Profil Arvilla Delitriana, Srikandi di Balik Jembatan Lengkung LRT Jabodebek

5 Aug 2023 08:08 WIB

thumbnail-article

Arvilla Delitriana, Insinyur yang Bikin Jembatan Melengkung LRT (Foto: PT Adhi Karya via ANTARA)

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rizal Amril

Membicarakan jembatan lengkung proyek LRT Jabodebek yang disebut salah desain tidak terlepas dari perancangnya. Sosok perancang di balik jembatan lengkung LRT Jabodebek ini adalah Arvilla Delitriana. Siapakah dia? Berikut profil Arvilla Delitriana selengkapnya.

Arvilla Delitriana, akrab disapa Dina. Ia adalah seorang perancang jembatan lengkung Light Rail Transit atau LRT. 

Jembatan yang membentang sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter ini dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota di ruas Kuningan, Jakarta Selatan.

Dina adalah lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1989. Ia kemudian melanjutkan pendidikan S2 di ITB dengan mengambil jurusan Geoteknik. Selama hampir 20 tahun, Dina berkiprah dalam pembuatan jembatan di Indonesia.

Dina merancang beberapa jembatan seperti Kali Kuto di Semarang, Jembatan Layang Busway ruas Adam Malik, Jembatan Kereta Api Cirebon, Jembatan Perawang, dan Jembatan Pedamaran 1 dan 2 di Riau. 

Merancang jembatan yang rumit

Meski bukan termasuk pengalaman merancang yang paling berkesan, tetapi karya Dina dalam merancang jembatan lengkung LRT ini diapresiasi oleh banyak pihak. 

Salah satu pujian tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo melalui unggahan di akun Instagram-nya.

“Sudah melayang di atas flyover, melengkung pula di ketinggian. Begitulah rumitnya pekerjaan jembatan bentang panjang untuk LRT Jabodebek yang melayang di atas flyover Kuningan, Jakarta Selatan ini,” tulis Presiden Jokowi pada Rabu (13/11/2019).

Diketahui bahwa jembatan lengkung (longspan) LRT ini menggunakan material beton seberat 9.688,8 ton. 

Berat ini setara dengan patung Garuda Wisnu Kencana di Bali. Besi yang digunakan pun lima kali lebih berat dari pesawat Airbus A-380 yaitu 2.929,7 ton.

Longspan ini menjadi bagian tersulit dari konstruksi LRT. Tipe beton yang terdiri dari balok penopang utama ini berbentuk kotak berongga. Box girder-nya terdiri dari elemen beton pratekan, struktural, atau komposit baja dan beton bertulang.

Proyek longspan ini menggunakan metode balanced cantilever yang banyak digunakan oleh negara maju. 

Metode ini memanfaatkan efek cantilever yang seimbang sehingga struktur dapat berdiri dan mendukung beban berat sendiri tanpa penyangga sementara (falsework).

Balanced cantilever sebetulnya sudah cukup lama diterapkan banyak negara, terutama di negara-negara maju. Mereka menggunakan material baja untuk membangun jembatan karena baja relatif lebih mudah dan cepat,” ujar Dina pada Senin (6/1/2023) dilansir dari CNNIndonesia.

Rancangannya sempat diragukan

Selama mengerjakan mega proyek LRT, Dina mengalami berbagai kendala. Salah satu kendalanya adalah banyak pihak yang meragukan rancangan Dina terkait longspan LRT tersebut.

Pihak-pihak yang meragukannya ini mulai dari vendor, pemerintah, legislatif, hingga media. 

Namun, seiring berjalannya waktu, kendala tersebut dapat teratasi. Pada saat pengecoran terakhir jembatan, empat menteri ikut berpartisipasi di sana.

Konstruksi longspan LRT ini juga mengantarkan rancangan Dina meraih dua rekor MURI. 

Rekor tersebut yaitu menjadi jembatan kereta box beton lengkung dengan bentang terpanjang dan jembatan dengan pembebanan axial static loading test terbesar.

Bahkan, longspan rancangan Dina ini bisa didaftarkan paten Hak Intelektual Properti. Hal ini dimaksudkan agar rancangan Dina tak mudah ditiru oleh pelaku konstruksi lain. 

Meski begitu, Dina sendiri menjelaskan bahwa jembatan lengkung rancangannya itu tak bisa diterapkan di banyak tempat.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER