Skandal Hijau: Bagaimana Industri Indonesia Menyesatkan Brand Fashion Dunia

Di era kesadaran lingkungan, fenomena "Greenwashing" menjadi umum, di mana perusahaan mengklaim sebagai 'ramah lingkungan' sementara kenyataannya berbeda. Contoh utama adalah Royal Golden Eagle Group (RGE) dan APRIL, pemain besar di industri pulp kayu.

Produk mereka yang umum, seperti kertas dan rayon viscose, sebagian besar berasal dari hutan akasia dan eucalyptus yang ditebang, berkontribusi pada deforestasi dan kerusakan habitat.

Pada Juni 2015, RGE berjanji menghilangkan deforestasi dari semua operasi produksinya, namun investigasi lapangan dan analisis data menunjukkan janji ini tidak dipenuhi. RGE dan APRIL terus memperoleh kayu dari deforestasi, meskipun telah berkomitmen untuk tidak melakukannya.

Praktik greenwashing ini terungkap melalui penggunaan perusahaan bayangan dan perusahaan cangkang di surga pajak, membuat struktur kepemilikan mereka rumit dan sulit dipahami.

Skema greenwashing ini juga mempengaruhi industri fashion global. Brand-brand terkenal seperti Marks and Spencer, Esprit, H&M, Uniqlo, dan Adidas mendapatkan pasokan rayon viscose dari RGE, yang dianggap ramah lingkungan. Ironisnya, beberapa dari merek ini telah berkomitmen terhadap keberlanjutan dan bebas deforestasi.

Efek "greenwashing domino" terjadi ketika satu perusahaan melakukan greenwashing dan memicu reaksi berantai pada mitra bisnisnya, menyebarkan informasi tidak akurat kepada konsumen. Hal ini merusak reputasi merek-merek global dan menimbulkan pertanyaan serius tentang transparansi dan kejujuran korporasi dalam komitmen berkelanjutan mereka.

Di permukaan, perusahaan-perusahaan ini terlihat bersinar dengan janji masa depan yang lebih hijau. Namun, publik berhak mempertanyakan, meneliti, dan menuntut transparansi serta kejujuran dari korporasi global ini, agar komitmen berkelanjutan mereka tidak hanya omong kosong belaka.

Investigasi ini menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat dan tindakan yang lebih tanggap terhadap praktik greenwashing di industri global.

-Reportase laporan ini didukung oleh Earth Journalism Network, Internews-

KOMENTAR

SELANJUTNYA

TERPOPULER