30 November 2023 19:11 WIB
Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan
Editor: Rizal Amril
Novel atau cerpen merupakan salah satu karya seni yang jamak diadaptasi untuk dijadikan sebuah film. Tak sedikit film-film adaptasi berhasil meraih prestasi seperti Piala Citra.
Sejak 2006, Festival Film Indonesia memberikan satu kategori khusus untuk film adaptasi, yakni nominasi Penulis Skenario Adaptasi Terbaik.
Hal tersebut menunjukkan lekatnya hubungan film dengan karya seni berbasis teks, yakni novel atau cerpen.
Bahkan, sebelum nominasi tersebut diberikan, penyelenggaraan FFI sejak 1955 juga tak jarang memberikan penghargaan kepada film-film yang diadaptasi dari novel atau buku.
Lima belas film berikut ini merupakan film adaptasi dari buku atau novel yang meraih nominasi FFI dan Piala Citra dari berbagai tahun.
Film neo-noir Indonesia yang disutradarai Yosep Anggi Noen ini meraih sembilan nominasi dan memenangkan satu di antaranya dalam gelaran FFI 2023.
Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Sabda Armandio ini berkisah tentang seorang detektif swasta bernama Gaspar yang divonis mati dalam 24 jam.
Selama 24 jam tersebut, Gaspar merencanakan perampokan sebuah toko emas demi membalaskan dendam kepada seorang ketua sindikat perdagangan manusia bernama Wan Ali.
Film yang dirilis pada 2023 ini dibintangi sejumlah aktor ternama, seperti Reza Rahadian, Shenina Cinnamon, Laura Basuki, dan Kristo Immanuel.
Diangkat dari novel karya Buya Hamka, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck merupakan film peraih lima nominasi dalam gelaran Festival Film Indonesia 2014.
Dibintangi Reza Rahadian, Herjunot Ali, dan Pevita Pearce, film ini menceritakan kisah cinta segitiga antara Zainuddin, Hayati, dan Aziz.
Zainuddin yang berasal dari keluarga Minang biasa, harus kehilangan kekasihnya, Hayati, yang dijodohkan dengan pengusaha kaya bernama Aziz.
Perjodohan tersebut membuat Zainuddin diliputi dendam, hingga suatu ketika kapal Van der Wijck yang ditumpangi Hayati tenggelam.
Dibintangi Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Hannah Al Rashid, dan Oka Antara, film ini berhasil meraih sembilan nominasi FFI 2018 dan memenangkan dua di antaranya.
Aruna dan Lidahnya diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Laksmi Pamuntjak.
Film ini menjadi unik lantaran tak hanya mengeksplorasi drama cinta tiga sahabat, melainkan pula kekayaan cita rasa masakan Nusantara.
Film ini berkisah tentang Aruna Rai, seorang ahli wabah yang harus menyelidiki kasus flu burung di sejumlah tempat di Indonesia.
Berpindah dari satu daerah ke daerah lain, Aruna dan kedua sahabatnya harus menyelesaikan kisah romansa sembari menikmati hidangan otentik di setiap daerah yang dikunjungi.
Diangkat dari novel dengan judul sama karya Eka Kurniawan, film yang disutradarai oleh Edwin ini berhasil meraih 12 nominasi dalam gelaran FFI 2022.
Film drama aksi satu ini berkisah tentang Ajo Kawir, seorang jagoan tak takut mati yang menyimpan rahasia bahwa dirinya mengalami impotensi.
Sepanjang film yang lekat dengan aksi perkelahian, film ini mengeksplorasi konstruksi gender tentang maskulinitas.
Dalam gelaran FFI 2022, film ini mendapatkan lima Piala Citra, termasuk kategori Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pemeran Utama Pria Terbaik.
Diangkat dari novel terkenal dengan judul sama yang ditulis Pramoedya Ananta Toer, film bertema sejarah ini berhasil meraih 12 nominasi dalam Festival Film Indonesia 2019.
Film yang dibintangi Iqbaal Ramadhan, Sha Ine Febriyanti, dan Mawar de Jongh, film ini berkisah tentang romansa seorang pemuda Jawa bernama Minke dengan seorang Indo peranakan bernama Annelies Mellema pada masa kolonialisme Belanda di Indonesia.
Kisah cinta keduanya bak cerita sempurna hingga otoritas Belanda yang rasis melarang hubungan keduanya.
Peraih Piala Citra 1990 sebagai Film Terbaik, film Taksi diadaptasi dari novel dengan judul sama yang pernah dimuat di harian Kompas pada 1988.
Disutradarai oleh Arifin C. Noer, film ini dibintangi Meriam Bellina, Rano Karno, dan Nani Wijaya.
Berhasil meraih tujuh nominasi FFI 1990, film ini mengisahkan seorang penyanyi yang meninggalkan bayinya di sebuah taksi. Peristiwa tersebut membuat hidup sopir pemilik taksi tersebut berubah sepenuhnya.
Diadaptasi dari trilogi novel karya Ahmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk, Sang Penari meraih 11 nominasi dalam gelaran FFI 2011.
Berkisah mengenai cerita cinta seorang penari ronggeng bernama Srintil dengan tentara bernama Rasus. Cinta mereka menjadi kelam ketika peristiwa penangkapan dan pembunuhan PKI pasca-G 30 S melanda mereka.
Disutradarai oleh Ifa Isfansyah, film ini dibintangi oleh Prisia Nasution, Oka Antara, Slamet Rahardjo, Happy Salma, dan aktor lainnya.
Film yang dirilis pada 2011 ini mendapat empat Piala Citra, termasuk untuk kategori Film Terbaik dan Sutradara Terbaik dalam FFI 2011.
Film drama biografi ini diadaptasi dari novel semi-biografi Hj. Athirah Kalla–ibu dari Wakil Presiden Jusuf Kalla–karya Alberthiene Endah.
Diproduksi oleh Miles Films, film ini meraih enam Piala Citra dari 10 nominasi yang diberikan. Enam Piala Citra tersebut termasuk untuk kategori Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.
Film ini mendokumentasikan kisah hidup Athirah ketika harus menerima suaminya yang memutuskan menikah lagi dengan perempuan lain.
Film yang disutradarai oleh Kamila Andini ini diadaptasi dari novel Jais Darga Namaku yang ditulis oleh Ahda Imran.
Dalam gelaran FFI 2022 lalu, film ini meraih 11 nominasi dan memenangkan lima di antaranya, termasuk kategori Sutradara Terbaik dan Film Cerita Panjang Terbaik.
Film yang dibintangi Happy Salma dan Laura Basuki ini berkisah tentang kehidupan Raden Nana Sunani di Jawa Barat pada era 1960-an ketika peran perempuan direpresi dan emansipasi gender belum dikenal luas.
Film yang diadaptasi dari sebuah cerpen karya Asma Nadia berjudul "Jendela Rara" ini mengantarkan Emir Mahira yang kala itu berusia 14 tahun memenangkan Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2011.
Diproduseri oleh Seto Mulyadi (Kak Seto), film ini mengisahkan mimpi seorang anak kecil dari keluarga miskin kota di Jakarta untuk miliki jendela di rumah kecil berdinding tripleks.
Film ini dibintangi sejumlah nama besar, seperti Raffi Ahmad, Yuni shara, dan Indra Bekti.
Pada 2008, penulis sastra Djenar Maesa Ayu merilis film yang diangkat dari antologi cerpennya berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! (2002).
Dalam film ini, Djenar Maesa Ayu bertindak sebagai penulis skenario, produser, dan sutradara.
Pada gelaran FFI 2009, film ini meraih tujuh nominasi dan memenangkan tiga diantaranya, termasuk Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, dan Penulis Skenario Adaptasi Terbaik.
Film yang dibintangi Titi Rajo Bintang, Henidar Amroe, dan Ray Sahetapi ini mengisahkan derita perempuan bernama Adjeng yang harus mengalami pelecehan seksual dari pacar ibunya sendiri.
Diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Abidah El Khalieqy, film ini berkisah tentang seorang santri perempuan di sebuah pesantren konservatif di Jawa Timur yang dianggap menyimpang hanya karena gemar membaca buku.
Sebagai perempuan yang tumbuh di keluarga Islam konservatif, ia harus menghadapi konflik batin ketika ia dinikahkan dengan laki-laki yang tak ia inginkan.
Pada gelaran FFI 2009, film ini meraih tujuh nominasi dan memenangkan satu Piala Citra untuk Pemeran Pembantu Pria Terbaik yang diraih Reza Rahadian.
Diadaptasi dari cerpen karya Melly Goeslaw dengan judul yang sama, film ini meraih tujuh nominasi FFI 2005.
Disutradarai oleh Rudi Soedjarwo, film yang dibintangi Adinia Wirasti dan Sigi Wimala ini berkisah tentang kompleksitas romansa dua orang perempuan bernama Gadis dan Rudi.
Dari tujuh nominasi FFI 2005, film ini memenangkan dua nominasi di antaranya, yakni Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Adinia Wirasti) dan Penata Musik Terbaik (Anto Hoed).
Film yang disutradarai Teguh Karya ini diadaptasi dari novel Kawinnya Juminten-Martubi (1981) yang ditulis Arswendo Atmowiloto.
Film drama-musikal yang dibintangi Didi Petet, Nurul Arifin, dan Ayu Azhari ini berkisah tentang kisah pelik satu keluarga yang saling curiga satu sama lain.
Dalam penyelenggaraan Festival Film Indonesia 1989, film ini mendapat 11 nominasi dan memenangkan delapan di antaranya, termasuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Penulis Skenario Terbaik.
Zig Zag merupakan film Indonesia yang diadaptasi dari cerpen Putu Wijaya berjudul sama. Dalam film ini, Putu Wijaya juga menjadi sutradara.
Pada penyelenggaraan FFI 1991, film ini mendapatkan dua nominasi untuk kategori Tata Sinematografi Terbaik dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik.
Film yang dibintangi Dian Nitami, Cok Simbara, dan Jeffry Waworuntu ini mengisahkan kisah tiga sahabat dengan latar belakang berbeda untuk saling membantu menghadapi masalah hidup masing-masing.
KOMENTAR
Latest Comment