Mengenal Anger Management: Pengertian, Manfaat, dan Tips-tipsnya

15 Mar 2023 13:03 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi seseorang yang sedang marah. Sumber: Pexel.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Margareth Ratih. F

Rasa marah merupakan bentuk emosi yang wajar dan normal. Umumnya, emosi ini muncul sebagai respons atas situasi yang mengancam. Meskipun sifatnya natural, perasaan marah yang tidak terkontrol dengan baik dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol emosi adalah dengan mempelajari anger management. Seperti namanya, anger management merupakan teknik untuk mengelola rasa marah.

Mengendalikan amarah tidak sama dengan menahan amarah. Dilansir dari verywellmind.com, anger management justru bertujuan untuk mengenali rasa marah, berdamai dengannya, dan menyalurkannya lewat cara yang produktif. 

Manfaat anger management

Banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan dari kemampuan mengelola amarah. Anda dapat memiliki kendali diri yang lebih besar terutama ketika dihadapkan pada permasalahan yang kompleks. Anda juga tidak mudah tersulut amarah ketika dihadapkan dengan hal yang kurang menyenangkan.

Anger management memiliki manfaat-manfaat lainnya, antara lain:

  • Mampu mengomunikasikan kebutuhan secara lebih baik. Anger management membantu Anda mengungkapkan amarah dengan lebih jernih tanpa melibatkan tindakan-tindakan impulsif atau menggunakan kata-kata yang menyakitkan. Dengan begitu konflik dapat terselesaikan dan hubungan positif dapat dipertahankan.
  • Pengendalian amarah memiliki dampak langsung terhadap meningkatnya kualitas kesehatan. Stres yang disebabkan oleh kemarahan dapat memicu penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, hingga penyakit jantung. 
  • Selain memperbaiki kesehatan fisik, anger management juga dapat memperbaiki kesehatan mental. Menyalurkan kemarahan secara tepat, akan menghindarkan Anda dari stres dan depresi.

Lantas, bagaimana cara menerapkan anger management supaya rasa marah Anda dapat tersalurkan dengan baik?

Mengenali pemicu amarah

Catat hal-hal yang sekiranya kerap memicu amarah Anda. Kenakalan anak, kemacetan jalanan, antrian yang panjang, atau kelelahan merupakan contoh umum pemicu kemarahan. 

Kenali pula tanda-tanda fisik dan emosional ketika Anda mulai merasa marah.

  • Secara fisik, orang yang sedang marah biasanya akan mengencangkan rahang dan jantungnya berdetak lebih kencang. 
  • Secara emosional, kemarahan membuat seseorang bersikap gusar, tidak tenang, dan cenderung ingin berteriak.

Tips mengendalikan amarah

  • Berpikir sebelum bicara

Ledakan rasa marah dapat membuat seseorang merasa ingin meluapkan seluruh perasaan tanpa memikirkan konsekuensinya. Tak jarang, kata-kata kasar pun turut dilontarkan. Hal ini tentunya dapat memperkeruh keadaan dan menyakiti orang yang menjadi sasaran kemarahan.

Anda dapat mencoba untuk menghitung dari angka 1 sampai 10 ketika merasa kemarahan mulai menguasai. 

  • Cari waktu untuk menyendiri

Cobalah menarik diri sejenak dari hal yang memicu kemarahan. Beri waktu bagi diri sendiri untuk bernapas dan menenangkan diri, jika bisa di tempat yang sepi. Tunggu sampai emosi lebih stabil dan isi kepala menjadi lebih jernih.

  • Mengalihkan rasa marah ke hal lain

Lakukan kegiatan yang dapat mengalihkan diri dari perasaan marah. Anda dapat mencoba melakukan olahraga seperti lari atau workout. Hal ini dapat membantu Anda melupakan sejenak rasa marah dan mengalihkan energi ke kegiatan yang lebih produktif.  

  • Lakukan relaksasi

Relaksasi merupakan teknik yang efektif untuk mengurangi gejolak rasa marah. Praktiknya pun cukup mudah, salah satunya dengan melakukan latihan pernapasan. Bernapaslah secara perlahan sambil membayangkan pemandangan yang menyenangkan. Anda dapat melakukannya sambil mendengarkan musik atau melakukan pose yoga. 

  • Konsultasi kepada psikolog

Carilah bantuan profesional jika Anda menjumpai kesulitan dalam mengendalikan amarah. Kemarahan yang tidak teratasi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian fisik, mental, dan sosial. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengonsultasikan hal ini kepada psikolog.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER