Inilah Tradisi-tradisi Peringatan 10 Muharram di Indonesia

16 Jul 2024 19:07 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi warga tengah membawa bubur Asyura yang jadi tradisi untuk memperingati 10 Muharam. (Sumber: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Memasuki bulan Muharam, masyarakat muslim di Indonesia kerap melakukan tradisi unik yang dilakukan untuk memperingati hari Asyura atau tanggal 10 Muharam.

Dalam Islam, Muharam adalah bulan yang istimewa. Bulan pertama dalam kalender Hijriah ini merupakan bulan di mana banyak peristiwa penting dalam Islam terjadi.

Oleh karenanya, banyak masyarakat di Indonesia yang melakukan kegiatan khusus untuk memperingati 10 Muharam.

Kegiatan-kegiatan tersebut terus dilakukan sejak dulu, sehingga kini telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat.

Tradisi 10 Muharram di Indonesia

Sejumlah masyarakat muslim di Indonesia memiliki tradisi masing-masing dalam memperingati tanggal 10 Muharam, berikut di antaranya:

1. Tabuik atau tabot

Tabuik atau tabot merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh dan Singkil. Tradis ini kental dengan nuansa Islam dan sosial.

Tujuan tabuik dan tabot tidak lain untuk mengenang kematian Imam Husain, cucu Nabi Muhammad saw.. Kata “tabuik” diambil dari bahasa Arab Melayu yang artinya “peti” atau “keranda”.

Dalam tradisi ini, masyarakat akan mengarak tabuik yang telah dihiasi dengan bunga-bunga dan kain berwarna-warni.

Dalam tradisi Pariaman, tabuik yang terbuat dari bambu dan rotan diibaratkan sebagai keranda yang membawa jenazah Husein bin Ali. Serupa dengan wilayah lain, tabuik di Pariaman juga dihiasi bunga-bunga.

2. Membuat bubur asyura atau suro

Tradisi lain yang dilakukan masyarakat selama 10 Muharam adalah pembuatan bubur asyura atau biasa disebut bubur suro di sebagian tempat.

Bubur asyura merupakan salah satu hidangan tradisional, berkuah kuning, dan dilengkapi dengan ayam sebagai lauknya.

Umumnya, bubur ini disajikan bersama perkedel, tahu goreng, telur dadar, kacang goreng, dan kerupuk.

Mengutip dari laman NU Online, tradisi pembuatan bubur asyura tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga menjadi tradisi muslim di seluruh dunia, seperti Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Bahkan jika ditelusuri dari kitab klasik, tradisi membuat bubur asyira mirip dengan yang pernah dilakukan Nabi Nuh dan kaumnya. Keterangan ini bisa dilihat dalam kitab I’anah Thalibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati juz 2/267 sebagai berikut:

 قَوْلُهُ: وَأَخْرَجَ نُوْحًا مِنَ السَّفِيْنَةِ وَذَلِكَ أَنَّ نُوْحًا - عَلَيْهِ السَّلَامُ - لَمَّا نَزَلَ مِنَ السَّفِيْنَةِ هُوَ وَمَنْ مَعَهُ: شَكَوْا اَلْجُوْعَ، وَقَدْ فَرَغَتْ أَزْوَادُهُمْ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَأْتُوْا بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ، فَجَاءَ هَذَا بِكَفِّ حِنْطَةٍ، وَهَذَا بِكَفِّ عَدَسٍ، وَهَذَا بِكَفِّ فُوْلٍ، وَهَذَا بِكَفِّ حِمَّصٍ إِلَى أَنْ بَلَغَتْ سَبْعَ حُبُوْبٍ - وَكَانَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ - فَسَمَّى نُوْحٌ عَلَيْهَا وَطَبَخَهَا لَهُمْ، فَأَكَلُوْا جَمِيْعًا وَشَبِعُوْا، بِبَرَكَاتِ نُوْحٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Artinya: “Allah mengeluarkan Nabi Nuh dari perahu. Kisahnya sebagai berikut: sesungguhnya Nabi Nuh ketika berlabuh dan turun dari kapal, beliau bersama orang-orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan mereka sudah habis. Lalu Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa-sisa perbekalan mereka. Maka, secara serentak mereka mengumpulkan sisa-sisa perbekalannya; ada yang membawa dua genggam biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang membawa biji kacang, ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 (tujuh) macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura. Selanjutnya Nabi Nuh membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah terkumpul itu, lalu beliau memasaknya, setelah matang mereka menyantapnya bersama-sama sehingga semuanya kenyang dengan lantaran berkah Nabi Nuh.”

Dalam kitab Badai’ al-Zuhur karya Shaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafy, keterangan tentang bubur ini juga dimuat sebagai berikut:

قال الثعلبي كان استواء السفينة علي جبل الجودي يوم عاشوراء وهو العاشر من المحرم فصامه نوح شكرا لله تعالي وامر من كان معه بالصيام في ذلك اليوم شكرا علي تلك النعمة . ويروي ان الطيور والوحوش والدواب جميعهم صاموا ذلك اليوم ثم ان نوح اخرج ما بقي معه من الزاد فجمع سبعة اصناف من الحبوب وهي البسلة والعدس والفول والحمص والقمح والشعير والارز فخلط بعضها في بعض وطبخها في ذلك اليوم فصارت الحبوب من ذلك اليوم سنة نوح عليه السلام وهي مستحبة 

Artinya: “Imam Tsa'laby berkata, perahu Nabi Nuh mendarat sempurna di sebuah gunung tepat pada tanggal 10 muharam atau hari Asyuro, maka Nabi Nuh melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kepada kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada hari asyuro sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Dan dikisahkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh juga melaksanakan puasa. Kemudian Nabi Nuh mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, memang tidak banyak sisa yang didapat, kemudian Nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian itu, ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak, kemudian disatukan dan dijadikan makanan. Selanjutnya biji-bijian yang dimakan pada hari itu, yakni 10 Muharram, menjadi kebiasaan Nabi Nuh dan disukai.”

3. Berpuasa

Selain dua tradisi tersebut, hari Asyura atau tanggal 10 Muharam juga menjadi waktu khusus di kalangan santri untuk berpuasa.

Pada hari tersebut, Allah Swt. dipercaya mengampuni hamba-hamba-Nya yang bertobat dan memperbanyak ibadah seperti berpuasa atau melakukan amal saleh seperti bersedekah.

Oleh karenanya, para santri di Indonesia umumnya melaksanakan ibadah puasa pada hari tersebut, sesuai dengan hadis yang menerangkan anjuran berpuasa pada hari tersebut.

"Ketika Nabi saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi puasa pada hari Asyura, beliau bertanya, "Hari apa ini?" kemudian mereka menjawab, "Hari ini hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-musuh mereka, karena itu Musa mempeuasainya." Nabi saw. kemudian bersabda, "Aku lebih berhak dari padamu dengan Musa." Karena itu, Nabi saw. mempuasainya dan menyuruh mempuasainya." (HR. Al-Bukhari)

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER