Sinopsis Women from Rote Island, Sulitnya Perempuan Korban Kekerasan Mendapat Perlindungan

14 Maret 2024 13:03 WIB

Narasi TV

Salah satu adegan dalam film "Women From Rote Island." Sumber: jaff-filmfest.org.

Penulis: Rusti Dian

Editor: Margareth Ratih. F

Women from Rote Island merupakan salah satu film yang wajib ditonton pada 2024. Film ini membawa pulang empat piala bergengsi dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2023, serta telah berkeliling festival film internasional. Berikut sinopsis Women from Rote Island.

Sebelum menonton Women from Rote Island, kamu harus mengetahui dulu sinopsis dari film tersebut. Sebab, film ini banyak menampilkan adegan kekerasan seksual secara eksplisit yang mampu memicu trauma korban. Peringatan tersebut juga ditampilkan sebelum film ditayangkan di layar lebar.

Women from Rote Island adalah film yang mengangkat isu kekerasan seksual berdasarkan kisah nyata korban. Film ini sekaligus mengkampanyekan penghentian kekerasan seksual dan tindak perdagangan orang.

Women from Rote Island disutradarai oleh Jeremias Nyangoen. Film berdurasi 108 menit tersebut mengambil lokasi syuting di Batu Termanu, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Uniknya, sebagian besar cast dalam film adalah warga asli Rote yang belum pernah bermain film sebelumnya.

Sinopsis Women from Rote Island

Cerita bermula dari Orpa (Merlinda Dessy Adoe) yang tak kunjung menguburkan jasad suaminya setelah meninggal dunia. Meski pihak keluarga dan tetua adat terus mendesaknya, Orpa tetap berpegang teguh menunggu Martha (Irma Novita Rihi), putri sulungnya pulang ke Indonesia.

Martha adalah seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang menjadi buruh perkebunan sawit di Malaysia. Tak ada yang tahu soal status pekerjaan Martha sebagai buruh migran ilegal tersebut. Situasi ini cukup menyulitkan KBRI untuk membantu mengurus kepulangan Martha.

Menurut kepercayaan setempat, perempuan yang tengah berkabung tidak diperbolehkan keluar rumah. Namun, Orpa terpaksa harus pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan makanan. Naasnya, Orpa justru mengalami pelecehan seksual.

Alih-alih melindungi dan menenangkan, keluarga dan orang-orang di sekelilingnya justru menyalahkan Orpa. Ia dianggap telah melanggar aturan adat yang berlaku. Hal ini sekaligus menunjukkan realitas bahwa korban kekerasan seksual seringkali disalahkan atas peristiwa yang menimpanya.

Sudah hampir putus asa Orpa menanti Martha. Tiba-tiba, putri sulungnya pun datang dengan kondisi yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Martha terlihat depresi dan menyimpan banyak luka di tubuhnya.

Sayangnya, kampung halaman tak benar-benar menjadi ruang aman bagi Martha. Peristiwa naas itu kembali menimpanya. Martha menjadi korban kekerasan seksual. Ia dilecehkan dan diperkosa oleh laki-laki di kampung halamannya. Hal ini membuat Orpa dan keluarganya disingkirkan oleh masyarakat sekitar.

Women from Rote Island menggambarkan betapa kompleksnya hidup sebagai perempuan dan orang tua tunggal di lingkungan patriarkis. Berkali-kali mereka berjuang melawan stigma dan diskriminasi gender yang dialami. Mereka adalah korban dari hukum adat yang menindas, patriarki, dan tak berpihak pada perempuan.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR