Goceng, Gopek, Goban, dan Gocap Berapa Rupiah? Ini Arti dan Asal-Usulnya

22 Jan 2024 07:01 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi uang goceng, gopek, goban. (Sumber: ANTARA/HO Peruri)

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rizal Amril

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah mendengar istilah yang cukup familiar ketika bertransaksi yaitu penyebutan cepek, gopek, ceban, goban hingga pekgo sebenarnya apa arti dan dari mana sih datangnya istilah itu? 

Jawaban dari pertanyaan tentang arti dari istilah itu sebenarnya sudah dipahami sebagian besar masyarakat. Sebagai contoh ketika kita membeli sebuah barang dan sang penjual berkata ceban alih-alih mengatakan harga dari barang tersebut. 

Namun, kita tahu apa yang dimaksud oleh sang penjual dan kita mengeluarkan uang pecahan sepuluh ribu rupiah. Dari contoh tersebut, kita tahu bahwa istilah tersebut merujuk pada jumlah atau nominal tertentu.

Lantas, apa arti dari istilah-istilah tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.

Arti istilah nominal uang

Istilah yang sering digunakan oleh masyarakat adalah sebagai berikut:

  • Seceng: Rp1.000;
  • Noceng: Rp2.000;
  • Ceban: Rp10.000;
  • Goban atau gocap: Rp50.000;
  • Cepek: Rp100.000;
  • Pekgo (cepek gocap): Rp150.000;
  • Cetiau: Rp1.000.000;
  • Gotiau: Rp5.000.000.

Asal-usul istilah

Meskipun sudah umum digunakan oleh masyarakat Indonesia, ternyata istilah tersebut bukanlah berasal dari Nusantara. Istilah tersebut ternyata berasal dari Bahasa Mandarin dialek Hokkian. Hal ini dikarenakan orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia berasal dari Fujian, Tiongkok rumah bagi orang Hokkian. 

Orang-orang Tionghoa membawa istilah ini ketika datang ke Nusantara untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itu membuat lama-kelamaan istilah tersebut melekat dengan kaum pribumi. 

Istilah-istilah Hokkian tersebut kemudian menjadi bahasa sehari-hari dalam perdagangan. Yang terjadi selanjutnya adalah istilah tersebut menjadi familiar dan banyak digunakan seiring dengan interaksi ekonomi antara pendatang Tionghoa dengan kaum pribumi. 

Istilah-istilah tersebut kemudian menyebar dari kota-kota besar ke seluruh Indonesia. Seiring berjalannya waktu, istilah ini meluas dan tidak terbatas digunakan oleh etnis Tionghoa. Bahkan interaksi antara warga pribumi pun mulai diwarnai dengan istilah-istilah tersebut.

Kini Istilah nominal dalam bahasa Hokkian tersebut juga digunakan oleh masyarakat dan cenderung menjadi bahasa slang.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER