Cerita Lengkap Sopir Ambulans Jenazah Yosua: Wajahnya Ditutup Masker Hitam dalam Posisi Telentang

7 Nov 2022 15:11 WIB

thumbnail-article

Rumas Dinas Ferdy Sambo Duren Tiga Jakarta Selatan/ Antara

Penulis: Jay Akbar

Editor: Akbar Wijaya

Ahmad Syahrul Ramadhan, sopir ambulans yang mengangkat jenazah Yosua di rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga Jakarta Selatan untuk diantar ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati memberikan kesaksian untuk terdakwa Richard Eliezer, Kuat Ma’ruf, dan Ricky Rizal.

Ada sejumlah fakta baru yang terungkap dari kesaksian Ramadhan, misalnya: masker hitam yang dikenakan Yosua dan posisi jenazah yang dalam kondisi telentang bukan tengkurap sebagaimana sejumlah gambar yang beredar.

Bagaimana ceritanya?

Pesan dari Nomor Tak Dikenal

Hari itu Jumat (8/7/2022) Ramadhan menerima panggilan dari kantornya PT. Bintang Medika soal permintaan layanan ambulans.

Selanjutnya pukul 19.08 WIB kantor Ramadhan mengirimkan peta geolokasi penjemputan jenazah.

“Lalu saya prepare untuk menuju lokasi,” kata Ramadhan dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022).

Sekitar pukul 19.13 sebuah nomor tidak dikenal masuk ke dalam pesan Whatsapp Ramadhan. Isinya meminta Ramadhan mengirimkan posisi geolokasi terkini ia saat itu.

“Lalu jam 19.14 saya kirimkan shareloc lokasi,” ujar Ramadhan.

Ramadhan berangkat dari Pancoran Barat 7 dan belum mengetahui jika lokasi penjemputan ada di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Ia menuju lokasi melalui Jalan Tegal Parang, Jakarta Selatan. Tepat di depa Rumah Sakit Siloam Duren Tiga, kaca mobil diketuk orang tak dikenal yang menggunakan sepeda motor.

“Mas, Mas ke sini saya yang pesan ambulans,” kata Ramadhan menirukan ucapan orang tersebut.

“Langsung saya ikuti. Beliau naik motor.”

Dinterogasi Petugas Provos

Sesampainya di Gapura Kompleks Polri Duren Tiga, laju ambulans Ramadhan dihentikan salah satu petugas provos yang sedang berjaga.

“Saya disetop ditanya mau ke mana dan tujuannya apa,” kata Ramadhan.

Ramadhan menjawab:

“Permisi Pak selamat malam saya ada dapat arahan dari kantor saya untuk menjemput di titik shareloc lokasi, saya kasih lihat ke anggotanya ke petugasnya.”

Petugas provos tersebut lalu mempersilakan Ramadhan melanjutkan tugas namun dengan catatan rotator dan sirine ambulans dimatikan.

“Lalu kata beliau ‘Ya sudah mas nanti lurus saja nanti diarahkan. Minta tolong rotator ambulans dan sirinenya semua dimatikan’,” kenang Ramadhan.

Sudah Banyak Anggota Polisi

Setibanya di lokasi penjemputan Ramadhan melihat sudah banyak petugas kepolisian. Ia lalu diarahkan untuk memarkirkan kendaraan ambulans dengan posisi bagian belakang mobil masuk lebih dahulu ke dalam garasi rumah.

Setelah kendaraan diparkir sesuai permintaan, Ramadhan lantas membuka pintu belakang ambulans untuk mengeluarkan tempat tidur dorong. Namun, lantaran lokasi yang terlalu sempit ia akhirnya memilih menggunakan tandu untuk alat bantu evakuasi.

“Lalu saya buka pintu belakang, turunkan tempat tidur ambulans, dikarenakan di situ ada dua mobil, Innova sama Fortuner jadi tempat tidur ambulans saya tidak muat lalu saya ambil tandu untuk alat bantu evakuasi,” kenang Ramadhan.

Ramadhan kemudian meminta izin kepada sejumlah petugas kepolisian di lokasi kejadian untuk mengevakuasi menggunakan tandu.

“'Pak izin karena gak muat ini saya hanya bawa tandu saja. Ya sudah mas gak apa-apa. Langsung kita masuk ke dalam,” Ramadhan menirukan dialognya saat itu.

Sampai di dalam Ramadhan mengaku terkejut karena di dalam juga sudah ramai orang dan banyak kamera.

Beberapa di antara mereka lalu meminta Ramadhan menunggu sebelum melakukan evakuasi.

“Saya posisinya di dekat kaca, di belakangnya itu ada kolam ikan. Saya berdiri di dekat kaca itu menunggu arahan,” kata Ramadhan.

Terkejut Diminta Angkat Jenazah

Setelah menunggu beberapa saat, Ramadhan akhirnya diminta melakukan evakuasi. Lantaran belum mengetahui peristiwa yang terjadi Ramadhan mengira ia hendak mengevakuasi orang sakit.

“Mas minta tolong langsung dibantu evakuasi,” kata seorang petugas.

“Saya langsung bilang yang sakit di mana Pak?” tanya Ramadhan.

Pertanyaan itu dijawab petugas dengan meminta Ramadhan berjalan lurus melalui garis polisi. 

“Ikutin saja mas, lurus saja.”

Betapa terkejutnya Ramadhan ketika ia melihat sesosok jenazah sudah tergeletak bersimbah darah di sebelah tangga menuju lantai dua rumah.

“Lalu saya jalan melewati garis police line, habis itu ada tangga, di samping tangga itu saya terkejut ada satu jasad, jenazah,” kata Ramadhan.

Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santosa sempat bertanya apakah saat Yosua sudah ada di dalam kantong jenazah atau belum.

“Belum ada di kantong jenazah, masih tergeletak masih berlumuran darah,” jawab Ramadhan.

Diminta Mengecek Denyut Nadi Yosua

Seorang petugas polisi lalu meminta Ramadhan mengecek denyut nadi Yosua. Permintaan itu ia laksanakan dengan memeriksa leher dan pergelangan tangan sebelah kiri Yosua.

“Lalu saya disuruh sama salah satu anggota untuk mengecek nadinya, lalu saya cek nadinya di leher sama di tangan memang sudah tidak ada,” katanya.

Ramadhan menambahkan pemeriksaan nadi Yosua ia lakukan dengan menggunakan alat pelindung sarung tangan karet.

Setelah memastikan Yosua sudah tidak lagi bernyawa, para petugas kepolisian yang ada di lokasi kejadian lantas meminta Ramadhan segera mengangkat jenazah ke dalam ambulans.

“Lalu saya bilang sama bapak-bapak yang ada di lokasi, izin pak sudah tidak ada.”

“Pasti Mas?”

“Pasti Pak.”

Para petugas lalu mengecek ulang apakah Yosua benar sudah meninggal atau belum. Selanjutnya petugas meminta Ramadhan mengevakuasi jenazah Yosua.

“Terus, ya udah mas minta tolong dievakuasi.”

Ramadhan kemudian meminta izin untuk mengambil kantong jenazah yang adi di mobil ambulans.

“Izin Pak ambil kantong jenazah.”

“Memang ada di mobil kamu kantong jenazah?”

“Ada Pak.”

“Ya sudah ambil.”

Seorang anggota kepolisian yang tidak diketahui namanya membuntuti langkah Ramadhan menuju ambulans.

“Saya jalan tetapi saya diikuti sama anggota tidak tahu namanya.”

Setelah kantong jenazah diambil dari dalam mobil Ramadhan kembali masuk ke dalam rumah dan meminta izin menggelarnya.

“Sebelum menggelar kantong jenazah itu saya bilang izin pak gelar kantong jenazah, oh silakan mas katanya.”

Saat kantong jenazah selesai digelar, seorang polisi sempat bertanya kepada Ramadhan mengapa kantong jenazah yang ia gunakan terdapat tulisan Korlantas Polri.

“Saya langsung menjelaskan izin Pak saya dari mitra kecelakaan Satlantas Jakarta Timur saya membantu untuk evakuasi kecelakaan atau TKP, saya mitra kepolisian.”

“Ya sudah mas minta tolong langsung dibantu.”

Masker Hitam Tutupi Wajah Yosua

Majelis hakim sempat memperlihatkan kondisi jenazah Yosua ketika aparat Polres Metro Jakarta Selatan melakukan olah tempat kejadian.

Foto itu menggambarkan posisi jenazah Yosua dalam kondisi telentang dan baju bagian perutnya tersingkap.

Menurut Ramadhan posisi jenazah Yosua yang ia lihat saat itu berbeda dengan foto yang ditayangkan majelis hakim.

“Bukan seperti ini. Masih pakai baju putih, posisinya telentang, cuma pakai baju tidak tersingkap,” kata Ramadhan.

Ramadhan mengatakan wajah jenazah Yosua saat itu juga telah ditutupi masker hitam.

“Dan wajahnya ditutupi masker warna hitam.”

Ramadhan kemudian mendekatkan kantong jenazah ke jasad Yosua dan meminta tolong kepada para anggota di sana untuk membantu mengangkat.

“Kebetulan saya [angkat yang di bagian kepala, saya ambil tangannya kanan kiri, lalu dibantu sama bapak-bapak yang lain, dibantu mengangkat untuk dimasukan ke dalam kantong jenazah,” kata Ramadhan.

Lubang di Dada Sebelah Kirim

Hakim Wahyu lalu bertanya apakah saat pengangkatan itu ia melihat ada darah keluar dari bagian kepala Yosua. Menurut Ramadhan saat diangkat kepala Yosua memang mengeluarkan darah, namun ia tidak tahu betul apakah darah itu berasal langsung dari bagian organ kepala atau bekas genangan yang ada di lantai.

“Saya kurang mengerti juga karena saya tidak mengecek-ngecek lagi. Dan itu jenazah ditutup masker saya tidak membuka-buka masker itu lagi,” katanya.

Wahyu kemudian menanyakan apakah Ramadhan melihat ada luka di wajah Yosua dan lubang di masker yang dikenakan korban.

“Saya kurang lihat,” ujar Ramadhan.

Ramadhan memastikan ia hanya melihat ada luka tembak di dada sebelah kiri Yosua. Hal ini karena menurutnya ada bekas bolong di baju sebelah kiri.

“Saya lihat luka tembak di dada, ada bolongan di sebelah kiri.”

Namun Ramadhan tidak melihat luka lain baik di bagian tangan, leher maupun kepala.

“Tidak melihat luka tembak di tangan, leher, dan kepala karena faktor buru-buru,” katanya.

Kantong jenazah yang dibawa Ramadhan ternyata tidak muat dengan ukuran tubuh Yosua. Ia lalu mencoba menekuk sedikit bagian kaki Yosua agar bisa masuk ke dalamnya.

“Lalu dimasukan ke dalam kantong jenazah, karena tidak muat saya lepit (lipat) kakinya sedikit biar supaya bisa masuk, sudah masuk di kantong saya resleting.”

Dibantu tiga atau empat orang petugas, Ramadhan lupa persisnya, jenazah Yosua kemudian diangkat menggunakan tandu ke dalam ambulans.

Dilarang Nyalakan Rotator dan Sirine Ambulans

Saat Ramadhan hendak menyalakan lampu rotator dan  membawa ambulansnya meninggalkan rumah Duren Tiga, seorang petugas memintanya mematikan lampu rotator.

Lampu rotator baru boleh dinyalakan setelah ambulans keluar kompleks perumahan. Ramadhan juga diminta mengikuti mobil provos yang sudah disiapkan menuju RS Polri Kramat Jati.

Sebelum ambulans meninggalkan lokasi kompleks, salah seorang petugas yang adai mobil provos berjenis Pajero turun menghampiri Ramadhan.

Ia bertanya dengan siapa Ramadhan di dalam mobil.

"Saya sendiri," jawabnya

"Ya sudah nanti ditemankan"

Akhirnya Ramadhan ditemani seorang anggota provos menuju RS Polri Kramat Jati dengan dikawal mobil provos bermerek Pajero.

Tidak Langsung Dibawa ke Kamar Jenazah

Sesampainya di RS Polri Kramat Jati, petugas provos yang menemani Ramadhan meminta mobil diarahkan ke ruang IGD. Arahan ini membuatnya bingung sebab biasanya jenazah langsung dibawa ke kamar jenazah ruang forensik.

"Saya tanya ke yang nemenin saya, Pak Izin kok ke IGD dahulu, biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, ke ruang forensik."

"Oh saya juga gak tahu mas ikutin perintah saja. Saya juga gak ngerti."

Ramadhan menurut saja. Ia lalu mengambil tiket karcis masuk rumah sakit dan mengarahkan ambulans ke ruang IGD.

Sampai di IGD ia melihat sudah ramai anggota polisi. Saat hendak membuka pintu belakang ambulans dan mengeluarkan jenazah Yosua, seorang petugas kepolisian menghampirinya dan bertanya.

"Korbannya ada berapa orang mas?"

"Waduh saya juga bingung, hanya satu."

Mendengar jawaban Ramadhan si petugas langsung mengecek ruang belakang ambulans.

"Waduh kok udah ada kantong jenazah, emang ada orangnya?"

"Ada," jawab Ramadhan.

"Korbannya ada berapa?"

"Satu."

Dari situ petugas mengarahkan Ramadhan untuk membawa ambulansnya menuju ruang forensik kamar jenazah.

Menunggu Sampai Subuh

Sesampainya di kamar jenazah, Ramadhan yang hendak mengeluarkan tubuh Yosua dari dalam ambulans sempat diminta menunggu oleh anggota kepolisian dan anggota provos.

"Lalu sampai di kamar jenazah saya turun mau buka pintu belakang, orang kamar jenazah sama bapak anggot provos dan anggota kepolisian bilang, sebentar dulu ya mas," ujarnya.

Setelah menunggu ia akhirnya dibolehkan menurunkan jenazah Yosua dan membawanya ke ruang forensik.

"Langsung saya buka [pintu belakang ambulans] saya turunkan bawa ke ruang transit jenazah, lalu saya pisahkan ke troli kamar jenazah," katanya.

Setelah selesai melakukan tugasnya, Ramadhan lalu memarkirkan mobil ambulans dan hendak berpamitan kepada anggota kepolisian yang ada di sana.

"Saya bilang Pak saya mohon izin pamit sama anggota yang di rumah sakit. Kata bapak-bapak tersebut: 'sebentar dulu ya mas tunggu dulu," ujarnya.

Ramadhan akhirnya menunggu di masjid RS Polri Kramat Jati. Sambil menunggu arahan selanjutnya Ramadhan menghabiskan waktu sambil bermain handphone.

Lama kelamaan kerongkongan Ramadhan terasa kering. Namun niatnya pergi membeli minuman dilarang petugas kepolisian.

"Udah mas tunggu di sini saja nanti dibelikan, mas mau beli apa?"

"Saya mau ke warung pak, izin saya haus," jawab Ramadhan.


"Ya udah, udah makan belum?"

"Sudah Pak."

Petuga itu lalu meminta seorang anggota lainnya membelikan makanan dan minuman untuk Ramadhan.

"Sambil [menunggu] saya dibelikan sate sama Aqua. Sudah akhirnya saya makan di samping masjid itu sampai subuh baru keluar itu jenazah di bawa ke dalam ambulans yang berbeda," kata Ramadhan.

Hakim Wahyu sempat kaget ketika mendengar Ramadhan diminta menunggu hingga waktu subuh tiba.

"Hah mau subuh saudara nungguin? Buset. Hanya nungguin jenazah tanpa saudara ada apa-apa," komentar hakim Wahyu.

Hakim lalu bertanya apakah Ramadhan tahu alasan petugas memintanya menuggu hingga subuh?

"Tidak tahu yang mulia."

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER