21 April 2023 18:04 WIB
Penulis: Bima Nur M.R.
Editor: Soni Triantoro
Perjanjian Hudaibiyah dikenal sebagai perjanjian yang tidak bersifat adil. Sebab, perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy tersebut dinilai hanya menguntungkan pihak Quraisy saja.
Perjanjian itu dilatarbelakangi ketika Rasulullah SAW bersama umatnya hendak melaksanakan ibadah umrah ke Mekkah. Namun, upaya tersebut digagalkan oleh kaum Quraisy. Mereka melarang dilaksanakannya ibadah tersebut, dan menuntut Rasulullah SAW kembali ke Madinah. Menyikapi hal itu, perundingan pun coba untuk ditempuh.
Sayangnya, perundingan justru melahirkan perjanjian yang dinilai merugikan kaum muslimin.
“Siapa dari kaum Muslim yang mau kembali ke Mekkah meninggalkan Islam tidak boleh dikembalikan kepada kamu [Rasulullah SAW]. Sedangkan, orang Mekkah yang tadinya musyrik mau jadi muslim dan ke Madinah harus dikembalikan kepada kami [kaum Quraisy],” terang Quraish Shihab.
Yang menarik adalah Rasulullah SAW justru menerima dengan lapang dada perjanjian yang tidak bersifat adil tersebut. Seperti apa alasan di balik keputusan itu?
Kerelaan Rasulullah SAW
Secara mendasar, tuntutan kaum Quraisy tidak hanya sebatas butir perjanjian sebelumnya. Namun, mereka juga menuntut Rasulullah SAW agar tidak menggunakan kalimat ‘bismillahirrahmanirrahim’ dan menghapus keterangan ‘Muhammad pesuruh Allah’ saat menuliskan perjanjian tersebut.
Lagi-lagi, semua itu diterima oleh Rasulullah SAW.
Kerelaan Rasulullah SAW juga ditunjukkannya ketika ia mengajak pulang sahabat-sahabatnya, namun ditolaknya ajakan tersebut.
“Nabi masuk ke istrinya, dan istrinya memberi saran ‘kamu cukur tanda tahallul, kamu sembelih binatang tanda kurban’. Beliau bawa 70 ekor unta dan itu disembelih baru mereka [sahabat-sahabat Rasulullah SAW] kembali,” terang Quraish Shihab.
Kemenangan yang Luar Biasa
Peristiwa dalam Perjanjian Hudaibiyah sarat akan pengorbanan dan kerelaan Rasulullah SAW akan banyak hal. Akan tetapi, Al-Qur’an justru meriwayatkan peristiwa ini dalam penggambaran kemenangan kaum Muslimin yang luar biasa.
“Karena dengan gencatan senjata [antara kaum muslimin dan kaum Quraisy] sepuluh tahun, umat Islam bebas melakukan dakwah” terang Quraish Shihab.
Di sisi lain, Quraish Shihab juga menerangkan, pembelajaran berharga yang dapat dipetik dari kisah ini adalah bagaimana Rasulullah SAW rela untuk merelakan ibadah umrahnya demi mencapai sebuah perdamaian.
“Dan, dari situlah [kerelaan Rasulullah SAW] kita kembali bahwa kemanusiaan itu mendahului keberagamaan,” pungkas Quraish Shihab.
Mau tahu lebih banyak tentang kisah-kisah lainnya?
Saksikan Shihab & Shihab edisi Ramadan berikutnya, tayang setiap hari jelang waktu berbuka puasa di Indosiar dan Vidio.com setiap harinya. Shihab & Shihab menemani kamu menantikan waktu berbuka puasa dengan dialog antara Quraish Shihab dan Najwa Shihab membahas kisah-kisah menarik dan berharga dalam Al-Qur’an.
Sampai jumpa menjelang waktu berbuka!
KOMENTAR
Latest Comment