Rekomendasi Novel tentang Palestina: Menelisik Kehidupan di Tengah Konflik

1 Desember 2023 17:12 WIB

Narasi TV

Novel-novel tentang Palestina.

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel membuat kehidupan publik Palestina diliputi ketidakpastian.

Novel sebagai salah satu sarana bersuara, ikut merekam perjuangan hidup publik Palestina di tengah okupasi Israel di tanah mereka.

Selain menjadi cara untuk memahami dengan lebih baik mengenai konflik tersebut, membaca novel-novel tentang Palestina, novel juga dapat memberikan kita perspektif baru yang sebelumnya belum kita lihat ketika memahami konflik Palestina-Israel.

Rekomendasi 5 novel tentang Palestina

Berikut adalah beberapa novel tentang Palestina dengan beragam konflik yang bisa kamu baca.

1. Lemon Tree: An Arab, A Jew & The Heart of The Middle East (2006)

Sampul buku "Lemon Tree: An Arab, A Jew & The Heart of The Middle East". (Sumber: Apple Books)

Novel non-fiksi Lemon Tree: An Arab, A Jew & The Heart of The Middle East ini merupakan karya Sandy Tolan yang diterbitkan pada 2006 lalu.

Berlatar waktu 1962, seorang pemuda Palestina bernama Bashir Khairi menemui konflik batin ketika menyusuri rumah masa kecilnya telah diokupasi Israel.

Bashir tahu betul bahwa itu rumahnya yang melekat di ingatannya, rumah dengan pohon lemon di halaman depan.

Sudah 19 belas tahun rumah itu ia tinggalkan bersama dengan keluarganya dan kini ia mengetahui bahwa rumahnya itu ditinggali seorang gadis Israel bernama Dalia.

Dalia dan keluarganya merupakan korban peristiwa Holocaust, pergi ke Israel untuk menyelamatkan diri, dan berakhir menetapi rumah dengan pohon lemon di halaman depan.

Tak hanya mengeksplorasi perasaan dan kebingungan Bashir, buku ini juga mengeksplorasi hubungan unik orang sipil Palestina-Israel dan menerawang peluang rekonsiliasi kedua pihak.

2. Minor Detail (2017)

Sampul buku "Minor Detail". (Sumber: Amazon)

Minor Detail merupakan novel bertema sejarah yang ditulis oleh Adnia Shibili dan diterbitkan pada 2017 lalu. Melalui novel ini, Adnia Shibili mengisahkan Palestina melalui dua babak.

Babak pertama adalah situasi horor ketika etnik Arab dipaksa melakukan eksodus besar-besaran pada 1949.

Selama peristiwa yang kini disebut sebagai Nakba tersebut, perempuan Palestina mengalami kekerasan yang tak terkira dari para tentara Israel. Mereka diperkosa, dibunuh, dan dikubur ke dalam pasir.

Babak kedua dimulai bertahun-tahun setelah peristiwa Nakba, ketika seorang perempuan muda asal Kota Ramallah tertarik mengulik kembali peristiwa yang menimpa para perempuan Palestina tersebut.

3. Mornings in Jenin (2010)

Sampul buku "Mornings in Jenin". (Sumber: Wardah Books)

Novel ini merupakan novel yang ditulis oleh Susan Abulhawa yang diterbitkan pada 2010 lalu. Mornings in Jenin pertama kali dipublikasikan dengan judul The Scar of David pada 2006.

Telah diterjemahkan dalam 27 bahasa, novel ini mengisahkan perjalanan keluarga Abulheja setelah tanah beserta rumah tempat mereka hidup harus diambil paksa dalam peristiwa Nakba.

Keluarga tersebut harus berpindah tempat demi menyelamatkan nyawa hingga tiba saatnya mereka terdampar di sebuah kamp pengungsian bernama Jenin.

4. Light in Gaza: Writings Born of Fire (2022)

Buku "Light in Gaza: Writings Born of Fire". (Sumber: Instagram/haymarketbooks)

Light in Gaza: Writings Born of Fire merupakan antologi kisah non fiksi-naratif yang ditulis oleh 11 penulis dari Gaza.

Melalui tangan yang terampil, kesebelas penulis Gaza tersebut merekonstruksi ulang kehidupan-kehidupan warga Gaza yang terdampak konflik bersenjata dengan Israel.

Salah satunya, adalah cerita mengenai bagaimana petani di Gaza menjadi motor sekaligus garda terdepan publik Gaza melawan ketidakadilan, bahkan sejak masa kekuasaan Mesir di wilayah tersebut.

5. Against the Loveless World (2019)

Sampul buku "Against the Loveless World". (Sumber: Wardah Books)

Against the Loveless World merupakan novel yang ditulis Susan Abulhawa dan diterbitkan pada tahun 2019 lalu.

Melalui Against the Loveless World, Susan Abulhawa mengeksplorasi perjalanan hidup para pengungsi dari sudut pandang seorang perempuan.

Perempuan dalam novel ini adalah Nahr. Ia anak dari pasangan pengungsi Palestina yang lahir di Kuwait pada tahun 70-an.

Sebagai manusia, Nahr bermimpi punya kehidupan layaknya perempuan dalam film. Ia berharap akan jatuh cinta dengan pria sempurna yang jadi pujaannya, membesarkan anak yang lucu, dan–barangkali jika memungkinkan–membuka sebuah salon kecantikan.

Akan tetapi hidup Nahr jauh panggang dari api. Ia menikah dengan pria yang akhirnya meninggalkannya tak lama setelah pernikahan, keluarganya berada di ambang kemiskinan, terpaksa menjadi pelacur, dan menjadi pengungsi ketika AS menginvasi Irak.

Hidup Nahr penuh ketidakpastian. Berpindah dari satu kamp pengungsian ke kamp pengungsian lainnya.

Hingga akhirnya ia tiba di Palestina, tempat nenek moyangnya hidup beranak pinak. Namun, kepindahannya ke Palestina juga membuka pemahaman baru untuknya, ketika ia harus hidup di bawah pendudukan Israel di tanah moyangnya.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR