26 Mei 2023 14:05 WIB
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Bacaan talbiyah adalah bacaan tertentu yang dilafalkan oleh umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji ataupun umrah di Tanah Suci.
Pelafalan bacaan tersebut dibaca setelah jemaah membaca niat ibadah haji atau umrah.
Kalimat talbiyah dibaca tiga kali setelahnya disusul dengan bacaan selawat dan doa, berikut adalah bacaan talbiyah.
Berikut ini merupakan bacaan talbiyah yang diajarkan oleh Rasulullah saw. dan dapat dilafalkan saat menunaikan ibadah haji dan umrah.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Labbaika-llâhumma labbaîk, labbaika lâ syarîka laka labbaîk. Innal ḫamda wan ni‘mata laka wal mulk. Lâ syarîka lak(a).
Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”
Sementara ada lafal tambahan kalimat talbiyah yang dibaca oleh sahabat Abdullah bin Umar. Lafal tambahan ini diriwayatkan oleh Nafi’, berikut bacaannya:
لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ بِيَدَيْكَ لَبَّيْكَ وَالرَّغْبَاءُ إِلَيْكَ وَالْعَمَلُ
Labbayk labbayk wa sa‘dayk, wal khayru bi yadayk, war raghba’u ilayka wal ‘amal.
Artinya, “Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati. Segala kebaikan ada di tangan-Mu. Segala harapan dan amalan hanya pada-Mu,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Melansir dari NU Online, cara membaca kalimat talbiyah ketika haji dan umrah adalah dilafalkan secara lantang dan keras.
Keterangan tersebut merujuk pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin 'Amru bin Hazm dari Abdul Malik bin Abu Bakar bin Al Harits bin Hisyam dari Khallad bin As Sa`ib Al Anshari dari Bapaknya, bahwa Rasulullah SAW bersada:
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ خَلَّادِ بْنِ السَّائِبِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَمَرَنِي أَنْ آمُرَ أَصْحَابِي أَوْ مَنْ مَعِي أَنْ يَرْفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّلْبِيَةِ أَوْ بِالْإِهْلَالِ يُرِيدُ أَحَدَهُمَا
Artinya: “Jibril mendatangiku dan menyuruhku agar memerintahkan kepada para sahabatku, atau siapa saja yang bersamaku untuk meninggikan suaranya saat talbiyah atau berihram." Yang dimaksud oleh perawi adalah salah satunya. (HR. Imam Malik).
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, hendaknya dalam pelafalan kalimat-kalimat talbiyah harus dikeraskan suaranya.
Hal tersebut dikarenakan arti yang terkandung dalam kalimat tersebut merupakan bentuk kesaksian atas keagungan dan rasa cinta kepada Allah Swt.
KOMENTAR
Latest Comment