Profil Bos Alfamart Djoko Susanto, Masuk Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia

22 May 2024 20:05 WIB

thumbnail-article

malay.news

Penulis: Nuha Khairunissa

Editor: Indra Dwi

Siapa yang tak pernah belanja di Alfamart? Gerai minimarket yang satu ini memang sangat mudah dijumpai di seluruh penjuru Indonesia, bahkan hingga di wilayah pelosok. 

Berdasarkan laporan yang dirilis Alfamart di situs resminya, pada akhir tahun 2022, Alfamart telah memiliki 20.798 gerai. Selain itu, terdapat 49 gudang yang dioperasikan oleh perseroan dan anak perusahaan. 

Ekspansi bisnis Alfamart bahkan telah merambah negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2014, Alfamart berinvestasi di Filipina dan telah meresmikan gerai ke-1000 di negara tersebut pada 2020. 

Kesuksesan yang dicapai Alfamart tak terlepas dari tangan dingin pendirinya, Djoko Susanto. Berkat usaha ritel yang sekaligus menjadi pionir toko kelontong berkonsep modern di Indonesia ini, Djoko Susanto berhasil masuk ke daftar 10 orang terkaya di Indonesia tahun 2022 versi Forbes. Kekayaan Djoko Susanto di tahun tersebut dilaporkan mencapai 4,1 miliar dolar. 

Mari berkenalan lebih jauh dengan bos Alfamart satu ini. 

Profil Djoko Susanto

Djoko Susanto yang bernama Tionghoa Kwok Kwie Fo terlahir sebagai anak keenam dari 10 bersaudara pada 9 Februari 1950. Sejak SD sampai SMA, Djoko mengenyam pendidikan di sekolah Tionghoa.

Namun, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menutup sekolah-sekolah Tionghoa pada tahun 1966. Saat itu, Djoko yang tengah duduk di bangku kelas 1 SMA terpaksa putus sekolah. 

Pada usia 17 tahun, Djoko mulai membantu orang tuanya mengelola kios sederhana milik keluarga. Kios bernama Toko Sumber Bahagia itu terletak di Pasar Arjuna, Jakarta, dan menjual berbagai kebutuhan bahan pokok. 

Untuk menambah variasi, Djoko mulai menjual rokok secara grosir dan eceran di kios milik orang tuanya. Dari penjualan rokok kretek berbagai merek ini, usaha Djoko berkembang pesat. Toko grosir rokok Djoko bahkan dikenal sampai ke luar pulau Jawa. 

Pada tahun 1989, Putera Sampoerna yang merupakan bos perusahaan tembakau dan cengkeh melirik usaha Djoko dan mengajaknya bekerja sama. Hasilnya, lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat (Alfa TGR) yang merupakan jaringan ritel berformat grosir. PT HM Sampoerna Tbk. menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 70 persen, sementara Djoko memegang sisanya. 

Bisnis ritel ini meraih sukses dan berkembang secara pesat. Pada 2002, Djoko mengakuisisi 141 gerai dan mengganti nama ritelnya menjadi Alfamart. 

Pada 2005, kerja sama antara Djoko Susanto dan Putera Sampoerna berhenti karena terjadi pergeseran kepemilikan saham mayoritas PT HM Sampoerna ke Philip Morris International. 

Guna melanjutkan bisnis ritelnya, Djoko yang saat itu belum memiliki dana untuk membeli saham Putera sebesar 70 persen mengajak perusahaan investasi Northstar Pacific untuk membeli saham Alfamart.

Beberapa tahun kemudian, saham Alfamart yang dikelola Northstar dijual di bursa dan sebagiannya dibeli oleh Djoko. 

Selain Alfamart, Djoko juga membuka usaha ritel lainnya yakni Alfamidi yang memiliki konsep medium market serta Alfa Express dengan konsep food to go

Saat ini, Alfamart yang berada di bawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. dikelola oleh kedua anak Djoko yakni Feny Djoko SUsanto sebagai Presiden Komisaris dan Budi Djoko Susanto sebagai Komisaris. 

Tak selesai dengan bisnis minimarket, Djoko juga memiliki lini bisnis di bidang lainnya, antara lain properti. Djoko Susanto juga mendirikan UNiversitas Bunda Mulia di Jakarta pada tahun 2003.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER