Aremania Kecewa Manajemen Klub Bungkam Soal Kanjuruhan: Akhirnya Kita Hanya Menjadi Angka

22 Oct 2022 11:10 WIB

thumbnail-article

Seorang suporter Arema FC (Aremania) membawa bunga di depan Stadion Kanjuruhan, Malang, jawa Timur, Minggu (2/10/2022). Sejumlah suporter Arema menabur bunga di Stadion Kanjuruhan sebagai bentuk duka cita atas jatuhnya korban dalam kerusuhan yang terjadi di stadion itu. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.

Penulis: Agung Pratama S.

Editor: Akbar Wijaya

"Akhirnya kita semua yang jadi korban hanya menjadi angka. Jadi sama saja, tidak evaluasi yang berarti."  


Hampir tiga pekan setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi, korban sipil masih berjatuhan.

Jumat (21/10/2022), Reivano Dwi Afriansyah remaja berusia 17  tahun meregang nyawa setelah menjalani perawatan selama 18 hari di RSUD Saiful Anwar Kabupaten Malang.

Kematian Reivano menambah jumlah korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan menjadi 134 orang. Selain dua anggota polisi yang ikut meninggal, hampir dapat dipastikan ratusan orang yang kehilangan nyawa adalah suporter Arema FC atau Aremania.

Sayangnya, hingga sekarang nyaris tak ada sikap yang jelas dan tegas dari manajemen Arema FC mengenai tragedi Kanjuruhan. Tanpa ayal sejumlah suporter menyuarakan kekecewaan.

Ibarat Anak Terluka Bapak Harus Bertanggung Jawab

“Saya kecewa, ini yang jadi korban tidak satu, dua, tiga, empat, yang korban sudah ratusan. Seharusnya Arema [merasa] sebagai korban juga. Tim atau manajemen Arema sebagai korban harusnya berjuang bersama Aremania untuk usut tuntas masalah hukum.”

Kalimat itu disampaikan Mahardika Nanang Susilo atau akrab disapa John, seorang Aremania yang tergabung dalam Curva 10 Sud kepada Narasi, Jumat (21/10/2022).

Bagi John, relasi suporter dan klub tak cuma terjalin sepanjang 90 menit pertandingan. Suporter merupakan penyokong penting terhadap kemajuan dan capaian klub. Entah itu di dalam atau di luar stadion.

Dengan istilah yang emosional John mengibaratkan hubungan klub dan suporter ibarat bapak dan anak.

“Harapan saya untuk Arema, yang meninggal dan jadi korban itu suportermu. Mereka yang mendukungmu secara materiil dan moriil. Istilahnya, Arema ini bapaknya Aremania anaknya. Kalau anaknya terluka bapaknya harus bertanggung jawab,” kata John.

Kehilangan Gairah Menonton Sepak Bola

Sebagai Aremania, Jonn merasa tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban telah menyisakan duka mendalam di hatinya. Ia mengaku kehilangan gairah untuk menonton lagi pertandingan sepak bola, termasuk laga Arema FC.

“Tentang tragedi yang di Kanjuruhan, buat saya sendiri, opini saya sendiri pribadi, buat istilahnya [jangankan] membahas tentang sepak bola, buat nonton saja saya udah kehilangan gairah,” ucap John.

John tak tahu sampai kapan perasaan semacam ini akan terus bersemayam di hatinya. Barangkali sampai pihak-pihak yang terlibat mempertanggung jawabkan perbuatannya dan perbaikan sepak bola tanah air benar-benar dilakukan.

“Gairah itu mungkin akan muncul lagi waktu yang jawab setelah semuanya istilahnya sudah diperbaiki.” tambahnya. Karena bagi John jika hal ini terus dibiarkan tidak akan pernah selesai permasalahannya.

Aremania Minta Manajemen Arema FC Membela Suporter

Menurut John pertanggungjawaban klub terhadap meninggalnya ratusan suporter Aremania dapat ditunjukkan dengan menyuarakan rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), termasuk meminta mundur jajaran pengurus PSSI.

“Masalah PSSI [harus mundur] mereka punya hak votes kan Arema. Harusnya mereka juga menekan federasi harus tanggung jawab dengan tragedi ini, Ketua PSSI harus mundur,” ujar John.

John berpendapat dualisme jabatan Iwan Budianto sebagai salah satu pemegang saham Arema FC sekaligus Wakil Ketua Umum PSSI mestinya tidak menghalangi klub bersikap profesional dan independen merespons tragedi Kanjuruhan.

“Kalau profesional harusnya konflik kepentingan seperti itu tidak ada. Ini tragedi kemanusiaan yang memakan korban cukup banyak. Klub harus bersikap profesional. Arema harus gunakan hak votes-nya itu untuk membela Aremania,” harap John.

Konflik Kepentingan Iwan Budianto Sebagai Pemegang Saham Mayoritas Arema FC

Iwan Budianto, Wakil Ketua Umum PSSI yang beberapa hari lalu diperiksa Polda Jawa Timur sebagai saksi tragedi Kanjuruhan memang masih tercatat sebagai pemegang saham terbesar Arema.

Dalam akta perusahaan PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia per 10 Mei 2022 yang tercatat di Ditjen AHU Kemenkumham disebutkan Iwan Budianto menjabat sebagai direktur utama dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 3.750 lembar saham atau senilai Rp3.750.000.000.

Selain Iwan, saham PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia juga dimiliki oleh PT Rans Entertainment Indonesia. Perusahaan milik Raffi Ahmad itu menguasai 500 lembar saham senilai Rp500.000.000.

Pemilik saham selanjutnya PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia adalah PT Juragan Sembilan Sembilan Corp. Perusahaan milik Gilang Widya Pramana yang di arema berposisi sebagai presiden klub menguasai 750 lembar saham atau senilai Rp750.000.000.

Dari komposisi tersebut tampak jelas betapa digdayanya Iwan dalam manajemen Arema. Sebab seandainya saham milik Raffi Ahmad dan Gilang Widya digabungkan, masih belum bisa menandingi kepemilihan saham Iwan Budianto di klub.

Gunakan Hati Nurani Jangan Sampai Suporter Meninggal Sia-Sia

Ivo, salah satu Aremania menyadari dualisme posisi Iwan Budianto di manajemen Arema FC sekaligus Wakil Ketua Umum PSSI menjadi penyebab klub tidak bisa bersikap tegas terhadap tragedi Kanjuruhan.

“Jelas pengaruhnya besar  soalnya kalau saya lihat di bagannya Arema pemegang saham terbesar beliau, Pak IB (Iwan Budianto). Makanya, mungkin orang-orang yang memegang manajemen yang mengelola Arema saat ini ada ketakutan. Tapi seharusnya, sebaiknya itu semua dikomunikasikan dengan suporter,” ujar Ivo kepada Narasi.

Terlepas dari berbagai kepentingan yang dimiliki klub terhadap federasi, ada begitu banyak korban suporter yang menanti keadilan.

Ivo meminta agar manajemen klub mengedepankan hati nurani mereka agar nyawa suporter yang melayang tak sia-sia.

“Ini semua tentang hati nurani. Kalau Arema masih menitikberatkan pada kepentingan-kepentingan seperti itu ya kembali lagi mereka yang meninggal itu meninggal sia-sia. Jadi percuma mendukung klub,” kata Ivo.

Menurut Ivo sikap tidak tegas klub akan meningkatkan kesadaran suporter yang berhasil selamat bahwa klub tidak pernah berpihak ke mereka.

“Orang-orang yang masih selamat kayak saya dan teman-teman lainnya akan berpikir ‘klub saja meski banyak orang-orang yang meninggal cuma begini lho, tidak ada ketegasan’,” kata Ivo.

“Akhirnya kita semua yang jadi korban hanya menjadi angka. Jadi sama saja,  tidak evaluasi yang berarti, nantinya suporter akan menjadi akan kambing hitam, yang akan dievaluasi besar-besaran suporter dan klub.”

Ivo mengingatkan manajemen Arema FC tidak sekadar menyelesaikan tanggung jawab terhadap korban sebatas pemberian materi, namun juga harus mendorong perbaikan sepak bola di tanah air.

“Kalau masalah bantuan itu kewajiban mereka. Tapi mereka tidak bisa lari dari tanggung jawab yang tidak cuma materi. Harus ada perubahan yang dikedepankan mereka,” katanya.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER