Yunani dan Siprus bahwa Laut Mediterania merupakan zona ekonomi eksklusif mereka.

Turkiye menuduh Yunani melanggar perjanjian internasional dengan memiliterisasi pulau-pulau di Laut Aegea. Menurut mereka penempatan pasukan militer di pulau-pulau di Laut Aegea melanggar perjanjian damai yang ditandatangani setelah Perang Dunia I dan II.

Sedangkan Athena, ibu kota Yunani, berdalih tindakan itu dilakukan demi mempertahankan pulau-pulau mereka yang terletak di dekat pantai Turkiye. Sebab, pulau-pulau itu berpotensi diserang armada laut militer Turkiye.

“Kami memiliki beberapa perselisihan dengan Yunani di Laut Aegea, seperti lebar wilayah perairan, delimitasi landas kontinen, demiliterisasi pulau atau panjang wilayah udara. Sementara semua masalah saling terkait, Yunani hanya mengakui adanya sengketa landas kontinen,” tegas Hasan Gogus, mantan duta besar Turkiye untuk Yunani dan Austria seperti yang dikutip dari Al Jazeera.

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan memutuskan dialog dengan Yunani setelah menuduh Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis melobi AS agar tak menjual senjata ke negaranya.

“Sebagian besar pulau Yunani di Laut Aegea berada di dekat daratan Turkiye, seperti Kastellorizo ​​atau Kos. Pulau-pulau itu diberikan kepada Yunani [di bawah Perjanjian Perdamaian Paris 1947] dengan syarat demiliterisasi. Namun, Yunani melanggar ketentuan ini,” ujar Erdogan.

Sotirios Zartaloudis, profesor bidang komparasi politik Eropa di Universitas Birmingham mengatakan Yunani akan membela kepentingannya di Laut Aegea karena banyaknya warga mereka yang tinggal di sana.

“Yunani menganggap Laut Aegea sebagai bagian mendasar dari wilayah Yunani mengingat ribuan pulau dan orang Yunani tinggal di sana,” kata Zartaloudis.

“Selain itu, Laut Aegea bagi Yunani sangat penting secara geopolitik dan strategis sebagai perbatasan tenggara Eropa ke timur dan Timur Tengah bersama dengan Laut Hitam,” katanya.

Uni Eropa dan NATO Desak Turkiye Tempuh Jalur Damai

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendorong Yunani dan Turkiye untuk menghindari tindakan atau retorika yang dapat meningkatkan ancaman perang.

“Opini publik di Yunani berpengalaman dalam retorika permusuhan dari kedua sisi Laut Aegea. Namun, masyarakat umum tidak menyadari seberapa cepat 'kecelakaan' di Laut Aegea dapat meningkat menjadi perang skala penuh,” kata Papadimitriou.

“Banyak orang berspekulasi bahwa perang di Ukraina hanya akan berlangsung beberapa hari. Kita sekarang memasuki bulan keempat konflik tanpa tanda-tanda perang akan segera berakhir,” tambahnya.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER