27 Juni 2023 09:06 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Margareth Ratih. F
Menyalahkan korban atau victim blaming adalah fenomena di mana korban kejahatan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi pada mereka. Sikap seperti ini banyak ditemui di masyarakat, khususnya pada kasus kekerasan seksual.
Dalam kasus kekerasan seksual, korban selalu dituduh mengundang para pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya. Korban pun disalahkan atas pakaian yang dikenakannya, sering keluar di malam hari, dan lain sebagainya.
Victim blaming sangat bertolak belakang dengan gerakan bagi para penyintas untuk berani speak up atas kasus yang menimpanya. Budaya tersebut justru menghambat para penyintas kekerasan seksual dalam mendapatkan keadilan karena mereka dibayangi rasa takut apabila masyarakat justru berbalik menyalahkannya.
Budaya patriarki yang masih mengakar di masyarakat Indonesia menjadi salah satu alasan victim blaming terjadi di sekitar kita. Adanya permakluman terhadap bentuk reaksi pelaku atas “aksi” yang dilakukan korban turut melanggengkan victim blaming. Hal ini tentu menjustifikasi pelaku sebagai pihak yang tidak bersalah.
Victim blaming menunjukkan bahwa kekerasan seksual terutama pada perempuan belum dianggap sebagai masalah sosial. Padahal, kekerasan sosial adalah persoalan yang kompleks karena adanya ketimpangan relasi. Pelaku seolah memiliki kekuatan (power) untuk memaksa korban.
Contoh victim blaming
Berikut beberapa contoh kalimat yang memiliki tendensi menyalahkan korban:
dan masih banyak lagi.
Dampak victim blaming
Berikut dampak yang ditimbulkan dari victim blaming:
Cara menghentikan victim blaming
Victim blaming sangat berdampak bagi psikologis korban. Oleh karena itu, berikut cara menghentikan victim blaming:
Seringkali korban merasa dibungkam ketika ingin bercerita. Bahkan korban merasa tidak ada yang percaya akan ceritanya. Oleh karena itu, ketika menghadapi kasus kekerasan seksual, hal pertama yang dilakukan adalah percaya apa yang dikatakan korban.
Selanjutnya, yakinkan bahwa peristiwa tersebut terjadi bukan karena salah korban melainkan pelaku. Sampaikan juga dukunganmu terhadap korban agar ia tidak terus menerus menyalahkan diri sendiri.
Apabila kamu ingin bertanya, sampaikan pertanyaan yang tepat tanpa menyinggung perasaan korban. Namun, daripada kamu banyak bertanya pada korban, lebih baik lontarkan pertanyaan kepada pelaku. Dengan begitu, semua orang akan lebih menyorot tindakan pelaku.
Salah satu cara melindungi korban dari victim blaming atau teror pelaku adalah dengan mengawasi gerak-gerik pelaku. Jangan beri ruang bagi pelaku untuk semakin menyalahkan dan menyudutkan korban.
Caranya adalah dengan memberi ruang aman bagi korban kekerasan seksual. Lawan segala bentuk rape jokes (lelucon pemerkosaan) atau segala sesuatu yang sifatnya menormalisasi kekerasan seksual.
KOMENTAR
Latest Comment