Rima Hassan adalah salah satu dari sejumlah aktivis yang ikut berlayar dengan kapal Madleen, membawa bantuan menuju Gaza. Diketahui, kapal ini kemudian ditahan Israel di perairan Internasional. Mereka lalu diculik dan dipaksa deportasi. Namun, Rima adalah salah satu aktivis yang menolak menandatangani surat deportasi. Sosok Rima tentu menarik perhatian karena ia warga negara Perancis berdarah Palestina sekaligus anggola Parlemen Uni Eropa. Rima lahir sebagai pengungsi dari generasi ketiga keluarganya yang luntang lantung usai peristiwa Nakba yang mengusir warga Palestina dari tanahnya sendiri. Berikut, Narasi rangkum profil lengkap Rima Hassan.
Baca Juga:Kronologi Perjalanan Kapal Madleen, Bawa Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza, Dicegat Tentara Israel
Profil Rima Hassan
Rima Hassan lahir pada 28 April 1992 di Suriah sebagai seorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Kelahirannya bertepatan dengan masa sulit bagi banyak rakyat Palestina, ketika sekitar 750.000 dari mereka diusir secara etnis selama Nakba pada tahun 1948, saat pembentukan negara Israel. Dikenal sebagai cucu dari pengungsi Palestina, pengalaman masa kecilnya di kamp pengungsi Neirab di pinggiran Aleppo sangat membentuk pandangannya terhadap isu-isu kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Dalam usahanya untuk mengejar pendidikan, Rima berpindah ke Prancis pada usia sepuluh tahun melalui reunifikasi keluarga. Meskipun awalnya ia tidak menguasai bahasa Prancis, dia berhasil menyelesaikan pendidikan hukum di Universitas Sorbonne Paris, dengan mengambil spesialisasi dalam hukum internasional dan menyusun tesis mengenai apartheid di Afrika Selatan dan Israel. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Hassan mendirikan Refugee Camp Observatory, sebuah LSM yang fokus pada studi dan peningkatan kesadaran tentang kondisi kamp pengungsi di seluruh dunia.
Pada tahun 2024, Rima membuat sejarah dengan menjadi anggota parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina pertama setelah bergabung dengan partai La France Insoumise (LFI), sebuah partai politik sayap kiri yang dikenal dengan dukungannya terhadap hak-hak Palestina. Popularitasnya melonjak berkat komitmennya yang kuat terhadap perjuangan rakyat Palestina, di mana ia menjadi suara yang lantang dalam mengutuk penguasaan Israel atas Gaza dan mengadvokasi pengakuan Palestina sebagai negara.
Perjuangan Rima di parlemen Eropa
Sejak resmi menjabat di Parlemen Eropa, Rima Hassan menetapkan misi utamanya untuk memperjuangkan pengakuan Palestina dalam kerangka hukum internasional. Ia percaya bahwa Eropa memiliki tanggung jawab moral untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan untuk mengadopsi kebijakan yang mendukung putusan ini. Dalam agenda politiknya, Rima mengusulkan sejumlah kebijakan, termasuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Israel melalui penangguhan Perjanjian Asosiasi Uni Eropa-Israel, serta penerapan embargo senjata terkait pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara tersebut.
Di Brussels, Rima mengarahkan perhatian pada perlunya negara-negara Eropa untuk secara tegas menanggapi kebijakan-kebijakan Israel yang dianggapnya sebagai kolonialisasi. Ia mengecam apa yang dilihatnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan menegaskan bahwa tindakan-tindakan tersebut tidak bisa dibiarkan tanpa sanksi. Pendapatnya yang kuat dan tegas ini sering kali mengundang kontroversi, tetapi Rima tetap teguh berpegang pada prinsip-prinsip keadilan dan perlawanan terhadap penindasan.
Kontroversi dan protes terhadap Rima
Seiring dengan meningkatnya ketenaran Rima dalam politik Eropa, datang pula beragam kontroversi dan tuduhan. Rima dan partainya, LFI, sering kali menghadapi tuduhan antisemitisme karena pandangan mereka yang pro-Palestina. Tuduhan ini muncul akibat pernyataan-pernyataan tajam yang dikemukakannya terkait tindakan Israel terhadap Palestina, termasuk ungkapan yang menyebut tindakan Israel sebagai "genosida". Banyak kritik menyatakan bahwa komentar semacam ini melegitimasi dan memperkuat kebencian terhadap komunitas Yahudi.
Namun, Rima bukan hanya memperoleh kritik. Ia juga menerima banyak dukungan dari rekan-rekannya di dunia politik, termasuk lebih dari 500 tokoh politik yang menandatangani surat dukungan untuknya. Mereka meyakini bahwa Rima menghadapi diskriminasi dan penindasan atas pandangannya yang berani dalam memperjuangkan hak-hak Palestina. Dalam lingkungan politik yang semakin polarised, dukungan terhadap Rima mencerminkan keterbukaan dan kekuatan suara pro-Palestina di Eropa.
Perspektif Rima terhadap kolonialisme
Rima Hassan tidak hanya berbicara tentang Palestina; ia juga berupaya menggali hubungan antara perjuangannya dan sejarah kolonialisme di Prancis. Ia percaya bahwa untuk memahami situasi Palestina, penting bagi masyarakat Prancis untuk berhadapan dengan warisan kolonial mereka sendiri. Rima sering meminta publik untuk merenungkan perhatian mereka terhadap nasib Palestina seiring dengan keengganan Prancis untuk meninjau kembali masa lalunya yang kelam ketika menjajah negara-negara di Afrika Utara.
Menyusul kemenangan pemilihan, Rima berjanji untuk menjadikan Gaza sebagai prioritas utama dalam agendanya. Pekerjaannya di Parlemen Eropa akan dimanfaatkan untuk memperjuangkan tatanan yang lebih adil dan mendukung masyarakat Palestina yang terkena dampak konfliknya. Dengan tekad dan keberanian, Rima Hassan kini berada di garis depan dalam memperjuangkan keadilan untuk rakyat Palestina, dan memperjuangkan pengakuan mereka di panggung internasional.