9 Desember 2023 06:12 WIB
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Meskipun isu kesehatan mental di Indonesia tak lagi menjadi isu yang tabu di Indonesia, namun pemahaman akan kesehatan mental belum merata.
Padahal, memahami ilmu kesehatan mental adalah hal yang penting untuk menjaga kesehatan mental kita secara pribadi.
Salah satu cara untuk memahami isu ini adalah dengan membaca buku yang dapat menjelaskan kondisi mental guna menjaga kesehatannya.
Tak hanya berguna untuk menjaga kesehatan mental secara pribadi, memahami ilmu kesehatan mental juga berguna untuk membantu orang lain. Misalnya, bagi orang tua, membaca buku tentang kesehatan mental penting untuk memahami kondisi mental anak dalam pertumbuhan.
Berikut buku-buku tentang kesehatan mental yang dapat dibaca untuk menjadi pintu masuk memahami ilmu kesehatan mental:
Buku kesehatan mental pertama adalah karangan Bessel Van Der Kolk, M.D. The Body Keeps The Score akan memberikan pengetahuan seputar kesehatan mental dari sudut pandang pengetahuan modern.
Tidak hanya itu, Bessel Van Der Kolk juga menuliskan penjelasan ilmiah mengenai proses pemulihan trauma yang menggabungkan permasalah kesehatan mental dengan ilmu pengetahuan modern.
Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk menyusuri apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh manusia ketika mengalami trauma, seperti bagaimana tubuh mengubah struktur sistem saraf pusat dan endokrin yang kemudian memunculkan reaksi sampingan berupa gejala kecemasan, depresi, dan PTSD.
Buku ini ditulis dari sebuah keresahan dari penulisnya sendiri, Julianto Simanjuntak, di mana ia memiliki keluarga dengan kondisi kesehatan mental.
Julianto yang merupakan praktisi psikologi kemudian menggali lebih dalam mengenai gangguan kesehatan mental seperti stres, ketergantungan obat, hingga skizofrenia.
Setelah mendalaminya, Julianto kemudian menemukan bagaimana pembahasan mengenai kesehatan mental kerap kali bercampur dengan mitos dan stigma.
Dari sana, ia kemudian menekankan pentingnya peran komunitas sosial dalam mengatasi masalah kesehatan mental–selain penanganan klinis pengidap gangguan kesehatan mental.
Melalui buku ini, Guy Winch membedah tujuh jenis luka psikologis, mulai dari penolakan, kesepian, kehilangan, rasa bersalah, ruminasi, kegagalan, hingga perasaan rendah diri.
Ketujuh luka psikologis tersebut ditulis dengan konteks sains mutakhir dengan riset-riset dan eksperimen saintifik terbaru.
Guy Winch berpendapat bahwa memahami luka psikologis yang dialami dan memaafkan diri sendiri merupakan suatu langkah penting untuk mengatasi gangguan kesehatan mental yang tengah dialami.
Ditulis oleh Johann Hari, seorang jurnalis berdarah Swiss-Skotlandia, buku ini mengeksplorasi sisi sosial dalam depresi.
Johann merupakan orang yang pernah didiagnosa mengalami depresi akut. Namun, penanganan klinis yang ia lakukan justru membuatnya ketergantungan dengan obat anti-depresan dan merasa kondisinya tidak berjalan ke arah yang benar.
Ia kemudian memulai perjalanan keliling dunia untuk mencari penjelasan yang memuaskan mengenai depresi yang ia alami.
Dari perjalanan tersebut, ia kemudian menulis buku ini, berisi tinjauan sosiologis yang (barangkali) menjadi alasan mengapa depresi menjadi momok bagi banyak orang, yakni hilangnya hubungan seorang individu dengan masyarakat di sekitarnya.
Buku ini ditulis oleh Andrew Solomon dan merupakan salah satu finalis anugerah Pulitzer Prize 2002.
Diterbitkan pada 2001, buku ini berisi memoar sang penulis mengenai pengalaman hidup orang-orang dengan depresi.
Secara holistik, Andrew Solomon tak hanya membahas depresi sebagai sebuah masalah klinis, tetapi dengan sudut pandang multidimensional dan memasukkan sudut pandang lain, seperti sosiologi, sejarah, dan budaya.
Tak hanya mengajak pembaca menyelami penjelasan apa itu depresi, Andrew Solomon melalui buku ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan keterkaitan depresi dengan faktor-faktor sosial yang melingkupinya, seperti banyaknya kasus bunuh diri dan kemiskinan yang menjangkiti seluruh belahan bumi.
Ditulis oleh Jiemi Ardian, seorang dokter spesialis kejiwaan, buku ini menyelami bagaimana cara yang paling bijak untuk menghadapi luka batin yang dimiliki setiap orang.
Buku ini diawali dengan pembahasan mengenai apa itu kondisi depresi dari kacamata medis dan akademis, kemudian menyusuri apa saja yang dapat dilakukan untuk menghadapinya, bukan dengan positif melainkan dengan bijak.
Merawat Luka Batin dapat dijadikan sebagai jendela awal untuk memahami depresi dan kondisi yang melingkupinya seperti dorongan untuk menyakiti diri sendiri serta hubungannya dengan perasaan dan pikiran kita selama ini.
Melalui buku ini, Jiemi Ardian mengajak pembaca untuk melalui satu proses yang sulit namun penting dalam menangani masalah mental: membuka dan memahami luka yang kita punya.
Ditulis oleh Regis Machdy, buku ini mengulas depresi dan luka batin manusia secara mendalam, mulai dari sisi psikosomatis hingga rasa sakit secara emosional yang dirasakan pengidap depresi.
Gangguan depresi digambarkan sebagai sebuah kesehatan mental yang kompleks dan dari sana dapat timbul efek negatif.
Kapasitas Regis Machdy sebagai akademisi di bidang psikologi memungkinkannya menjelaskan berbagai faktor di balik depresi seseorang, seperti keadaan lingkungan, sosial-budaya, gender, genetik, pergaulan, dan bahkan perubahan cuaca.
Melalui buku ini pula, Regis Machdy menjelaskan bahwa kendati depresi ada hal yang menyengsarakan banyak orang, akan tetapi menghadapinya secara tepat mampi membuat penyintasnya memahami diri sendiri juga lingkungan di sekitarnya.
KOMENTAR
Latest Comment