Sejarah Warteg Kharisma Bahari, Berbekal Lulusan SD sampai Tembus 800 Outlet

19 Mar 2023 16:03 WIB

thumbnail-article

Salah satu kios Warteg Kharisma Bahari. (Sumber: Warteg Kharisma Bahari)

Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan

Editor: Rizal Amril

Warteg Kharisma Bahari sudah sangat populer bagi masyarakat Indonesia. Waralaba kuliner khas Tegal ini kini telah memiliki lebih dari 800 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Mungkin saat kamu mendengar nama Warteg Kharisma Bahari, kamu sudah tahu bahkan hafal menu yang tersedia di dalamnya. 

Warteg atau warung tegal memang menjadi salah satu destinasi kuliner yang legendaris di Indonesia.

Warung makan ini bisa ditemukan hampir di setiap sudut jalan dan di gang-gang sempit. Warteg juga dikenal dengan masakan rumahannya yang bervariasi dan dijual dengan harga yang relatif murah. 

Sajian khas warteg juga kental dengan kelezatannya, perpaduan rempah-rempah nusantara yang menjadi dasar komposisi sajian memang sangat cocok dengan lidah masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, bagaimana dengan Warteg Kharisma Bahari? Bagaimana perjalannya menjadi salah satu warteg paling banyak ada di Indonesia?

Sejarah warteg Kharisma Bahari

Warteg Kharisma Bahari didirikan oleh seorang pemuda pekerja keras yang hanya menamatkan Sekolah Dasar (SD). Sayudi adalah sosok utama dibalik Warteg Kharisma Bahari.

Menurut berbagai sumber, kisah sukses Sayudi dimulai saat ia merantau ke Jakarta di usia 20 tahun bersama kakaknya.

Sesampainya di Jakarta, ia bekerja sebagai pedagang kaki lima di samping warteg milik kakaknya di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Setiap kali dia berjualan, dia harus "bermain petak umpet" dengan petugas untuk menghindari disiplin ketertiban. Keadaan ini membuatnya berpikir untuk membuka toko warteg setelah beberapa tahun menjadi pedagang kaki lima.

Pada tahun 1996, Sayudi memutuskan mengambil pinjaman sebagai modal untuk membuka outlet pertamanya di Jakarta Selatan. Saat ini warteg tersebut populer dengan nama Warteg MM (Modal Mertua).

Pasalnya, mertua Sayudi lah yang meminjamkan sertifikat tanah sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank.

Awalnya, warteg tersebut berdiri di sebuah bangunan semi permanen yang dibuat oleh pemerintah setempat. 

Setelah menerima pinjaman modal dari bank, Sayudi kemudian menyewa sebuah tempat usaha dan memindahkan lokasi wartegnya.

Perjalanannya merintis usaha warteg bukan tanpa kendala. Suatu kali Sayudi bangkrut dan memutuskan untuk kembali berdagang asongan untuk melanjutkan kehidupan sehari-harinya yang sudah kepalang rumit.

Namun, mental pekerja keras yang dimiliki Sayudi tidak pernah kendur dan mudah menyerah terhadap tantangan. 

Akhirnya  pria yang akrab disapa Yudi tersebut membangun kembali usaha wartegnya dengan membeli warteg milik temannya yang diambang kebangkrutan.

Setelah wartegnya berjalan nyaris normal, cobaan besar datang lagi. Ya, usaha warteg miliknya pernah terancam penggusuran. Namun, reformasi 1998 menggagalkan rencana perumahan tersebut dibangun.

Berbagai roller coaster telah ia lewati, wartegnya pun berhasil bertahan sampai 10 tahun. 

Berdasarkan hasil usahanya ini, ia kemudian memutuskan untuk membuka wartegnya sendiri dengan nama Warteg Kharisma Bahari.

Setelah usaha wartegnya kian sukses, Sayudi kemudian mengambil langkah untuk menjadikan usaha kulinernya itu menjadi waralaba dengan konsep kemitraan.

Langkah tersebut ternyata sukses membawa Sayudi menjadi salah satu pengusaha kuliner sukses dari Indonesia.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER