Profil dr. Djaja, Ahli Forensik Pertama Indonesia yang Terlibat Persidangan Jessica Wongso

13 Oktober 2023 14:10 WIB

Narasi TV

dr. Djaja Surya Atmadja, ahli forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Sumber: Netflix.

Penulis: Rusti Dian

Editor: Margareth Ratih. F

Nama dr. Djaja Surya Atmadja tengah menarik atensi publik. Ia menjadi ahli forensik yang didatangkan pengacara Jessica Wongso dalam persidangan kasus kopi sianida. Lantas, siapakah dr Djaja? Berikut ini profil dokter Djaja Surya Atmadja.

Djaja Surya Atmadja atau akrab disapa dr. Djaja adalah seorang ahli forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dokter yang lahir pada 19 Mei 1960 tersebut memiliki gelar pendidikan yang cukup banyak. Tak heran jika ia didapuk menjadi ahli forensik pertama di Indonesia pada tahun 1990.

Riwayat pendidikan

Djaja menghabiskan waktu 19 tahun untuk mendapatkan empat gelar. Pertama, dr. Djaja menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia selama enam tahun. Kemudian ia melanjutkan pendidikan Spesialis Forensik Medikolegal di universitas yang sama selama tiga tahun.

Setelah itu, ia mengambil program doktoral (Ph.D) di Kobe University Jepang. Di sana, dr. Djaja mempelajari tentang DNA manusia. Ia pun menjadi dokter pertama yang memegang PCR di Indonesia pada tahun 1995.

Usai menuntaskan studinya sebagai dokter, dr. Djaja kembali menjalani S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kemudian ia mengambil studi di Belanda sebagai Diploma Forensic Medicine untuk orang hidup.

Kini, dr. Djaja menjadi dosen aktif Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal Universitas Indonesia. Di samping itu, dr. Djaja juga masih menjadi dokter RSCM.

“Saya suka belajar, sudah gitu saya dosen. Saya paling nggak suka dosen yang ngajar dari tahun ke tahun slide-nya sama terus,”ujar dr. Djaja dalam podcast-nya bersama dr. Richard Lee yang diunggah di YouTube pada Jumat (6/10/2023).

Menjadi saksi ahli kasus Jessica

Rekam jejaknya di dunia forensik mengantarkan dr. Djaja menjadi dokter forensik DNA pertama di Indonesia. Oleh karena itu, ia berperan memberi konsultasi, pemeriksaan, dan pelayanan sebagai saksi ahli.

Djaja terlibat dalam penyelidikan kasus kriminal yang memerlukan analisis forensik. Salah satu kasusnya yaitu kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin pada tahun 2016.

Ia dihadirkan oleh kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan dalam persidangan. Di sana, ia sempat terlibat adu mulut dengan jaksa Shandy. Kesaksian dr. Djaja ini juga masuk menjadi salah satu scene dalam film dokumenter Netflix berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso.

Djaja menjelaskan soal teori kadar sianida yang mampu membuat seseorang meninggal dunia. Kandungan tersebut setidaknya mencapai 150-250 mg zat sianida untuk membunuh seseorang.

“Sianida yang bisa bikin mati dalam bentuk natrium atau kalium jika dalam kadar 150-250 mg. Cairan lambung itu rata-rata ada 100 cc. Kalau sianida memang ada (di tubuh Mirna), baunya pasti tercium,”ujar dr. Djaja dalam persidangan.

Ia bersikeras berpendapat Mirna tak meninggal karena sianida. Ia hanya menemukan 0,2 mg sianida di sampel lambung Mirna. Kadar tersebut tak bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia.

Jika Mirna meninggal karena sianida, seharusnya wajah Mirna berwarna merah ceri. Namun, dr. Djaja sebagai dokter pertama yang melihat jenazah Mirna justru menyebut wajahnya berwarna biru.

Meski Jessica Wongso sudah dituntut penjara 20 tahun, tetapi masyarakat menilai banyak ditemukan kejanggalan dalam kasus kopi sianida ini. Terlebih kehadiran Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso juga menuai beragam polemik di masyarakat.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR