Sering Dikira Sama, Ini Bedanya Delusi dan Halusinasi

Delusi dan halusinasi merupakan dua hal yang sebenarnya berbeda, tetapi masih sering dianggap sama oleh kebanyakan orang. 

Keduanya sama-sama merupakan gejala psikosis yang membuat pengidapnya merasakan atau memproses suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Namun, delusi dan halusinasi memiliki perbedaan yang mendasar. 

Mengetahui perbedaan antara delusi dan halusinasi dapat membantu penderita untuk menentukan penanganan yang tepat. 

Apa itu delusi dan halusinasi?

Melansir Healthline, delusi adalah keyakinan palsu yang membuat seseorang tidak bisa membedakan realitas dengan khayalan. Contohnya, seseorang yang merasa yakin dirinya adalah seorang selebritas, padahal pada kenyataannya tidak. Keyakinan ini tidak ada kaitannya dengan latar belakang budaya maupun agama, begitu pula dengan tingkat intelegensi penderitanya. 

Sementara itu, halusinasi merupakan persepsi sensori yang membuat seseorang merasa melihat, mendengar, atau membaui sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan maupun penggunaan zat lainnya yang dapat menimbulkan halusinasi. 

Delusi dan halusinasi kerap disandingkan dalam pembahasan seputar gangguan mental. Tak jarang, keduanya juga dianggap sebagai hal yang sama. Delusi dan halusinasi sendiri merupakan bagian dari realitas palsu (false reality). Namun, halusinasi berkaitan dengan persepsi sensori sementara delusi merupakan sebuah keyakinan palsu. 

Delusi melibatkan bagian otak yang mengendalikan pengalaman kognitif atau kemampuan berpikir. Hal ini mengakibatkan penderita delusi memiliki keyakinan atau pemikiran yang terasa nyata, padahal sebenarnya tidak. 

Sementara itu, halusinasi melibatkan pengalaman sensorik atau indra yang memunculkan sensasi, perasaan, suara, penglihatan, aroma, atau persepsi lain yang sebenarnya tidak ada. 

Penyebab delusi dan halusinasi

Delusi merupakan gangguan mental yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

• Genetik. Gangguan delusi lebih mungkin terjadi pada seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat yang sama.

• Biologis. Delusi dapat terjadi jika bagian otak untuk proses berpikir (lobus frontal) dan persepsi (lobus parietal) mengalami gangguan, misalnya karena pertumbuhan tumor otak. 

• Lingkungan atau psikologis. Gangguan delusi juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan yang memicu stres berlebih, misalnya seseorang yang terisolasi karena memiliki kondisi kesehatan tertentu. 

Sementara itu, gejala halusinasi tidak hanya disebabkan oleh gangguan mental. Berikut sejumlah hal yang dapat memicu terjadinya halusinasi:

• Gangguan mental. Halusinasi dapat muncul pada seseorang yang mengidap gangguan mental, atau pada penderita skizofrenia, dementia, dan delirium.

• Penyalahgunaan obat. Konsumsi alkohol, kokain, dan obat-obatan halusinogen dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi dan seolah mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata. 

• Kurang tidur. Kondisi tubuh yang kelelahan akibat tidak tidur dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan terjadinya halusinasi. 

• Kondisi kesehatan. Beberapa kondisi kesehatan dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, seperti demam tinggi, migrain, epilepsi, hingga parkinson.