Belajar Makna Hijrah: Perjuangan Meninggalkan Hal Terburuk dari Diri Sendiri

28 Maret 2024 23:03 WIB

Narasi TV

Belajar Makna Hijrah: Perjuangan Meninggalkan Hal Terburuk dari Diri Sendiri

Penulis: Randu Dahlia

Editor: Suryawijayanti

Akhir-akhir ini kata hijrah sering diperbincangkan. Gelombang ‘hijrah’ kian berkembang di tengah generasi muda melalui sosial media dibarengi dengan konten keagamaan seperti: Ta’aruf, Riba, dan lain sebagainya.

Apakah hijrah hanya tentang penggunaan hijab, tidak posting wajah di medsos, atau posting wajah tapi ditutupi sticker?

Apakah hijrah hanya sebatas seberapa cingkrang celanamu, seberapa panjang jenggot?

Apakah hijrah hanya tentang penggunaan istilah berbahasa Arab seperti  panggilan “Akhi”,Ukhti”, dan sebagainya?

Apakah hijrah artinya harus sering datang ke forum kajian keagamaan?

Tentunya ada beragam pembelaan yang menyatakan hal-hal di atas bisa jadi merupakan tahapan awal seseorang berhijrah, tapi apakah tepat penekanan makna hijrah hanya pada aspek eksistensialnya saja, bukan pada aspek substansinya?

Quraish Shihab menjelaskan dalam bahasa keagamaan, hijrah adalah meninggalkan sesuatu yang tidak disukai atau  sesuatu yang buruk, sambil mendekatkan diri pada kebaikan. Hijrah harus disertai dengan niat menuju keadaan yang lebih baik dan diridhoi Allah SWT. 

”Apakah memakai pakaian tertentu katakanlah jilbab, apakah memakainya karena tidak senang bahwa Anda terbuka?Atau ikut mode? Nah… kita semua manusia memiliki keburukan. Prinsip dasar dalam agama, meninggalkan keburukan lebih baik daripada melakukan kebaikan. Saya selalu beri contoh: Mandi tanpa parfum lebih baik, daripada pakai parfum tanpa mandi. Jadi, carilah apa yang paling buruk dari diri Anda, tinggalkan itu. Itulah hijrah,” kata Quraish Shihab.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits dari Ibnu Abbas RA , Rasulullah SAW bersabda: 

لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا

Artinya: “Tidak ada lagi hijrah setelah kemenangan (Makkah) akan tetapi yang tetap ada adalah jihad dan niat. Maka jika kalian diperintahkan berangkat berjihad, berangkatlah.” (HR Bukhari).

Dari hadits di atas, Quraish Shihab menjelaskan sekilas nampak hijrah adalah jihad. Ketika berada di Madinah, jihad mencakup perang dengan senjata, maka setelah kemenangan Makkah, jika tidak terdesak,  jihad dengan senjata tidak diperlukan lagi,  sisa hijrah itu jihad dan niat. 

Apa makna Jihad di dalam hijrah?

Jihad merupakan upaya sungguh-sungguh, mengerahkan seluruh kemampuan untuk mencapai tujuan yang benar. Jihad terberat menurut nabi bukanlah jihad dengan senjata tapi jihad melawan hawa nafsu. Jihad yang dituntut adalah jihad terhadap hal-hal negatif di dalam diri manusia disertai dengan niat untuk  untuk melakukan perbaikan diri, meninggalkan hal paling buruk dalam diri,  untuk berhijrah.

Dalam konteks memperbaiki diri kita memerlukan muhasabah, intropeksi, mencari kekurangan dan kesalahan dari dalam diri sebelum mencari kesalahan dan kekurangan orang lain. Manusia yang tak luput dari dosa pun perlu membuat prioritas dalam upaya melakukan hijrah, karena tidak mudah meninggalkan hal buruk sekaligus.

Kita bersyukur upaya hijrah kini semakin populer di generasi z dan milenial, semoga trend atau upaya hijrah ini tidak sebatas hal-hal lahiriah saja, namun lebih dari itu. Nah… kita juga bisa muhasabah atau ‘introspeksi’ nih tentang penggunaan kosakata keagamaan seperti: Masya Allah, Jazakumullah, Ta’aruf, kafir, Ghibah,dll…Udah tepat gak ya penggunaanya? Kita bisa belajar kosakata keagamaan ini dengan menyaksikan Shihab dan Shihab setiap hari jelang berbuka puasa selama bulan Ramadan hanya di Indosiar dan Vidio.com!

Pantun dulu dikit, biar remember

Jalan-jalan ke kota Makkah

Lihat peradaban, ilmu didapatkan

Hijrah itu berpindah

Dari keburukan menuju kebaikan

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR