UGM Larang Dosen Killer Mengajar, Mahasiswa: “Perlu Ditelaah Lebih Lanjut”

6 November 2023 14:11 WIB

Narasi TV

Gedung Rektorat UGM. Sumber: ugm.ac.id.

Penulis: Rusti Dian

Editor: Margareth Ratih. F

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melarang dosen killer mengajar mahasiswa di kampus. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kekerasan di kampus dan melindungi mahasiswa dari masalah kesehatan mental.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Wening Udasmoro menyebut larangan ini untuk mewujudkan lingkungan kampus yang aman dan nyaman. Dosen killer yang dimaksud adalah dosen yang memiliki kebijakan ketat terkait nilai, bersikap dingin, keras, dan tidak akrab dengan mahasiswanya.

“Kita punya kewajiban membuat lingkungan yang betul-betul mereka (mahasiswa) itu aman dan nyaman,” ucap Wening, dikutip dari Kompas.com pada Jumat (3/11/2023).

Kini, UGM tengah membahas Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait larangan dosen killer mengajar. 

“Ada standar operasional prosedur untuk bagaimana relasi yang aman, yang nyaman antara dosen mahasiswa, antara mahasiswa, kemudian antara orang tua dengan anaknya yang sekolah di UGM,”jelas Wening.

Dengan SOP kampus yang aman dan nyaman, harapannya aturan ini mampu membuat mahasiswa senang saat kuliah. UGM juga ingin menghilangkan segala bentuk kekerasan di dalam kampus, baik itu verbal, fisik, maupun psikologis.

“Memberi tahu mahasiswa kan tidak perlu dengan kekerasan verbal, kekerasan psikologis. Orang tua kan menitipkan ke kita untuk dididik menjadi anak yang antikekerasan,” pungkasnya.

Respons mahasiswa

Mengutip detikEdu, mahasiswa Sosiologi UGM, Dinda Nuha menyebut kebijakan ini harus diimplementasikan dengan tepat agar lingkungan belajar lebih menyenangkan. Maksudnya, antara pengajar dan pelajar dapat saling mengonstruksi ilmu pengetahuannya.

Makna “dosen killer” setiap mahasiswa pun berbeda-beda, tergantung budaya masing-masing fakultas dalam perkuliahan. Ada yang menganggap dosen killer adalah dosen yang tegas, ada juga yang kerap memberi pertanyaan kepada mahasiswa.

“Menurut aku pribadi, dosen yang tegas atau suka nanya-nanya it helps us untuk memahami proses belajar di kelas. Mereka bisa membangun ruang diskusi yang lebih hidup,” ujar Nuha pada Rabu (1/11/2023).

Senada, mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM Jason Tambayong menyarankan UGM untuk menelaah lebih lanjut masalah mental health mahasiswa. Apakah benar semua disebabkan oleh dosen killer.

“Memang perlu ditelaah lebih lanjut karena apakah sebenarnya permasalahan mental health yang dialami oleh mahasiswa semuanya terpengaruhi oleh dosen killer,” ucap Jason.

Oleh karena itu, pihak UGM diminta untuk tak gegabah soal kebijakan tersebut. Jason menyebut perlu adanya keikutsertaan mahasiswa dalam pembuatan regulasi. Hal ini agar aturan yang dibuat bisa menyasar target yang memang diperlukan.

Meski SOP ini baik untuk menjaga kesehatan mental mahasiswa, tetapi pembuatannya perlu dipikirkan secara matang. Perlu ada indikator untuk mendefinisikan “killer” agar tak menimbulkan pemaknaan berbeda.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR